Home / Fantasi / Dewa Naga Terpilih / 5. Di saat genting

Share

5. Di saat genting

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-10-11 17:36:43

Mendengar penjelasan dari ayahnya membuat Meilani melangkah mundur sambil menarik tangan mungil putranya. Wanita itu lebih baik mundur dan meninggalkan keluarganya daripada harus menjadi budak nafsu pria berkebangsaan lain.

Domain adalah seorang pedagang pendatang dari luar negeri yang begitu serakah dan menindas kaum Pribumi termasuk keluarga kecilnya. Selama ini hubungan kerjasama keluarga Hurt lancar saja, tetapi begitu pria itu datang menawarkan sebuah kerjasama perlahan tapi pasti perekonomian keluarga Hurt mengalami kemunduran.

Akan tetapi keadaan ini tidak disadari oleh ayah dan saudara lelakinya, justru dia dituduh memfitnah Domain yang sudah memberi kemewahan pada keluarga.

"Kamu tidak bisa menolak, Cantik. Aku lah pemilik tubuhmu saat ini dan masa depan," kata Domain sambil berjalan maju mendekat pada Meilani.

Wanita itu terus mundur hingga tubuhnya menempel pada dinding kayu. Melihat ibunya yang ditindas membuat Leonard merengek dan memukul paha Domain berharap bisa melepaskan ibunya dari cengkeraman pria dewasa itu.

"Minggir kamu bocah ingusan!" Hentak Domain dengan menyentak kasar tubuh mungilnya.

Tubuh yang masih dalam masa pemulihan itu seketika terlempar sejauh dua meter dalam posisi tengkurap. Meilani langsung menjerit pilu. Darah segar merembes keluar dari sudut bibir pria kecil.

Dengan sekuat tenaga dia berusaha lepas dari kungkungan Domain. Wanita itu menjerit berteriak meminta tolong pada sanak saudara yang masih berdiri menatap semua perbuatan Domain.

"Ayah, Ibu, tolong Leon!" pintanya pilu.

Tubuh kecil itu seketika bangkit dan berlari menuju ke arah ibunya. Dengan kekuatan yang tersisa, Leonard melayangkan pukulan pada paha Domain. Namun, usahanya kembali gagal.

"Jika ayahku datang, maka nyawamu tidak terampuni!" ancam Leonard lantang.

"Haha, ayah? Mana, siapa ayahmu?"

"Dia adalah jenderal naga dari istana naga emas," jawab Lionel.

Domain tertawa terbahak mendapati informasi bocah kecil di depannya. Lalu dia berjongkok agar sejajar dengan tinggi pria kecil, tangannya terulur menepuk pipi Leonard kasar.

"Meskipun dia adalah Raja Phoenix yang Agung, aku tidak takut. Panggil dia sekarang!"

Wajah pria kecil langsung berkerut dan dia bersembunyi di balik tubuh ibunya. Tangan mungil terlihat bergetar meremat lengan ibunya.

"Haha, mana ada pria miskin itu datang ke rumah, Bocah Ingusan. Dia hanya semut kecil yang mudah dirobohkan. Kekuatan apa yang dia banggakan?" hina sang kakek.

"Dia ayahku, Kek. Jenderal Naga!" jawab Leonard dengan lantang.

Domain berjalan mendekat dan tangannya yang besar langsung meraih rahang pria kecil, dengan kasar ditekannya kuat rahang tersebut hingga Leonard meringis kesakitan.

"Sakit, lepaskan. Ibu tolong Leon!" pintanya pilu.

Meilani menyentak tangan Domain, tetapi tenaganya tidak mampu membela putranya. Tangan besar itu semakin kuat mencengkeram rahang Leonard, akhirnya hanya tatapan memohon yang dilayangkan Meilani agar putranya terlepas.

"Menunduklah padaku dan serahkan tubuh kotormu itu, Jalang!" Suara Domain terdengar menggelegar membuat semua yang hadir berjingkat kaget dan saling merapat.

Meilani bergeming, wanita itu masih berdiri membusungkan dada. Terlihat keberaniannya yang tegak dan kokoh. Saudara ipar dan kedua orang tuanya hanya menatap penuh hinaan.

"Sudahlah buat apa menunggu pria busuk dan miskin itu. Lebih baik kamu segera berjalan merangkak mendekat pada Tuan Domain, Meime!" Terdengar suara pria muda sepupu Meilani bersuara dengan nada sinis.

Meilani mengusap wajahnya kasar disertai hembusan napas panjang. Meskipun tubuhnya mulai bergetar, wanita itu belum ingin menyerahkan kehormatannya pada pria asing. Tiba-tiba tubuhnya luruh ke lantai, seakan ada kekuatan lain yang mendorongnya agar bersujud.

"Ibu!" Leonard berjalan mendekati ibunya dan memeluk hangat.

Angin bertiup sedikit lebih kencang. Dari jauh terlihat sosok pria terbang menuju ke ruang utama. Sosok pria yang begitu tampan dengan surai rambut hitam panjangnya. Tatapannya sendu dengan mengeluarkan aura dingin.

Semua mata menatap arah datangnya sumber tenaga Qi yang berada di tingkatan tertinggi. Domain menyeringai, dia juga merasakan adanya aliran tenaga dalam yang cukup tinggi dan sulit diukur oleh manusia biasa.

"Bebaskan anak istri saya, aku lah lawanmu!"

