Rahasia di Balik Senyuman

Rahasia di Balik Senyuman

last updateLast Updated : 2025-05-12
By:  Halii-choe Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
12views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menyaksikan pengkhianatan suami dan sahabatnya, Almira tidak meledak dalam amarah, tidak menangis, tidak mengungkapkan luka yang mengoyak hatinya. Ia hanya tersenyum. Tapi bukan senyuman kepasrahan, melainkan itu adalah senyuman seseorang yang sedang merancang sesuatu… sesuatu yang akan mengubah segalanya. Dalam senyap, ia mengatur langkahnya dengan cermat, mengawasi pergerakan mereka, menyusun akhir yang tak mereka bayangkan. Suami dan sahabatnya merasa aman, menikmati kemenangan dalam bayang-bayang kebohongan mereka. Mereka tidak tahu, permainan yang sebenarnya baru saja dimulai. Namun, sebuah rencana sebesar ini tidak pernah tanpa resiko. Akankah Almira benar-benar keluar sebagai pemenang, atau justru terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri?

View More

Chapter 1

Bab 1. RDBS

Almira tak pernah menyangka bahwa pernikahan yang selama ini tampak baik-baik saja ternyata menyimpan sesuatu yang busuk di dalamnya. Ia melihat sendiri suami dan sahabatnya, bersama dalam pengkhianatan yang tak pernah terlintas dalam pikirannya. Jika bukan karena matanya yang menyaksikan langsung, mungkin ia takkan percaya.

Selama ini, suaminya tak pernah menunjukkan gelagat aneh, tak pernah meninggalkan jejak yang mencurigakan. Atau mungkin justru ia sendiri yang terlalu naif, terlalu percaya tanpa pernah mempertanyakan. Namun setelah hari itu, Almira tak tinggal diam. Ia mulai mencari bukti, mengumpulkan potongan-potongan yang dapat memperjelas kenyataan yang selama ini tersembunyi di balik kehidupan pernikahannya.

Yang terlihat di wajahnya hanyalah senyuman, senyuman yang dulu penuh ketulusan, kini menjadi tameng yang menyembunyikan segala luka dan dendam yang perlahan-lahan ia rangkai menjadi rencana dalam keheningan.

_________________________

"Kok mobil Mas Aiman ada di sini?" gumam Almira, langkahnya terhenti di depan kafe. Pandangannya tertuju pada kendaraan yang tak asing. Mobil itu berdiri diam, seolah mengawasi.

Dada Almira berdebar. Ada firasat yang tak bisa diabaikan, seperti desir halus sebelum badai datang.

Dengan tangan sedikit gemetar, ia meraih ponselnya dan menekan nomor suaminya.

Tut… tut… tut…

Almira mendengar setiap nada sambungan dengan lebih tajam dari biasanya, seperti menunggu sebuah jawaban yang mungkin mengubah segalanya. Lalu suara yang telah ia kenal bertahun-tahun mengalun hangat di seberang.

"Assalamualaikum, sayang. Ada apa?"

Seakan tak ada yang salah. Seakan dunia masih berjalan seperti biasa.

Almira menarik napas dalam, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. "Mas, kamu di mana?"

Hening. Tapi bukan hening yang biasa. Ada sesuatu dalam jeda itu, seperti seseorang yang memilih kata-kata dengan hati-hati.

"Kenapa tanya begitu? Kan kemarin aku udah bilang mau keluar kota."

Almira melirik sekali lagi ke arah mobil. Jantungnya berdegup lebih kencang.

"Oh, kamu masih di Bandung?"

"Iya, emangnya kenapa?"

Almira menggigit bibirnya. Mobil itu ada di sini. Ia tidak mungkin salah lihat.

"Enggak, aku barusan lihat mobil kamu. Kirain kamu udah pulang," ujarnya, mencoba terdengar santai.

"Oh, kamu salah lihat kali."

Ada jeda. Terlalu lama untuk jawaban sesederhana itu.

Almira mengerutkan keningnya. Suara Aiman… sesuatu dalam nada bicaranya berubah. Seperti kepingan kaca yang mulai retak di tepinya.

"Enggak kok, Mas. Aku nggak salah lihat."

Tiba-tiba, suara Aiman terdengar lebih tergesa-gesa.

