Jane hidup menderita karena suaminya yang jatuh miskin dan tidak peduli padanya, sedangkan ia selalu berangan-angan mempunyai suami yang tampan dan kaya, oh jangan lupakan Jane juga ingin memiliki wajah yang cantik! Bagaimana kalau itu semua terkabul dalam kehidupan kedua Jane sebagai Anne? Anne cantik, suaminya tampan dan kaya, bukan hanya kaya tapi sangat kaya! Tidak tanggung-tanggung suami Anne adalah seorang Presdir perusahaan besar, tapi adakah kehidupan yang sempurna? Lalu kenapa Anne memilih menyerah padahal ia punya semua yang Jane inginkan.
View MoreâKemana sih Bang Emran, dari semalam enggak pulang, apa dia lupa punya istri dirumah ini,â dengan kesal aku paksakan bangun, melihat ponsel jadul yang tergeletak di meja, tidak ada satupun balasan atau telpon balik dari Emran, suamiku, sungguh keterlaluan.
Entah sejak kapan aku merasa hubungan kami semakin dingin, jarang bertegur sapa, setiap pulang kerja pun mas Emran selalu mengeluh kelelahan dan tertidur, tak jarang mas Emran marah jika aku ingin meminta sedikit perhatian darinya. Perutku sangat lapar hingga kepalaku pusing menahan lapar, dari kemarin sore hanya air putih yang ku minum sebanyak-banyaknya, itu ku lakukan agar tidak terlalu merasa lapar. Tidak ada satupun makanan yang bisa aku makan, bahkan sebutir beraspun aku tak punya, aku tak menyangka bisa sampai di titik sangat-sangat miskin seperti ini, aku terus mengasihani diriku yang malang. âAstagaa! apa seburuk ini penampilan ku sekarang,â aku terlonjak saat melihat pantulan wajah kusut pada cermin lemari yang usang itu, rambut berantakan, mata berkantung, kulit kering dan gelap, juga badan yang semakin kurus. Semenjak menikah dengan mas Emran aku merasa hidupku makin sulit, pernikahan tidak seindah yang aku bayangkan. Padahal sebelum menikah, mas Emran cukup mapan dan memiliki pekerjaan yang lumayan, tapi tahun pertama pernikahanku mas Emran di PHK. Semua uang tabungan habis untuk kami bertahan hidup. Untungnya baru beberapa minggu ini mas Emran sudah memiliki pekerjaan baru walaupun hanya menjadi OB di sebuah perusahaan. Dengan kesal kucoba lagi menelpon mas Emran untuk yang kesekian kalinya, berharap dia mengangkat telpon kali ini. âHalooo!!â ingin rasanya ku telan dia saat ini juga. âKamu kemana sih!? dari kemarin enggak pulang, aku dirumah enggak makan sama sekali tau, kamu lupa kalau kamu masih punya istri ya!,â cecarku sebelum sempat ia menjawab. "Seharusnya kamu tanya dulu keadaan ku bagaimana Jane, kerjamu cuma berprasangka buruk dan ngomel," terdengar hembusan napas berat mas Emran. âAku di ajak ikut acara kantor, jadi aku sibuk bebersih semalaman ini, aku juga ingin segera pulang, aku capek! sudahlah jangan banyak mengeluh,â jawab mas Emran menahan kesal. "Kamu kan bisa angkat telponku dulu, kabari aku mas!" âAhh berisikk! aku bentar lagi juga pulang, ini aku bawain kamu makanan, sudah ya denger kamu ngomong bikin kepala ku makin sakit!,â sambungnya lagi lalu mematikan telpon. âAstaga, sial! Aku belum sempat jawab, dia mematikan telpon seenaknya saja,â ingin ke lempar ponsel jadul di tanganku tapi ku urungkan mengingat ponsel ini satu - satunya milikku. Dengan sisa-sisa tenaga, aku ke dapur walaupun entah apa yang