Share

2. Kenyataan

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 17:34:58

Dokter jaga masih diam, tatapannya tertuju pada pria berpakaian serba hitam yang menatap penuh intimidasi padanya. Pria berjas putih itu pun berdiri melangkah menuju ke Jaquer.

"Baiklah, Tuan. Baringkan anak Anda di sana!"

"Hai, apa-apaan ini. Bukankah aku yang memintamu lebih dulu? Apa ancamanku tidak berarti bagimu? Baik, akan kuhubungi suamiku Dewa Matahari Timur," kata wanita itu penuh emosi.

Mendengar nama yang tidak asing di telinga Jaquer, bibirnya menyeringai. Sementara Meilani, tubuhnya bergetar mendengar nama yang tidak biasa itu. Perlahan dia melangkah mundur mendekat pada Jaquer.

"Lebih baik kita mengalah saja, Jaqu?"

Melihat istrinya yang ketakutan, Jaquer meraih jemari dan menggenggamnya. Kepalanya mendekati telinga sang istri dan berbisik lembut, "tenangkan dirimu. Kamu pasti aman dan Leonard akan mendapatkan kesehatan nya lagi!"

Meilani tengadah menatap wajah tampan suaminya yang lama tidak dilihatnya. Kedua kelopak matanya bergerak indah dengan bulu mata yang lentik membuat Jaquer ingin segera mendekap dan melabuhkan kecupan ringan.

"Mau apa kamu, Jaqu?" bisik Meilani.

Perlahan ibu jari Jaquer membelai lembut sudut mata kanan istrinya. Lalu ditunjukkan benda kecil hitam.

"Maaf ada setitik debu yang menghalangi pandanganku untuk melihatmu," bisik Jaquer.

Mendapat perlakuan yang manis membuat Meilani menunduk malu. Kedua pipinya bersemu merah dan itu mampu mengunci pandangan Jaquer untuk tidak berpaling.

"Cantik."

Satu kata yang makin membuat kepala Meilani menunduk dalam. Namun, keintiman ini tidak bertahan lama karena terdengar derap langkah beberapa orang mendekati ruang pemeriksaan darurat.

Ada enam orang berpakaian hitam berbaris rapi membentuk jalan. Seorang pria berusia senja berjalan menuju ke ruang dimana Jaquer ada.

Pria itu begitu tergesa menghampiri sosok wanita yang sombong dan arogan. Melihat lelaki itu mendekat, suara manjanya langsung keluar.

"Suamiku, lihatlah pria miskin ini! Dia telah berani memprovokasi agar putra kita tidak mendapatkan kesehatannya," adu wanita itu.

Pria yang dipanggil suami langsung menoleh pada arah yang ditunjuk oleh istrinya. Begitu melihat sosok Jaquer kedua bola matanya membulat sempurna, lalu saat itu juga dia membungkuk memberi hormat.

"Salam sejahtera, Dewa Naga Emas!"

Jaquer menatap dingin pada bawahannya yang ternyata sedang berada di kota yang sama. Lalu pandangannya beralih pada wanita yang tadi menghinanya.

"Jaga lisan istri mudamu agar tahu tempat, Jiwon!"

Apa yang terucap begitu jelas didengar oleh wanita sombong membuatnya mengerutkan dahi. Istri muda? Dua kata yang langsung tersimpan di otaknya.

"Bagaimana kabar perbatasan timur, Jiwon? Kelihatannya sudah reda hingga ada waktu buatmu berkeliaran," tegas Jaquer.

Pria yang dipanggil Jiwon menunduk, dia tidak berani menatap pada atasannya. Selama ini apa yang dilakukannya tersimpan rapi. Namun, akibat kecerobohan istrinya hari ini dia harus mendapat konsekuensi atas keteledorannya itu.

"Pergi ke laut Timur. Asingkan dirimu, cari pemberontak penjual aset negara!" Perintah tegas Jaquer meluncur begitu saja tanpa memedulikan perasaan wanita sombong yang seakan terkoyak.

Sementara Meilani memiliki perasaan yang sulit terkendali. Berbagai pertanyaan melintas di otak hingga dia terdiam dalam lamunan panjang.

"Meilani, hai!" panggil Jaquer lembut sambil membelai lengan wanitanya.