"Eh, sayang, udah dulu ya. Rapatnya mau dimulai lagi, nanti malam aku pulang."

Aiman memutus panggilan begitu saja.

Almira menatap layar ponselnya, lalu mengalihkan pandangan ke mobil yang masih terparkir. Hawa dingin menjalar di tubuhnya, bukan dari cuaca, tapi dari sesuatu yang lebih mendalam, sebuah kebenaran yang masih tersembunyi di balik kata-kata manis.

~∆~∆~∆~

Di sudut kafe, Aiman kembali ke meja dengan ekspresi yang sulit ditebak. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.

Lia menatapnya curiga. Mata tajamnya menangkap ketidakteraturan pada gerak-gerik Aiman.

"Siapa bebz?" tanyanya, setengah bercanda, setengah menyelidik.

Aiman mendesah pelan, menyesap kopi di depannya sebelum menjawab.

"Almira."

Hanya satu kata. Namun bagi Lia, satu kata itu mengandung terlalu banyak hal yang tak terucapkan.

"Mau apa dia?"

Aiman menyandarkan tubuhnya ke kursi, menghela napas pendek.

"Gak perlu dibahas. Nanti malah merusak suasana."

---

Ketika Almira melangkah masuk ke dalam kafe, aroma kopi yang biasa membawa ketenangan terasa berbeda hari ini, pahit, menyerang, menusuk hingga ke dalam dada.

Langkahnya tertahan di depan pintu.

Matanya menyapu ruangan, mencari sosok Nadia. Namun, sebelum ia menemukannya, sesuatu yang lain menangkap pandangannya.

Di sudut ruangan, dua siluet yang sangat ia kenal duduk berdampingan.

Aiman dan Lia.

Tawa mereka ringan, tetapi bagi Almira, itu terdengar seperti gema yang menghantam dinding hatinya.

Dunia di sekitarnya terasa membeku.

Ia menelan ludah, jantungnya berdentam tanpa ritme yang jelas. Sejenak, ia ingin percaya bahwa ini hanyalah ilusi. Bahwa ia telah salah lihat.

Tapi tidak. Mereka masih di sana, bahu hampir bersentuhan, suara rendah berbagi sesuatu yang tidak seharusnya.

Di seberang ruangan, Nadia melambaikan tangan, wajahnya ceria seperti biasa. Namun, setiap langkah mendekat semakin menghimpit dada Almira.

"Nad," sapanya pelan, sambil menarik kursi. Tapi matanya, tanpa sadar, mencuri pandang ke sudut ruangan.

"Ada apa?" tanya Nadia, keningnya berkerut.

Almira menelan ludah. Senyumnya tipis, terlukis seperti bayangan.

"Aku pengen duduk di dekat sana. Yuk pindah ke meja itu," bisiknya.

Nadia menatapnya bingung, tapi akhirnya mengangguk.

Mereka bergeser ke meja lain.

Almira menarik napas panjang, berharap jantungnya berhenti berdetak begitu kencang. Kepalanya sedikit miring, telinganya tajam menangkap setiap kata dari balik sekat.

"Sayang, kamu yakin Almira nggak curiga?"

Bisikan Lia terdengar samar, tetapi menusuk hingga ke lubuk hati.

"Nggak, tenang aja. Aku sudah atur semuanya."

Kata-kata itu menghantam Almira seperti ombak besar.

Matanya memejam beberapa detik. Tidak ada air mata. Hanya ketenangan yang perlahan mendingin, seperti mata pisau yang baru diasah.

Tangannya mengetuk pelan tepi meja.

"Nad," bisiknya, suaranya nyaris seperti gumaman. "Kalau orang berkhianat sama kita… enaknya diapain ya?"

Nadia menatapnya, kening kembali berkerut.

"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"

Almira hanya tersenyum. Tipis, penuh misteri.

Sekali lagi, matanya melirik ke balik sekat, seperti seorang pemain catur yang tengah merancang langkah berikutnya.

"Balas mereka… dengan cara yang elegan," sahut Nadia setelah jeda.

Senyuman Almira melebar, tetapi dingin.

Dalam hatinya, sesuatu mulai terbentuk.

Bukan amarah yang meledak-ledak, tetapi sebuah rencana yang ia rancang diam-diam.

~∆~∆~∆~∆~∆~

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status