akan ku masak, mungkin aku harus masak air, kebetulan air minum memang tinggal sedikit. Air minum pun aku harus memasak sendiri demi menghemat pengeluaran. Sembari menimba air dari sumur itu aku mulai berangan-angan, andai aku memiliki suami yang tampan dan kaya raya, meski mas Emran juga lumayan tampan tapi saat ini dia miskin dan sering bersikap kasar padaku, dia juga cuek dan tak peduli lagi. âAndai aku punya suami yang tampan, kaya raya, andai aku memiliki wajah yang cantik jelita. Ahh sudah ku bayangkan aku akan sibuk berbelanja apa saja yang aku mau dan juga sibuk mempercantik diri, bukan sibuk memasak air dan menahan lapar seperti ini,â keluhku semakin menjadi. âEmrann sialan!!â bisikku di pinggir sumur itu. âIngin ku tukar saja Emran dengan apapun asal aku bisa keluar dari hidup yang memuakkan ini!!â Setengah berteriak sembari membungkuk ke arah sumur tanpa pagar itu. Aku tak melihat banyak lumut di sekitaran bibir sumur, dan sangat licinn, lalu semua terjadi begitu cepat. SreeetttttttttâŚ.. BruuuuuuukkkkkkkkkkâŚ. Sial, aku terpeleset kumpulan lumut di pinggir sumur itu karena memikirkan hidupku yang berantakan, sudah miskin terpeleset pula membuat hatiku bergemuruh semakin marah dengan keadaan ini, dalam kepanikan kucoba meraih apa saja yang bisa membuat aku bertahan, tapi dinding sumur ini terlalu berlumut dan licin. âAaaaaaaaâŚ., Tolonggg!! mas Emrann tolongggg!!â aku teriak ketakutan saat tubuhku masuk kedalam sumur itu lebih dalam, tapi sepertinya percuma, rumah kontrakan kecil ini di ujung sekali, biasanya di jam segini orang-orang sudah berangkat bekerja. Aku masih berharap ada yang mendengar teriakan ku. "Tolooonggg!!! siapa saja tolong!!". Saat mulai tenggelam aku rasa ini memang adalah akhir dari hidupku, apa aku akan mati sekarang? apa ini akhir dari penderitaanku? ya ampun aku akan segera menyusul kedua orang tuaku yang sudah lama meninggal lebih dulu. " Ayah, Ibu, Tolongg aku takutttt," lirihku. Aku takut, dapat kurasakan air yang mulai memasuki seluruh inderaku, aku masih terus berusaha menggapai apa saja. Sudahlah, aku menyerah pada akhirnya, toh aku memang benci hidupku yang sekarang, oh mungkin aku hanya membenci Emran yang membuat aku dalam kubangan penderitaan ini. Aku berhenti berteriak dan pasrah tersedot semakin jauh ke bawah. Gelaapp sekali, kucoba memejamkan mata berharap kematian ini akan menjadi jalan keluar yang lebih baik, makin rapat kupejamkan mata ini makin damai dan tenang hatiku sampai rasanya mengantuk sekali, selamat tinggal Emran. *** Aroma parfum mahal menguar seakan-akan menusuk hidungku yang biasanya hanya menghirup bau sisa makanan di dapur, lalu bau apa ini sangat menenangkan, nyaman sekali rasanya aku ingin terus terpejam, aku merasakan sensasi aneh pada sekujur tubuhku, seperti orang kesemutan, kebas dan sulit sekali untuk membuka mata ini. Kesadaran ku datang seperti ombak kecil, satu per satu potongan-potongan adegan hidup yang aku benci bermunculan, lalu perasaan gelap dan ketakutan, lalu rasa di kulitku yang aneh, aneh seperti begitu sesak juga di dadaku, kepalaku pusing sekali. "Anne, Anne... bangun sayangg, bangun," nafas pria itu menggelitik pipiku. "Anne, sayaanggg ... bangun jangan buat