Share

Bab 21

Penulis: Queencard
Husein menyela pertanyaan ibunya, “Kita makan dulu.”

Nenek Handoyo memandang Sita sambil tersenyum, “Sudah dibuatkan sup favoritmu. Husein, cepat tuangkan semangkuk sup untuk istrimu.”

Mata Sita terbelalak, dia ingin mengambil sendok itu sendiri, ternyata Husein jauh lebih cepat darinya. Tangan Husein yang panjang sudah mengambilkan semangkuk sup untuk Sita.

Sita melihat sup ikan putih susu di depannya, namun dia tiba-tiba kehilangan nafsu makan.

Ibu mertua, Wulan mendengus dingin, “Kenapa? Anakku sudah menyajikan sup untukmu, tetapi kamu malah terlihat tidak nafsu?”

Nenek Handoyo memandangnya dengan bingung, “Sita, apakah kamu tidak menyukai supnya?”

“Tidak nenek, aku menyukainya,”

Sita mengambil mangkuk itu. Tatapan Husein memperhatikan, Sita mencium aroma sup ikan itu lalu tanpa sadar mengerutkan kening.

Tetapi Sita masih memakannya sesuap, pada suapan kedua dia tidak bisa menelannya lagi.

Detik berikutnya, Sita meletakkan mangkuk itu lalu muntah.

Aneh, Sita dulu suka makan sup ikan ini, tetapi kenapa hari ini dia tidak bisa memakannya.

Nenek Handoyo terkejut, “Sita, kamu tidak hamil, kan?”

Begitu kalimat itu terlontar, dua pasang mata memandangnya tidak percaya.

Mata Sita terbelalak, sedikit linglung dan bingung. Bagaimana nenek bisa mengetahuinya?

Sekarang, Sita bergegas menutup mulutnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan sup ikan yang dimakannya tadi.

Dia merasa sudah memuntahkan seluruh isi perutnya, rasanya sangat tidak enak.

Ketika Sita mengulurkan tangannya untuk mengambil tisu, ada seseorang memberikan tisu itu, Sita dengan cepat mengelap sudut mulutnya, “Terima...”

Ketika Sita berbalik, Husein berdiri di belakangnya, kalimat terima kasih yang akan diucapkan ditariknya kembali.

Sita menutup matanya lemah, “Sepertinya belakangan ini aku terlalu tertekan, jadi agak demam.”

Setelah berkata demikian, suara berat seorang pria terdengar dari atas kepalanya, “Kalau memang demam, aku panggilkan dokter keluarga untuk memeriksamu.”

Jantung Sita tiba-tiba berdegup cepat,"Cuma demam biasa, tidak perlu ke dokter, beberapa hari lagi juga sembuh.”

“Yakin?”

Husein melangkah maju, menjebak Sita di depan wastafel, dia tidak ada jalan lain.

Sita menunduk dan melihat dasi biru di leher Husein, setelah diamati dia masih memakainya.

“Sita, lihat aku.”

Sita mendongak perlahan, tetapi Husein langsung menarik dagunya, gerakannya kuat dan mendominasi, tatapan matanya tajam mengamati, “Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?”

Napas Sita terhenti, “Tuan Husein, apa yang ingin kamu tanyakan?”

Tuan Husein?

Dulu Sita sangat baik dan penurut, dia memanggilnya Husein, tetapi setelah ada perempuan lain, nyalinya juga bertambah.

Husein menundukkan badannya, matanya dipenuhi amarah, “Menurutmu apa yang akan aku tanyakan?”

Sita melipat tangannya, mencoba menenangkan dirinya, “Aku benar-benar tidak hamil, jika kamu tidak percaya padaku…”

“Kenapa aku tidak percaya?”

Sita membeku, mendongak untuk melihat mata Husein, dirinya agak tidak mengerti.

Sejak kapan Husein percaya pada dirinya?

Husein tersenyum tipis, “Semalam tidur bersama seorang pria di hotel, jika kamu benar-benar hamil, setelah bercumbu semalaman, apakah anak itu masih ada di sana?”

Rona merah di wajah Sita seketika memudar, dia berpikir sejenak jika Husein mempercayai dirinya, tapi sepertinya itu hanya ekspektasinya sendiri.

Dia menutup matanya untuk menghalangi pandangan matanya.

Suara Husein terdengar dari atas kepala, “Bicaralah, takut ketahuan? Dengan siapa kamu semalam?”

Sita menghela nafas lega, selama Husein tidak meragukan keberadaan anak itu, Sita berkata dengan perlahan, “Kita sudah bercerai, aku bersama dengan siapa, tidak perlu bilang padamu.”

Husein menarik dasinya dengan kesal, “Sita, manakah dari kata-katamu yang jujur dan yang bohong? Pada awalnya kamu menikah denganku karena menyukaiku, tapi kenapa hatimu berubah begitu cepat?”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ibu Yanie
dulu bisa buka kunci dgn melihat dua iklan
goodnovel comment avatar
Ibu Yanie
dulu bisa buka dgn melihat dua iklan
goodnovel comment avatar
amymende
.....dan munafik, pura2 baik setelah menceraikan? beneran bikin bego ini cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status