Tidak membuang banyak waktu lagi bagi Samy untuk segera sampai di pertanian Sriwilli. Dengan menumpang angkutan yang membawa jerami kering, Samy menuju pertanian milik Johan Farm. Hanya membutuhkan waktu dua jam, dia sampai di rumah tua bekas kediaman keluarga Johan itu. Setelah turun, Samy menebarkan pandangan ke pertanian kering itu. Sekilas memorinya mengenang ladang jagung Johan Farm yang penuh dengan monster kutukan yang meninggalkan ceceran darah dari teman-temannya.
Suasana panas, membawa Samy untuk segera masuk ke rumah tua milik Kakek Johan. Perlahan Samy melintasi pelataran luas itu. Kondisi rumah sepertinya sudah jauh berbeda dari tiga tahun yang lalu. Area sekitar rumah juga sudah lapang. Hanya menyisakan bekas batang jagung kering. Jadi pertanian tersebut terlihat tidak seseram dulu. Hanya saja Samy masih terus waspada karena bagaimanapun juga tempat itu masih
Tak berapa lama seorang polisi lokal yang sedang berpatroli menemukan mobil terbengkalai. Dia memeriksa mobil dengan cup yang masih terbuka. Sesaat dia meneliti di sekitar ladang kering tapi tak menemukan siapa-siapa. Lalu polisi berusia setengah abad itu masuk ke ladang kering berisi semak. Dia berinisiatif mencari sumber mata air, karena sudah dipastikan pemilik mobil mencari air untuk mengisi radiator.Beberapa saat polisi itu melihat sungai kecil. Secara perlahan dan penuh waspada dia menelusuri sungai tersebut. Di sana dia agak kecewa karena tak menemukan siapa-siapa. Namun saat dia hendak berbalik, polisi itu secara tak sengaja terkatuk sesuatu yang menyebabkannya jatuh. Dia memekik tertahan, saat melihat seseorang tergeletak dengan mulut terbuka. Di bagian leher terdapat bekas jeratan atau cekikan kuat. Dia yakin, orang tak bernyawa itu adalah pemilik mobil yang terbengkalai di jalan.Se
Bab nektEuforia Menuju Farm JohanSebuah mobil jepp warna biru meluncur meninggalkan kota Kranviile. Terdapat enam penumpang dengan wajah penuh keceriaan. Mereka tak lain adalah Linda, Jean dan Farah. Sementara tiga lelaki, Roy dan tua temannya, Jo dan Kim. Mereka nekad berangkat ke Farm Sriwilli tanpa Tasya dan Hera. Sudah berbagai cara membujuk dan memaksa kedua cewek itu tetapi tak berhasil. Awalnya Linda memaksa Tasya dan Hera ikut serta sebagai pemangu perjalanan karena keduanya memiliki pengalaman banyak Farm Sriwilli.Setelah melewati hampir dua jam, mereka berhenti di sebuah kedai makan. Hal itu dikarenakan Jim ingin buang air kecil.Sambil menunggu cowok bertubuh gempal itu, Linda dan yang lain melihat-lihat area sekitar ladang jagung yang masih hijau segar. Mereka tak membeli perbekalan, karena Jean sud
Daun-daun jagung seolah menari-nari dalam keremangan. Matahari senja turun perlahan menyisakan awan hitam diatas permukaan lautan jagung pertanian desa Sriwilli.Senja benar-benar turun. Wiwa, seorang wanita muda berjalan perlahan diantara barisan jagung kering di pertanian jagung milik ayah mertuanya. Ia sudahdianggap seperti anak kandungnya sendiri. Johan, ayah mertuanya seperti sudah tahu pada keadaan dirinya, yang belum juga dikaruniai seorang anakpun diusia pernikahan yanghampir tujuh tahun.Suaminya, Begi, rumah tangga mereka baik-baik saja. Wanita berusia lebih dari tiga puluh tahun ituadalah sosok yang mandiri dan selalu membantu pekerjaan suaminya di ladang. Menjelang masa-masa panen, keluarga Johan sangat kewalahan. Pertanian jagung yang berhektar-hektar membutuhkan tenaga banyak. Masalah datang menjelang masa panen.Burung-burung pen