aku khawatir, Anne bangunnn". Aku melihat sinar putih yang menyilaukan, setelah mengerjapkan mata beberapa kali barulah aku bisa melihat. Pandangan mataku mulai fokus, menatap langit-langit yang familiar tapi terasa seperti milik orang lain, dimana aku? kamar ini benar-benar sangat mewah, ini kamar impianku! sebentar, sungguh apakah aku di surga sekarang? bukannya tadi aku masuk ke dalam sumur ya? aku mati kan? "Sayang...kamu bisa denger aku kan? aku khawatir, kamu pingsan. kamu bisa denger aku kan, halloooo Annee, haloooooo..." pria itu melambaikan tangannya di depan wajahku. Aku menoleh lalu ternganga melihat betapa tampannya makhluk di hadapanku ini, astaga sepertinya aku tidak menemukan ketidaksempurnaan pada fisiknya, melongo bodoh aku sama sekali tak tau harus apa. "Sayang.....ayolah jangan begini, aku bingung harus bagaimana, kata Bibi kamu enggak mau makan beberapa hari ini cuma makan sedikit aja, kamu bisa mati kalau begini terus Anne," pria itu langsung memelukku tanpa aba-aba, tubuh ini langsung terbenam dalam pelukan hangatnya, wangi parfum mahal itu berasal dari pria ini ternyata. Aku mendongak lalu tatapan kami bertemu, astaga ganteng banget, hatiku bersorak kegirangan. "Aku kenapa ya?" tanyaku lirih, aku tidak bisa memikirkan apapun dan hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Sekelebatan ingatan - ingatan tentang pria ini bermunculan, tapi yang aku rasakan berikutnya hatiku sesak dan sangat sedih melihat potongan adegan demi adegan kehidupan sebelumnya, apa aku masuk ke tubuh ini karena aku ingin jadi cantik dan kaya? astaga aku lupa mencantumkan bahwa aku ingin hidup bahagia juga dalam hayalan ku waktu itu. Berarti sekarang adalah kehidupan Keduaku? refleks aku menepuk jidat, membuat pria di hadapanku ini bingung. "Sayang, kamu kenapa sih? kamu keliatan aneh. Baiklah aku akan menunda pernikahanku dengannya, aku akan menunggu sampai kamu siap, ini demi kita berdua sayang, demi kamu juga," ia melepas pelukannya. Hah? apa katanya menikah? menikah lagi maksudnya? aku langsung paham saat melirik sekilas foto pernikahan yang sangat besar di dinding kamar, sepertinya ini suamiku di kehidupan ini. Kemana wanita yang tubuhnya ku tempati sekarang? "Asal kamu makan ya, jangan begini lagi, jangan buat aku khawatir lagi," rayu nya lagi. Sialan menipu banget ketampanannya itu, ternyata dia mau kawin lagi! Aku seret kewarasanku, enak aja! ku lepas pelukannya dengan raut masam. "Aku ingin sendiri, tolong biarkan aku sendiri dulu," pria itu memandangku dengan lesu seperti kehilangan harapan, ia melangkah gontai, aku juga menolak saat ia ingin mengecup pipiku. " Baiklah, aku di ruang kerja kalau kamu butuh apapun panggil aku." Setelah pria itu pergi, aku bisa dengan leluasa mengamati kamar ini dan wah sangat luar biasa, lampu gantung kristal menggantung indah di atas tempat tidur bertiang empat yang dilapisi sprei sutra sangat lembut, deretan lemari mewah yang tak sabar ingin lihat apa saja isinya. Di sisi tempat tidur, ada kursi beludru coklat tua dengan corak keemasan. Pelan aku bangkit karena penasaran dengan tubuhku sekarang. "Astagaa!! apa ini aku?? ya Tuhan aku hanya ingin menjadi cantik kenapa engkau jadikan aku sangat cantik