Wanita itu terhenyak kaget lalu kepalanya tengadah menatap pada manik mata elang suaminya, "apakah ini semua nyata, Jaqu?"

"Heem." Jaquer mengulum senyum manis sambil tangannya meriah pinggang ramping istrinya, "tetaplah di sampingku meskipun badai menerjang!"

Meilani mengangguk, lalu dia mengurai pelukan suaminya dan berjalan mendekati brankar putranya. Terlihat wajah Leonard sudah mulai segar.

"Tuan, bagaimana dengan putraku?" tanya wanita sombong.

"Alex, urus pria kecil itu!" Jaquer memberikan perintah pada bawahannya lalu dia berjalan menuju ke tempat putranya.

Tatapan penuh rindu tersirat pada sorot mata pria kecil. Tangan mungilnya menggapai ingin menyentuh ayahnya. Melihat hal itu, Jaquer pun segera mendekat dan duduk di samping putranya.

"Apa kabar, Jagoan?"

"Apakah Anda benar seorang Jendral Langit?"

Jaquer tersenyum, lalu dia mengangguk pelan membuat bibir pria kecil melengkung sempurna. Lalu tatapan kecil berpaling pada ibunya.

"Lihatlah dia--ayahku, Ibu! Seperti apa yang sering aku katakan bahwa di mimpiku dialah jendral itu," tutur Leonard.

Meilani hanya mengangguk sendu, sudah bukan rahasia lagi jika putranya selalu berkata bahwa ayahnya adalah seorang jendral langit. Namun, tidak ada satu pun yang mempercayai perkataan pria kecil.

Bahkan, akibat pernyataannya itu dia seringkali dibully dan dihina oleh teman juga kerabat lainnya. Sejak saat itu, Meilani tidak mengijinkan putranya berkata itu.

Jaquer hanya diam menyimak apa yang diceritakan putranya. Lelaki itu menggeram lirih dengan tangan mengepal menahan emosi.

"Tinggu disini sebentar, aku menjawab panggilan dulu!" pamit Jaquer saat dilihatnya ada panggilan masuk pada gawainya. Lalu dia melangkah keluar dari ruang tersebut.

Sepeninggal Jaquer, Meilani menatap dingin dan merajuk pada putranya. Apa yang dilakukan olehnya membuat Leonard menatap penuh tanya pada ibunya.

"Lain waktu jangan buka apapun pada pria itu. Ibu tidak mau bergantung padanya, Leon!" tegas Meilani.

"Tapi mengapa, Ibu. Toh dia adalah ayahku," tolak Leonard.

"Ibu ucap tidak iya tidak, Leon. Cukupi sudah semua dan ibu tidak mau jika kamu terluka lagi," jawab Meilani dengan nada sendu dan lembut.

Leonard menatap ibunya, lalu tangan mungilnya terangkat menggapai wajah cantik sang ibu meskipun kulitnya sedikit kusam. Dibelai perlahan lalu melepas dengan ragu.

"Baiklah, tunggu aku besar nanti, Ibu. Semua akan kubela bahkan hingga tetes darah terakhir."

"Tidak, tidak. Cukupi kesehatan dan kepandaian yang harus kamu gapai. Tidak lebih."

Keduanya saling menguatkan, tetapi tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sejak tadi melihat dan mengawasi interaksi keduanya.

"Rupanya separah itu derita kalian, mulai hari ini aku yang akan membersihkan jalan hidup kalian ke depan!" Jaquer tersenyum penuh semangat. Dia lalu menghubungi bawahan dan memberi perintah untuk menyelidiki kehidupan anak istri setelah ditinggalkannya.

Jaquer pun melangkah menuju ke kantin rumah sakit. Saat dia berbelok arah, dari arah berlawanan ada seorang wanita cantik dengan gaun mewah berjalan tergesa menuju ke ruang perawatan darurat.

Wanita itu tidak memedulikan perawat yang memanggil dan berusaha untuk menahan langkahnya. Wanita yang terlihat berkelas dengan semua atribut bermerk membuat beberapa petugas paramedis mengangguk penuh hormat.

"Tunjukkan padaku dimana kamar Tuan Muda?"