Siang itu matahari bersinar cukup terang. Membuka setiap mata pada pemandangan alam yang menawan. Awan menggantung manja, di langit yang biru. Menebarkan pesona warna bak permadani indah dari Turki.Pertengahan Juni, bukan hanya menampakkan alam yang bersahabat. Melainkan pancaran kebahagiaan bagi para pelajar SMAKota Bahari. Hari yang istimewa bagi pelajar seusai menempuh ulangan akhir semester akhir. Kegiatan tahunann itu cukup melelahkan bagi mereka, terutama pelajar yang benar-benar memporsil otak demi naik kelas ketingkat XII jurusan IPA.Selama seminggu mereka bertempur menghadapi soal-soal menjenuhkan. Tidak adil kalau mereka tidak memperioritaskan waktu liburan. Rencana tersebut sangat menjanjikan agar kesegaran otak dari kejenuhan sekaligus menambah pengalaman baru setelah liburan usai.Rencana liburan sudah direncanakan sebagian siswa jauh-jauh hari. Namun tidak seperti yang dilakukan tiga rem
RUMAH minimalis itu terletak dijalan kecil yang beraspal. Dinding hebel mengelilingi rumah asri yang ditanami beberapa pohon cemara. Memperindah tatanan taman kecil di depan rumah. Sore itu, Tasya mengurung diri dalam kamar. Seminggu ini ia harus tinggal sendirian dirumah. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota untuk menemani Adit, kakak Tasya yang sedang mengurus kuliah disana.Selepas membersihkan tubuh, Tasyaduduk-duduk santai sambil memikirkan kegiatan liburan. Entah mengapa, ada yang mengganjal dalam benaknya. Seolah rencana itu bukan kegiatan yang menyenangkan. Ada firasat buruk disana.Sesuatu yang membuat pikirannya tidak tenang. Namun, Tasya tidak bisa memastikan seperti apa kejadian itu. hanya sebuah ganjalan dalam pikirannya saja. Atau mungkin, merupakan bias dari kelelahan otaknya selama masa ulangan semester akhir. Jadi berusaha mengabaikan ketakutannya dan hal yang mempengaruhi pikirannya suatu kewa
Handpone milik Devanberdering. Bagas menelpon.Suara di seberang sana memberitahukan, tempat transit mereka sebelum sampai tujuan. Setelah itu, devan mengumumkan kepada yang lain, bahwa transit istirahat sekitar lima belas menit lagi perjalanan.Dalam waktu yang tidak meleset, mobil berhenti di sebuah kedai makan di pinggir jalan. Bangunan tersebut terbuat dari susunan kayu pinus yang dicat biru. Sangat kontras dengan warna ladang jagung di sekitarnya.“Akhirnya kita turun juga,” ujar Anisa yang sedari awal perjalanan sudah banyak mengeluh. Badan dan kakinya terasa pegal-pegal.“Perjalanan ini belum berakhir, Anis,” sahut Jaki seraya melirik botol minuman berenergi yang terselip dalam tas kecil milik cewek itu.Cewek itu langsung tahu apa yang dinginkan Jaki. Dengan tersenyum malu-malu Jaki menenggak minuman itu sampai tinggal sedikit. Anisa cuma memasang wajah cemberut sambil geleng-geleng kepala.“Da
Perjalanan mereka berakhirpada ladang jagung yang berwarna kuning pucat. Mobil mereka memasuki pelataran luasyang ditumbuhi rumput-rumput pendek dan rapi. Beberapapohon jati tua tumbuh di sisi barat pelataran. Membuat tempat itu tidak sepenuhnya tersengatsinar matahari. Sebuah rumah kayu yang cukup besarbertantai duaberdiri menghadap pelataran.Rumah besar milik Kakek Johan dan Nenek Sita sudah kelihatan tua, namun masih kokoh dan indah. Para remaja turun dari mobil sambil berretiak kegirangan. Perjalanan yang menjenuhkan sudah berakhir. Mereka menginjakkan kaki di desa Sriwilli disambut tiupan angin lembut yang menyejukkan wajah. Mempermainkan perlahan rambut-rambut mereka. Anisa nampak begitumenikmati. Gaunputih seperti
Perasaan Tasyasama sekali sudah melupakan ketakutan seperti sebelumnya.Sekarang penuh keceriaan dangerai tawa bersama Hera. Diantara semua cewek, Tasya yang palingahli dalam membuat makanan.Mereka tidak mau melibatkan Anisa yang suka bersolek. Cewek itu hanya akan menambah masalah kalau dilibatkan. Namun Anisa sesekali butuh teman sesasama wanita. Jadi ia menemani Tasya dan Hera di dapur.Sejak masuk ke dapur cewek norak itu hanyasibuk menghiasdiri.Membawa serta cermim kecil kesayangannya.Cermin itu sudah seperti separuh nyawanya. Kemanapun selalu dibawa. Bahkan saat tidur sekalipun!