begini astaga aku ingin pingsan rasanya," tubuhku melorot ke lantai, semua ini terlalu tiba-tiba bagiku. Lalu kemana tubuhku? apa aku mati atau bertukar jiwa atau bagaimana? ya Tuhan kurasa jika kami bertukar jiwa perempuan itu akan langsung pingsan saat terbangun dengan tampang kusut pas - pasan dan hidup miskin. Aku lebih baik sih walaupun baru saja bangun aku sudah akan di poligami ya sepertinya begitu, aku meringis. ..."Katanya ke UGD, kok apartemen sih?" protesku saat Elvin berhenti di depan gedung menjulang tinggi. "Entahlah, aku hanya diminta kesini, mungkin tidak terlalu parah jadi Karina langsung pulang kan?" jawab Elvin tanpa menoleh. Aku curiga ini hanya modus perempuan itu untuk bisa bertemu suamiku. "Kamu mau tunggu di lobby aja? atau mau ikut? mungkin kamu enggak akan nyaman melihat aku ketemu sama Karina sayang." "Enggak, aku ikut aja, lebih baik aku saksikan sendiri dari pada aku menduga-duga," jawabku yakin. "Oke, aku harap kita enggak membuat keributan ya sayang," aku meliriknya sinis, dia pikir aku perempuan bar-bar apa, walaupun dalam hati ingin sekali menoyor kepala wanita itu di pertemuan pertama kami ini. Bisa-bisanya ia menelpon pria beristri untuk menemaninya, memalukan! apa tidak ada lagi laki-laki lajang di muka bumi ini hingga ia harus menelepon suamiku. Lift serasa bergerak lambat, sebenarnya aku sangat mengantuk dan capek tapi aku juga tidak mau memberikan ke
Tubuh ini melorot ke lantai kamar mandi lalu menyenggol benda apa saja dan menimbulkan suara nyaring hingga ke luar kamar mandi. Aku merespon sangat luar biasa hingga rasanya lutut pun lemas, apa mungkin karena ini adalah hal yang paling di tunggu-tunggu Anne dulu. Masih ku pegang benda pipih itu saat Elvin menerobos masuk dengan panik. Garis dua, sepertinya aku hamil, astaga! aku sangat kaget sekaligus ikut bahagia, aku juga sudah lama ingin punya anak dulu saat dengan mas Emran, aku sering menanti kehamilan, sampai di titik tidak lagi ku inginkan karena mas Emran yang miskin dan tidak beradab itu, kasian anakku kalau punya ayah macam dia. Melihatku yang terduduk di lantai kamar mandi Elvin suamiku di kehidupan kedua ini langsung memapahku dengan sigap, Elvin seperti sangat ketakutan terjadi sesuatu pada Anne. "Dok, apa ini artinya?" tanyaku memperlihatkan benda pipih itu pada dokter Hana, Elvin juga penasaran karena ia tidak tau soal ini. Dokter Hana meraih tespek i
"Kamu cantik sekali, Anne. Aku semakin mencintai mu," puji Elvin saat pertama kali melihatku keluar dari kamar setelah berdandan untuk ulang tahun perusahaan malam ini. Aku tersenyum kecut, mencoba menjadi diri Anne yang penurut karena siang tadi aku sudah mendapat sebuah peringatan yang di bungkus nasihat, Mama datang kerumah. Pertemuan dengan mas Emran tadi merusak suasana hatiku jadi ku putuskan untuk pulang dan berendam air hangat, hingga seorang wanita paruh baya menerobos masuk membuat aku terkejut bukan main, hampir saja aku melempar lilin aromaterapi ke wajahnya kalau aku tidak ingat itu adalah ibu Anne. "Anne, mama bikin kaget kamu ya? maaf ya sayang mama tadi sudah panggil-panggil kamu enggak jawab, ternyata enggak di kunci, lagian kata Elvin tadi masuk aja mungkin kamu lagi tidur," dengan sorot mata keibuan. "Enggak apa-apa ma, kenapa mama kesini?" dalam ingatanku hubungan Anne dan ibunya tidak begitu hangat. "Elvin tadi telpon mama katanya ada yang aneh dengan