"Maaf, Anda siapa? Sesuai perintah tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin beliau," kata seorang perawat yang berhasil mencegah wanita itu.

Namun, wanita itu menyentakkan tangannya seolah menolak apa yang dikatakan oleh perawat itu. Dia terus melangkah menuju ke ruang perawatan darurat. Sesuai dengan informasi yang di dapatnya bahwa pria itu ada di ruang tersebut.

Hingga akhirnya dia sampai di depan pintu, napasnya sedikit terengah akibat bergerak terlalu cepat dengan high heel. Perlahan pintu ruangan di dorong, lalu pandangannya melihat sekeliling mencari sosok yang dicarinya.

Bibir merah maroon melengkung tipis kala dilihatnya sosok pria kecil terbujur di atas ranjang pesakitan. Wanita itu melangkah mengikis jarak dan berkata, "Dimana pria itu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dewa Naga Terpilih   72.

    Tubuh Jordan jatuh ke tanah dengan darah keluar merembes dari sela Pedang Naga. Jaquer berdiri tegak di atas tubuhnya dengan seringaian tajam.Melihat kondisi pimpinan Sekte seluruh anggota seketika berlutut meminta maaf dan menyuarakan kesanggupan berada di bawah kendali Jaquer.Pria itu langsung menghentak kedua lengannya hingga menimbulkan kilatan petir yang menggelegar membelah malam yang sunyi."Kami bersedia mengikuti jalan Naga bersama Anda, Tuan Jaquer?"Salah satu pimpinan kanan Sekte Bulan Sabit menunduk dan bersujud berpegang pada pedangnya."Bangkit dan rawat semua anggota yang terluka, bereskan semua tanpa sisa!" Suara Jaquer penuh tekanan dan tegas.Usai berkata, ia melangkah meninggalkan wilayah Sekte. Suasana kembali senyap hanya beberapa anggota yang tersisa menatap kepergian Jaquer.Bayangan itu menghilang di telan kegelapan malam. Sinar bulan menerpa wajah dingin dan kokoh, berdiri tegak menatap jauh."Tuan, kondisi tuan muda makin melemah. Apa yang harus kita lakuk

  • Dewa Naga Terpilih   71.

    Rembulan pucat menerobos celah awan kelabu. Angin malam menderu, menyapu jubah hitam Jaquer dengan wajah tegas, mata tajam berdiri di tepi jurang. Di seberang, di dataran yang lebih rendah, gumpalan asap tebal masih menyelimuti wilayah sekte bulan sabit."Dendammu sudah kubalaskan, Maelani. Tersenyumlah!"Namun, apa yang telah dilakukan oleh Jaquer justru membawa akibat yang fatal. Di saat dia meluluhlantahkan sekte beberapa anak buah Jordan berkelana mencari keberadaan putranya."Jaquer, kau telah membangunkan singa tidur. Maka jangan salahkan aku jika putramu mati!"Suara penuh tenaga mengudara begitu saja dan jelas menyapa telinga Jaquer. Pria itu mengeram keras, tubuhnya seketika melenting ke udara dengan pedang terhunus.Tanpa sepatah kata pun, Jaquer melompat dari tebing. Bibirnya mengeluarkan suara cukup keras, "kau yang sudah membuatku gila, Jordan!"Tubuh yang kekar melayang menuju ke dataran rendah. Jubahnya mengembang seperti sayap kelelawar raksasa. Di udara, dengan gerak

  • Dewa Naga Terpilih   70.

    Perkelahian sudah tidak dapat dihindari lagi, emosi Jaquer sudah di atas hingga membuatnya sulit terkendali.Serangan dilancarkan Jaquer bertubi menghancurkan seluruh bangunan sekte bulan sabit tanpa sisa membuat Jordan Wang keluar dari persembunyiannya dan berdiri menatap setiap pergerakan Jaquer."Aku ingin kalian hancur tanpa sisa atas nyawa istriku!" Suara Jaquer membahana ke seluruh antero Sekte Bulan Sabit. Jordan Wang berdiri tegak di depan bangunan utama sekte. Tatapannya tajam menghunus manik mata Jaquer."Jaquer jangan seperti ini, semua tahu bukan aku pelakunya. Saat itu aku justru membantumu dalam proses pemakaman," jelas Angeli.Namun, kalimat Angeli bagai angin lalu di telinga Jaquer, pria itu masih terus bergerak liar menyerang siapa saja yang menghalanginya untuk sampai di bangunan utama.Melihat banyaknya korban bawahannya, Jordan terpaksa turun tangan. Pria paruh baya itu pun melontarkan pukulan jarak jauh.Seketika terlihat sekelebat sinar biru keperakan melesat m

  • Dewa Naga Terpilih   69.

    Di tempat lain terlihat sosok pria berjubah hitam berdiri di atas atap gedung yang tinggi dengan seringaian tajam.Tidak hanya itu, dia juga menyebarkan aura kematian di seluruh sekte milik Jordan Wang.Angin yang berhembus membawa pesan Kematian yang disebarkan oleh Jaquer hingga membuat sebagian anggota kelas rendah merasa putus asa."Mengapa malam ini begitu pekat auranya, bahkan pelaku kebakaran belum bisa ditemukan." Salah satu bawahan sekte menggerutu mencurahkan isi hati."Apakah kalian tidak merasa aura ini begitu familiar?" timpal yang lainnya.Beberapa anggota satu kelompok yang berisi lima orang itu menjadi saling pandang begitu mendengar temannya yang lain mengutarakan pendapatnya."Apakah kau ada gambaran satu nama, Anton?"Pria yang dipanggil Anton menggembuskan napas panjang, lalu kedua bola matanya berputar seakan mencari sosok yang dia maksud."Aku sangat hafal dengan aura ini, pasti Jaquer sedang melaksanakan aksi balas dendam.""Iya, kau benar. Tetapi pergerakannya

  • Dewa Naga Terpilih   68.

    Angeli masih diam berdiri di samping Jaquer saat peti mati Meilani mulai diturunkan. Dia terlihat sedih meskipun dalam hati bersorak kegirangan.Semua pelayat satu per satu mulai meninggalkan tempat saat pemakaman selesai menyisakan Jaquer dan Angeli. Sedangkan Leonard sudah dibawa pergi oleh Elang yang juga ikut mengantar jasad Meilani."Sudahlah, Jaquer, ayo kuantar kau pulang!" ajak Angeli.Jaquer masih diam, pandangannya tidak lepas dari batu nisan istrinya. Ujung ibu jarinya masih bergerak mengusap nama Meilani."Mei, mengapa kau cepat tinggalkan aku?""Semua sudah ditulis oleh penguasa alam, Jaquer. Kau harus terima," jawab Angeli."Harusnya dia bercerita saja siapa dalang semua ini agar tidak meninggalkan tanya," gumam Jaquer lagi.Angeli menyeringai tipis di belakang Jaquer, tetapi tapak tangannya berjalan di punggung lebar pria itu.Perlahan tangannya mulai bergerak lembut mengusap punggung Jaquer, dia sama sekali tidak peduli jika mendapat amarah sang pria."Ayolah, Jaquer,

  • Dewa Naga Terpilih   67.

    Belum sempat Jaquer bertanya lebih jauh, tiba-tiba angin bertiup kencang membawa aura yang berbeda.Tidak hanya angin yang berganti, beberapa desing pisau kecil terbang menuju ke arahnya membuat Jaquer bergerak cepat.Akan tetapi semua di luar kendalinya, salah satu pisau itu berhasil menancap pada dada kanan Meilani, dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun atau memanggil nama suaminya.Tubuh Meilani jatuh ke tanah tanpa daya, dadanya bersimbah darah. Aroma anyir menyeruak menyapa hidung Jaquer membuat pria itu seketika berlari mendekati tubuh itu."Mei, apa yang terjadi, katakan!"Meilani menatap Jaquer dengan senyum tersungging di bibir, dia mengerjap sesaat mengumpulkan seluruh kekuatannya yang tersisa.Jaquer masih mendekap kepala istrinya dan diam menatap datar pada sosok wanita itu. "Pergilah menjauh dari kota ini bawa serta putraku bersamamu sebelum berita ini menyebar!" Suara Meilani keluar sedikit tersendat.Jaquer termangu, "katakan padaku siapa yang menyetir otakmu, Mei, a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status