WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI

WARISAN DEWA YANG TERSEMBUNYI

last update최신 업데이트 : 2025-09-19
에:  Denz Wahyu방금 업데이트되었습니다.
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 평가. 1 리뷰
14챕터
8조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Di dunia Asteria, legenda kuno menyebutkan tujuh dewa agung yang pernah melindungi manusia. Namun setelah perang besar melawan Raja Kegelapan Nefarion, para dewa menghilang, meninggalkan kekuatan mereka tersembunyi di dalam jiwa manusia terpilih. Ardyn, seorang pemuda desa Liora, hidup sederhana hingga suatu malam tanda bercahaya muncul di telapak tangannya. Tanpa disadari, ia adalah pewaris Dewa Cahaya, Solis—sumber kekuatan yang menjadi harapan terakhir dunia. Bersama Selene, seorang pengelana misterius, dan Lyra, gadis yatim piatu yang ternyata pewaris Dewa Angin, Ardyn memulai perjalanan berbahaya untuk menemukan pewaris lainnya. Namun, bayangan Nefarion telah terbangun, mengirim pasukan kegelapan untuk memburu mereka. Antara takdir dan pengorbanan, Ardyn harus memilih: tetap menjadi pemuda desa biasa, atau menerima panggilannya sebagai pewaris cahaya dan melindungi dunia dari kehancuran. ✨ Sebuah kisah tentang persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia besar yang terpendam dalam warisan para dewa.

더 보기

1화

BAB : 1 ( Cahaya di Desa Liora )

Langit sore memerah di atas hamparan lembah hijau tempat desa Liora berdiri. Cahaya keemasan dari matahari yang tenggelam menimpa ladang gandum, membuatnya berkilau seperti lautan emas yang berombak ditiup angin. Desa kecil itu damai, dikelilingi hutan pinus di utara dan sungai jernih yang mengalir dari pegunungan timur.

Bagi kebanyakan orang, Liora hanyalah titik kecil yang nyaris terlupakan di peta kerajaan Asteria. Tetapi bagi Ardyn, desa itu adalah seluruh hidupnya.

Pemuda berusia tujuh belas tahun itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ladang. Peluh menetes dari kening, bajunya dipenuhi debu, dan tangannya kasar karena terbiasa bekerja keras. Ia duduk di tepi sungai, mencelupkan wajah ke air dingin, menikmati kesegaran yang menyapu tubuhnya.

Namun ketenangan itu tidak bertahan lama.

Seperti hari-hari sebelumnya, bayangan mimpi aneh kembali menyusup ke dalam pikirannya. Mimpi yang terus berulang, dengan detail yang sama: lautan cahaya emas yang menyilaukan, dan sebuah suara dalam yang memanggilnya.

"Bangkitlah… pewarisku."

Ardyn mengerutkan kening. “Apa maksud semua ini?” gumamnya.

Ia tidak pernah menceritakan mimpi itu kepada siapa pun. Bahkan kepada keluarganya sendiri. Baginya, mimpi itu terlalu aneh, terlalu nyata, seakan bukan sekadar bunga tidur.

“Ardyn!” suara nyaring memecah lamunannya.

Ia menoleh dan melihat Mira, adik perempuannya, berlari kecil di tepi sungai. Gadis berusia sembilan tahun itu mengangkat keranjang berisi apel, wajahnya berseri-seri meski napasnya terengah.

“Ibu memanggil! Katanya makan malam sudah siap!” serunya riang.

Ardyn tersenyum. “Kau selalu tahu cara membuat orang terkejut, Mira.”

Mira cemberut sambil mengusap pipinya. “Aku memanggilmu berkali-kali, tapi kau melamun lagi ya?”

Ardyn berdiri, mengacak rambut adiknya yang hitam legam. “Mungkin aku terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting. Ayo pulang.”

Mereka berjalan bersama melewati jalan setapak berbatu yang membelah ladang. Matahari hampir tenggelam sepenuhnya, dan obor-obor di sepanjang jalan mulai dinyalakan. Suara-suara penduduk desa terdengar akrab: tawa anak-anak yang masih bermain, kambing yang digiring masuk kandang, dan aroma roti panggang dari tungku-tungku rumah.

Liora adalah desa yang sederhana, tapi bagi Ardyn, inilah rumah yang selalu memberi rasa damai.

---

Rumah keluarga Ardyn terletak di pinggir desa. Bangunannya terbuat dari kayu pinus dengan atap jerami, sederhana tapi hangat. Saat Ardyn dan Mira masuk, mereka langsung disambut aroma sup sayuran dan daging yang mengepul di meja makan.

“Ibu, kami pulang!” seru Mira.

Seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan, berambut cokelat panjang yang diikat rapi, muncul dari dapur. Wajahnya lembut, namun sorot matanya kuat—ia adalah Elira, ibu mereka.

“Ardyn, kau terlambat lagi,” katanya sambil meletakkan panci di meja. “Kalau terus melamun, kau bisa jatuh sakit.”

Ardyn mengangkat bahu. “Aku hanya butuh udara segar, Bu.”

Dari kursi dekat perapian, terdengar suara tawa rendah. Seorang pria berperawakan tinggi, berjanggut tebal, sedang membersihkan tombak tua. Ia adalah Daren, ayah Ardyn. Meski usianya sudah melewati empat puluh, tubuhnya masih kekar—dulu ia adalah prajurit kerajaan sebelum memilih hidup tenang di desa.

“Udara segar memang baik,” katanya sambil menatap putranya. “Tapi ingat, terlalu banyak melamun bisa membuatmu kehilangan pijakan di bumi.”

Ardyn hanya tersenyum kecil, lalu duduk bersama keluarganya. Mereka makan malam dengan sederhana: sup sayur, roti gandum, dan apel segar. Obrolan mengalir ringan, tentang ladang, tentang tetangga yang baru saja punya bayi, tentang pesta panen yang akan diadakan dua minggu lagi.

Namun, di balik tawa dan canda itu, Ardyn menyembunyikan kegelisahannya. Mimpi itu kembali menghantuinya sepanjang makan malam, seolah suara asing itu ingin didengar.

---

Malam semakin larut. Setelah membersihkan meja makan dan membantu adiknya menyiapkan tempat tidur, Ardyn masuk ke kamarnya. Ruangan itu sederhana, hanya ada ranjang kayu, meja kecil, dan jendela yang menghadap ladang.

Ia berbaring, menatap langit-langit gelap, berharap kantuk segera datang. Tapi pikirannya terus dipenuhi oleh mimpi dan suara itu.

“Apa maksud dari semua ini?” bisiknya lirih.

Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya. Angin berembus masuk lewat jendela, membawa aroma tanah basah dan bunga liar. Bulan purnama menggantung tinggi di langit, begitu terang hingga bayangan pepohonan tampak jelas.

Lalu, tanpa peringatan, rasa panas menjalar di telapak tangan Ardyn.

Ia terkejut, duduk, dan melihat telapak tangannya menyala dengan cahaya samar. Sebuah simbol aneh muncul, berbentuk lingkaran dengan bintang bersinar di tengahnya. Cahaya itu berdenyut, semakin lama semakin terang, hingga menerangi seluruh kamar.

“Ap—apa yang terjadi padaku?” Ardyn terengah.

Ia mencoba menutup tangannya, tapi cahaya itu tetap keluar, menembus sela-sela jari. Simbol itu seolah hidup, berdenyut mengikuti detak jantungnya.

Dan saat itulah, suara itu kembali terdengar. Lebih jelas, lebih dekat.

"Bangkitlah… pewaris cahaya. Waktumu telah tiba."

Ardyn terperanjat, napasnya memburu. Ia merasa ada sesuatu yang terbangun di dalam dirinya—kekuatan besar yang tidak pernah ia sadari. Tubuhnya gemetar, antara takut dan kagum.

“Apa aku… bermimpi lagi?” katanya dengan suara bergetar.

Namun cahaya itu nyata. Panasnya nyata. Dan suara itu terlalu jelas untuk dianggap ilusi.

Ardyn memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan napas. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu—hidupnya yang damai di desa Liora baru saja berubah selamanya.

Di luar, bulan purnama bersinar terang, seakan menjadi saksi lahirnya takdir baru.

---

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

더보기

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

default avatar
Wahyu dinor
Cerita nya menarik
2025-09-19 11:24:07
0
14 챕터
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status