"Emrann! mas Emran astaga, aku tak menyangka langsung bisa bertemu dia disini," tampangnya sumringah dan terlihat bahagia. Apa yang suamiku lakukan disana, ia fokus melihat ponselnya sembari sesekali tersenyum. penampilannya juga berubah, ia memakai setelan kemeja dan celana dasar seperti orang kantoran. Melihat mas Emran seperti itu mengingatkanku pada sosoknya sebelum kami menikah, ia pria yang tampan menurutku, punya pekerjaan mapan dan seperti bisa memberikan banyak kebahagiaan. Senyum yang lama tak kulihat di wajahnya hari ini muncul lagi membuat hatiku berdesir, ada setitik rindu disana, bagaimanapun ia suami yang pernah hadir dalam hidupku kan. Tak berselang lama, kuliat seorang perempuan muda menghampiri mas Emran, mas Emran lalu merangkul perempuan itu mesra, mereka tampak tertawa bahagia. tanpa sadar aku meremas stir mobil, hatiku panas, siapa perempuan itu. Bergegas aku turun setelah memarkirkan mobilku, mengejar mereka yang berjalan memasuki sebuah tempat maka
"Anne Charlotte," nama pemilik tubuh sebelumnya. Kucari dimana Anne menyimpan tas atau dompetnya, lalu segera kubuka tas mahal itu untuk menemukan kartu identitas. Aku terperangah melihat deretan kartu ATM yang aku yakin isinya tidak sedikit melihat dari tipe kartunya saja, uang tunai, dan handphone mahal, wah kaya banget si Anne pikirku senang. Tanganku sibuk mengotak atik ponsel mahal itu, aku ingat semua sandinya, PIN ATM pun ada di ingatkanku, terimakasih Tuhan, sudut bibirku terangkat. "Aku hidup sebagai Anne sekarang, sepertinya Anne tidak bahagia dengan hidupnya meski kaya raya, terbukti mungkin ia lebih memilih mati ketimbang bertahan dalam tubuh ini, ia terlalu mencintai pria tadi," aku mulai ingat tapi belum semuanya, aku harus banyak mencari tau kepahitan hidup apa yang membuat Anne menyerah. Setelah mandi dan puas memilih pakaian, aku mengagumi diriku di cermin, sangat cantik! sempurna sekali, aku harus berbelanja dan jalan-jalan sesuai angan-angan ku dulu. "M
âKemana sih Bang Emran, dari semalam enggak pulang, apa dia lupa punya istri dirumah ini,â dengan kesal aku paksakan bangun, melihat ponsel jadul yang tergeletak di meja, tidak ada satupun balasan atau telpon balik dari Emran, suamiku, sungguh keterlaluan. Entah sejak kapan aku merasa hubungan kami semakin dingin, jarang bertegur sapa, setiap pulang kerja pun mas Emran selalu mengeluh kelelahan dan tertidur, tak jarang mas Emran marah jika aku ingin meminta sedikit perhatian darinya. Perutku sangat lapar hingga kepalaku pusing menahan lapar, dari kemarin sore hanya air putih yang ku minum sebanyak-banyaknya, itu ku lakukan agar tidak terlalu merasa lapar. Tidak ada satupun makanan yang bisa aku makan, bahkan sebutir beraspun aku tak punya, aku tak menyangka bisa sampai di titik sangat-sangat miskin seperti ini, aku terus mengasihani diriku yang malang. âAstagaa! apa seburuk ini penampilan ku sekarang,â aku terlonjak saat melihat pantulan wajah kusut pada cermin lemari yang u
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments