Dorrr
Dorrr
Suara tembakan menggema dalam gudang. Cukup membuat gerakan makhluk itu tertahan. Kedua tangan kering dan tajam, melemah dan jatuh mengiringi tubuh susunan daun-daunjagung kering ke lantai. Samy dapat melihat jelas, kepala makhluk itu hancur berantakan. Tasya dan Hera yang sudah pasrah, menyadari gerakan daun-daun jagung dilantai berhenti seketika. Seperti dikendalikan remote kontrol. Mereka menyaksikan kejadian itu seperti mimpi buruk.Mereka kemudian mengembalikan keberaniannya untuk keluar dari persembunyian.
Diambang pintu, Paman Begi berdiri sempoyongan. Senapan masih tergenggam erat di tangannya. Sebagian tubuhnya menempel darah yang mengering.
“Apa kalian baik-baik saja?” katanya sambil berjalan berjingkat seperti zombie. Punggung dan sebelah kakinya mengalami cidera serius. Tampang lelaki itu benar-benar memprihatinkan.
“A—aku hampir mati, paman
Apakah sosok kutukan orang - orangan sawah dapat dilenyapkan? Kini tinggal beberapa orang masih bertahan dalam menghadapinya. Namun sepertinya tidak ada harapan hidup untuk keluar dari ladang jagung tersebut....
Hera sudah berlari menjauh, saat suara ledakan terdengar sangat keras. Bahkan ia sempat terpental mengenai pematang, namun beruntung tidak menyebabkan luka apapun. Paman Begi sengaja memperdayai tiga makhluk itu supaya dekat dengan area ledakan. Mereka pun tidak bisa menghindari puing-puing api yang membakar tubuhnya dalam jarak kurang dari sepuluh meter. Namun monster orang-orangan sawah yang memangsa Kakek Johan berhasil menghindari kobaran api. Sosok itu seketika menyerang Paman Ben dan Hera. Tiba-tiba sebuah pukulan keras berhasil menjatuhkan makhluk tersebut kedalam kobaran api. Paman Begi dan Hera berhasil selamat. Mereka menyadari si penyelamat itu. Tasya berdiri dengan senyum yang dipaksakan. Tangannya masih gemetar memegang sepotong kayu.Ladang hijau terbakar. Dalam sekejab tempat itu berubah menjadi hangus dan gersang. Makhluk-makhluk mengerikan itu sudah lenyap. Dengan segera, mereka menyelamatkan Devan yang masih terikat
Tiga Tahun kemudian. Malam yang mencekam. Langit gelap gulita seperti arang hitam. Tidak ada tanda – tanda kehidupan malam. Meskipun sadar itu terjadi disebuah perkotaan modern. Berkali – kali dia mencari – cari orang lain di sekelilingnya. Kembali dia berpaling dan menebarkan pandangannya. Benar – benar pekat dan tidak bisa melihat apapun. Lalu dia berjalan terus mengikuti nalurinya. Tak berapa lama kemudian, dia menemukan sebuah cahaya terang. Dengan berjalan perlahan mendekati cahaya tersebut. Kemdian dia menemukan api unggung di tengah sepinya kota. Dia terus mendekati api ungung tersebut. Setelah meneliti di sekitat api unggun itu, dia tidak menemukan seseorang. Namun
Di tempat yang jauh dari kota, nampak suasana desa yang sepi. Hutan pinus mengelilingi pemukiman desa yang sepi. Ladang sayur tumbuh dengan subur menjadi pelengkap keindahan desa. Beberapa petani sibuk bekerja di ladang sayur kentang dan lobak. Sementara dari arah hutan, terlihat seorang pemuda yang tengah sibuk mengumpulkan kayu bakar. Pemuda itu tak lain adalah Samy, alumni SMA Kranville. Kepulangannya ke desa tidak lain untuk mengindari diri dari trauma panjang pasca tragedi berdarah Sriwili. Setelah kejadian itu, saat masih kuliah, Samy tak pernah bisa tidur nyenyak. Maka dari itu dia memilih riseign dari kampus dan memilih tinggal di desa yang sunyi. Samy dan sepupunya, Edo sibuk mengumpulkan kayu bakar ke dalam gerobak. Edo, anak laki – laki belasan tahun yang menjadi satu - satunya teman Samy. Seperti kebiasaanya di kota, Samy tak begitu menyukai banyak teman. Dia
Selepas acara perayaan ulang tahun universitas, semua mahasiswa nampak kelelahan. Sampai jam kuliah yang seharusnya masuk, ternyata dibebaskan. Para dosen memberi kebijakan kepada mereka yang sudah antusias dalam menyelenggarakan perayaan tahunan. Namun kebebasan yang diberikan dosen, tidak dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Farah, Jean dan Linda. Mereka ingin memanfaatkan waktu luang untuk refresing sejenak. Hal itu disampaikan oleh Farah. “Nggak asyik kalau kita berdiam diri di kosan!” katanya penuh semangat. “Terus, apa rencanamu?” sahut Jean. “Kau tahu, kebebasan kita cuma sehari.” “Ya, harus ada ide.” Farah menatap Linda. “Biasanya kamu punya ide bagus?” “Ah kepalaku lagi mentok nih. Kemaren banyakan minum!” “Salah kamu sendiri!” Jean menukas. Linda tak me
Tasya dan Hera sedang menunggu bus di halte ketika suara Farah, Jean dan Linda mengejutkan mereka. Keduanya nampak bingung saat melihat tiga cewek tersebut. “Rupanya kita tak bisa santai.” Hera mengomentari. “Mereka selalu bikin ribet!” Tasya tersenyum datar. “Setidaknya, mereka melupakan Sriwilli.” “Seharusnya memang begitu. Ayo kita sambu mereka.” Hera melambaikan tangan ke arah Farah dan dua temannya. Lalu mereka segera bergabung. Bertepatan dengan itu, bus yang ditunggu akhirnya tiba. Mereka semua langsung naik dengan riang gembira. Dalam perjalanan, si cerewet Jean selalu buka mulut dan mengomentari banyak hal. Termasuk penampilan Tasya yang cuman pakai sweter krem dan celana jeans. Tidak pakai lipstik seperti yang lain. Ocehan Jean baru berhenti saat Hera menegurnya. Katanya bus umum tid
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun.Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus.Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya.“Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera.Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun.“Sam, apa yang
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun. Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus. Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya. “Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera. Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun. “Sam, apa yang terjadi denganmu. Kita sudah lama sekali tak bertemu... Akhirnya Ta
Ternyata rencana ketiga cewek super tengil di kampus Kranville tidak main-main. Mereka memiliki tekad bulat untuk pergi ke pertanian Sriwili. Tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan`pihak kampus karena jelas tidak akan disetujuinya. Mendengar rencana gila itu, Roy si berandal kampus serta dua temannya antusias saat Linda memberitahunya. “Kapan kita berangkat?” tanya Roy sambil membenarkan ikat kepalanya dari kain slayer. “Rencananya akhir pekan ini.” Jean memberitahu. “So, apa kita cuma berenam kesana?” tanya Roy lagi. “Siapa lagi?” sahut Linda. Roy tersenyum nakal. “Bagaimana dua cewek aneh itu?” Linda langsung tahu siapa yang dimaksud. “Mereka akan menentang rencana kita.” “Kok bisa?” Roy penasaran. “Kalau mereka ikut, tentu lebih