Semua Bab Devil's Scarecrow: Bab 1 - Bab 10
36 Bab
Prolog: Ketika Awal dari Kengerian itu
Daun-daun jagung seolah menari-nari dalam keremangan. Matahari senja turun perlahan menyisakan awan hitam diatas  permukaan lautan jagung pertanian desa Sriwilli.Senja benar-benar turun. Wiwa, seorang wanita muda  berjalan perlahan diantara barisan jagung kering di pertanian jagung milik ayah mertuanya. Ia sudahdianggap seperti anak kandungnya sendiri. Johan, ayah mertuanya seperti sudah tahu pada keadaan dirinya, yang belum juga dikaruniai seorang anakpun diusia pernikahan yanghampir tujuh tahun.Suaminya, Begi, rumah tangga mereka baik-baik saja.          Wanita berusia lebih dari tiga puluh tahun ituadalah sosok yang mandiri dan selalu membantu pekerjaan suaminya di ladang. Menjelang masa-masa panen, keluarga Johan sangat kewalahan. Pertanian jagung yang berhektar-hektar membutuhkan tenaga banyak.          Masalah datang menjelang masa panen.Burung-burung pen
Baca selengkapnya
Bab 1: Rencana Liburan
   Siang itu matahari bersinar cukup terang. Membuka setiap mata pada pemandangan alam yang menawan. Awan menggantung manja, di langit yang  biru. Menebarkan pesona warna bak permadani indah dari Turki.Pertengahan Juni, bukan hanya menampakkan alam yang bersahabat. Melainkan pancaran kebahagiaan bagi para pelajar SMAKota Bahari. Hari yang istimewa bagi pelajar seusai menempuh ulangan akhir semester akhir. Kegiatan tahunann itu cukup melelahkan bagi mereka, terutama  pelajar yang benar-benar memporsil otak demi naik kelas ketingkat XII jurusan IPA.Selama seminggu mereka bertempur menghadapi soal-soal menjenuhkan. Tidak adil kalau mereka tidak memperioritaskan waktu liburan. Rencana tersebut sangat  menjanjikan agar kesegaran otak dari kejenuhan sekaligus menambah pengalaman baru setelah liburan usai.Rencana liburan sudah direncanakan sebagian siswa jauh-jauh hari. Namun tidak seperti yang dilakukan tiga rem
Baca selengkapnya
Bab 2: Firasat Burukkah?
  RUMAH  minimalis itu terletak dijalan  kecil yang beraspal. Dinding hebel mengelilingi rumah asri yang ditanami beberapa pohon cemara. Memperindah tatanan taman kecil di depan rumah. Sore itu, Tasya mengurung diri dalam kamar. Seminggu ini ia harus tinggal sendirian dirumah. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk menemani  Adit, kakak Tasya yang sedang mengurus kuliah disana.Selepas membersihkan tubuh, Tasyaduduk-duduk santai sambil memikirkan kegiatan liburan. Entah  mengapa, ada yang mengganjal dalam benaknya. Seolah rencana itu bukan kegiatan yang menyenangkan. Ada firasat buruk disana.Sesuatu yang membuat pikirannya tidak tenang. Namun, Tasya tidak bisa memastikan seperti apa kejadian itu. hanya sebuah ganjalan dalam pikirannya saja. Atau mungkin, merupakan bias dari kelelahan otaknya selama masa ulangan semester akhir.  Jadi berusaha mengabaikan ketakutannya dan hal yang mempengaruhi pikirannya suatu kewa
Baca selengkapnya
Bab 3: Pasangan Kevin dan Anissa
Handpone milik Devanberdering. Bagas menelpon.Suara di seberang sana memberitahukan,  tempat transit mereka sebelum sampai tujuan. Setelah itu, devan mengumumkan kepada yang lain, bahwa transit istirahat sekitar lima belas menit lagi perjalanan.Dalam waktu yang tidak meleset, mobil berhenti di sebuah kedai makan di pinggir jalan.  Bangunan tersebut terbuat dari susunan kayu pinus yang dicat biru. Sangat kontras dengan warna ladang jagung di sekitarnya.“Akhirnya kita turun juga,” ujar Anisa yang sedari awal perjalanan sudah banyak mengeluh. Badan dan kakinya terasa pegal-pegal.“Perjalanan ini belum berakhir, Anis,” sahut Jaki seraya melirik botol minuman berenergi yang terselip dalam tas kecil milik cewek itu.Cewek itu langsung tahu apa yang dinginkan Jaki. Dengan tersenyum malu-malu Jaki menenggak  minuman itu sampai tinggal sedikit. Anisa cuma memasang wajah cemberut sambil geleng-geleng kepala.“Da
Baca selengkapnya
Bab 4 Kemana Penghuni Rumah?
Perjalanan mereka berakhir pada ladang jagung yang berwarna kuning pucat. Mobil mereka memasuki pelataran luas  yang ditumbuhi rumput-rumput pendek dan rapi. Beberapa  pohon jati tua tumbuh di sisi barat pelataran. Membuat tempat itu tidak sepenuhnya tersengat  sinar matahari. Sebuah rumah kayu yang cukup besar  bertantai dua berdiri menghadap pelataran. Rumah besar milik Kakek Johan dan Nenek Sita sudah kelihatan tua, namun masih kokoh dan indah. Para remaja turun dari mobil sambil berretiak kegirangan. Perjalanan yang menjenuhkan sudah berakhir. Mereka menginjakkan kaki di desa Sriwilli disambut tiupan angin lembut yang menyejukkan wajah. Mempermainkan perlahan rambut-rambut mereka. Anisa nampak begitu  menikmati. Gaun  putih seperti
Baca selengkapnya
Bab 5 Ada Sesuatu dalam Ladang Jagung
Perasaan Tasya sama sekali sudah melupakan ketakutan seperti sebelumnya.Sekarang penuh keceriaan dan  gerai tawa bersama Hera. Diantara semua cewek, Tasya yang paling ahli dalam membuat makanan.  Mereka tidak mau melibatkan Anisa yang suka bersolek. Cewek itu hanya akan menambah masalah kalau dilibatkan. Namun Anisa sesekali butuh teman sesasama wanita. Jadi ia menemani Tasya dan Hera di dapur. Sejak masuk ke dapur cewek norak itu hanya sibuk menghias diri.Membawa serta cermim kecil kesayangannya. Cermin itu sudah seperti separuh nyawanya. Kemanapun selalu dibawa. Bahkan saat tidur sekalipun! 
Baca selengkapnya
Bab 6 Pesta Malam di Pinggir Ladang
  Tak terasa, malam pun tiba.  Suasana sepi nan mencekam menyelimuti pertanian jagung maha luas. Membuat suasan dalam rumah itu nampak seperti pekuburan kono.  Pukul tujuh, para remaja sudah menyelesaikan makan malam dengan meriah. Semua lauk ludes tanpa sisa. Mereka seperti tidak makan  dalam beberapa hari. Perut mereka seperti lebih besar dan lebih banyak menampung makanan dari biasanya.Bagas tidak lupa mengambil dua kali lipat dari porsi teman-temannya. Permintaan Bagas, tidak gratis. Devan menuntut konpensasi, memijat punggungnya nanti malam.   Seperti yang lain, Tasya juga makan dengan lahap. Ia terbawa suasana kelaparan seperti teman-temannya. Suasana yang sama sekali tidak bisa didapat didalam rumahnya, meski memiliki keluarga dan uang yang cukup. Kehidupan dalam rumah dirasakan begitu jenuh dan monoton. Tidak ada derai tawa keluarga saat berkumpul di ruang keluarga, yang tampak hanya sunyi seperti pekuburan. Kedua orang tuanya
Baca selengkapnya
BAB 7 Kedatangan Tamu Tak diundang
 Pesta masih berlanjut. Tasya dan Hera muncul sambil membawa minuman Bajigur dalam teko logam yang besar dan sekotak biskuit. Bagas menyusul dibekangnya sambil membawa baki berisi gelas. Samy tengah sibuk mengumpulkan kayu bakar yang diambil dari teras belakang rumah. Kemudian ke delapan  anak remaja itu duduk mengitari api unggun sambil sesekali bercanda. Kevin sudah memeluk gitarnya sambil sesekali beradu pandang dengan Anis.  Lagi-lagi sang Vokalis Jaki menunjukkan penampilan buruknya. Namun mereka semua menjadi lebih bersemangat. “Pesta segera dimulai, kawan!” seru Devan sambil mengacungkan  tangan. Ia berusaha menguasi keadaan. Meyakinkan diri sendiri, bahwa semuanya baik-baik saja. Mereka semua sorak kegirangan. Gelas-gelas diisi minuman penghangat. Aroma harum khas kelapa menyeruak hidung.  Tasya sendiri sudah sama sekali melupakan firasat buruk dan pertemuanny
Baca selengkapnya
Bab 8 Malam Mencekam
Rasanya sudah bolak-balik melewati jalan yang berbeda. Namun tetap saja rombongan remaja itu tidak menemukan  rumah Kakek Johan. Devan yang memimpin di depan pun tidak bisa berbuat banyak. Mereka seolah tersesat di dalam ladang. Lalu mereka berhenti di tengah ladang yang kosong dan berhenti sambil melepas lelah.   “Kita tidak bisa keluar dari ladang sialan ini!” keluh Hera sambil mengatur nafas.   “Ya, kenapa   bisa   begini,” sahut Kevin.   “Aneh, kok bisa tersesat di ladang.” Tasya menimpali seraya duduk diatas tumpukan daun jagung kering yang terikat rapi. Ia meluruskan kedua kakinyayang kaku.   “Coba cari sinyal!” ujar Samy, yang sudah mengayun-ayunkan handphone di udara.   “Nihil. Tidak ada sinyal!” Tasya mengeluh sambil terus berjalan mencari sinyal.    Remaja yang lain  juga melakukan hal yang sama. Mereka mendengus k
Baca selengkapnya
Bab 9 Misteri Gudang Tua
“Sudah pukul dua belas!” seru Tasya beberapa saat kemudian. “Apa kalian tidak ngantuk?” “Ah, rasanya malam hari begitu cepat sih,” sahut Kevin kecewa. “Benar, harusnya  waktu jangan terlalu cepat,” sahut Anisa sambil menggeliat malas. “Memangnya waktu punya nenek moyangmu!” protes Jaki. “Kita harus cepat tidur. Aku ngantuk banget, besok pekerjaan kita masih banyak,” ujar Hera sambil menguap. Lalu bergegas naik menyururi tangga menuju kamar. Begitu melihat bed cover ia langsung menerjunkan diri. Sebelum menyusul yang lain, Tasya memutuskan ke kamar mandi untuk buang air. Ia  pelan-pelan menuju lorong menuju kamar kecil.Lampunya tidak seterang di ruang tamu atau ruang lainnya. Dalam lima menit, ia sudah keluar dari kamar mandi. Matanya masih belum ngantuk namun tidak ada kegiatan lag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status