Suara lantang membuat Domain menghentikan gerakan tangannya yang hendak meraih tubuh Meilani. Wanita itu segera mendekap tubuh putranya. Jaquer mendarat tepat di depan posisi istri yang masih terduduk di lantai.

Kedua bola mata Domain membeliak tidak percaya melihat sosok pria berjubah biru muda. Pria yang pernah membuatnya babak belur di masa lampau.

"Kamu?"

"Apa kabar Domain, masih ingat?"

Domain mengepalkan kedua telapak tangannya erat. Makin lama menekan membuat buku jarinya memutih.

Tidak hanya itu, pria asing tersebut tampak begitu menahan emosi saat adu pandang dengan Jaquer. Sedangkan Jaquer sendiri tampak santai saja tanpa menggeser tubuhnya sedikit pun.

Meilani menatap sosok suaminya yang terlihat begitu berbeda dari sepuluh tahun lalu. Tatapan kagum disertai curiga menyatu dalam otak, banyak pertanyaan muncul yang belum sempat terucap. Mungkinkah hidup di kemiliteran membuat prianya menjadi kuat?

Domain menatap nyalang dan tajam, dia mulai memasang kuda-kuda bersiap hendak menyerang Jaquer. Namun, pria itu justru menyeringai tipis menanggapi tatapan intimidasi lawan.

"Rupanya selama ini di sini asalmu, Jaquer. Dan itu, istrimu telah aku beli," ungkap Domain.

Jaquer masih tersenyum tipis, dia seakan tidak gentar jika harus melawan kembali sosok Domain yang menurutnya tidak layak untuk diampuni.

"Harusnya kamu sudah mati di camp Monggo, Jaqu. Tetapi tidak perlu khawatir aku akan mengirim kamu ulang ke negara antah berantah lainnya."

Jaquer mengulum senyum, "apa kuasamu saat ini, Domain. Bahkan untuk menyentuhku saja tidak ada kekuatan apapun."

"Jangan sombong kamu, Jaquer. Aku di sini lebih berguna daripada indentitasmu yang tidak jelas asal usul," tegas Domain.

Jaquer menyeringai licik, pria itu menatap tidak suka akan kalimat Domain. Maka dengan sedikit cara Jaquer mencoba memancing emosi Domain dan sesuai dengan rencana pria asing itu berhasil masuk perangkap.

Domain melesat menyerang Jaquer dengan beladiri asli negeri Thai. Gerak kakinya sedikit terlihat lemah di mata Jaquer hingga dengan mudah dilumpuhkan hanya sekali tendang pada tulang keringnya.

Jaquer tersenyum, "bagaimana, Domain?"

"Sialan, aku masih bisa melawanmu atau bahkan menghancurkan dirimu, Pria miskin!"

Kembali Domain bergerak melancarkan serangan bertubi-tubi. Tubuhnya yang sedikit berisi masih bisa bergerak gesit bahkan sesekali tangannya mampu menembus pertahanan Jaquer meskipun tidak membuat pria itu terjatuh.

Jaquer meladeni semua serangan Domain seperti bermain dengan anak kecil. Senyum pria itu senantiasa terukir di bibir tipis yang merona. Merasa kurang leluasa geraknya, Jaquer pun menyentak kakinya lembut lalu tubuhnya melenting ke udara dan mulai terbang menuju ke halaman yang lebih luas.

"Hai, jangan lari!"

"Kejar pria itu untukku, tangkap dan bawa ke sini!"

Beberapa pengawal keluarga Hurt berlarian mengejar Jaquer. Sedangkan yang di kejar justru berdiri tegak di tengah halaman. Saat semua sudah berdiri menghadap Jaquer, terdengar derap langkah beberapa pria berjubah hitam dengan logo naga emas.

"Mohon maaf bawahan yang datang terlambat, Tuan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa Naga Terpilih   67.

    Belum sempat Jaquer bertanya lebih jauh, tiba-tiba angin bertiup kencang membawa aura yang berbeda.Tidak hanya angin yang berganti, beberapa desing pisau kecil terbang menuju ke arahnya membuat Jaquer bergerak cepat.Akan tetapi semua di luar kendalinya, salah satu pisau itu berhasil menancap pada dada kanan Meilani, dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun atau memanggil nama suaminya.Tubuh Meilani jatuh ke tanah tanpa daya, dadanya bersimbah darah. Aroma anyir menyeruak menyapa hidung Jaquer membuat pria itu seketika berlari mendekati tubuh itu."Mei, apa yang terjadi, katakan!"Meilani menatap Jaquer dengan senyum tersungging di bibir, dia mengerjap sesaat mengumpulkan seluruh kekuatannya yang tersisa.Jaquer masih mendekap kepala istrinya dan diam menatap datar pada sosok wanita itu. "Pergilah menjauh dari kota ini bawa serta putraku bersamamu sebelum berita ini menyebar!" Suara Meilani keluar sedikit tersendat.Jaquer termangu, "katakan padaku siapa yang menyetir otakmu, Mei, a

  • Dewa Naga Terpilih   66.

    "Sudahlah, Tuan, semua hanya menyisakan luka buat apa selalu diingat," kata Xandria. "Kau tidak mengerti semua kisahku, Xandria." Jaquer berkata masih menatap bangunan tua dimana dia dulu menghabiskan malam. "Iya memang benar, saya tidak berada di sana saat itu, tetapi saya masih bisa merasakan kesakitan Tuan Jaquer sekian tahun itu." Xandria berkata dengan nada rendah.Xandria memahami apa yang dirasakan oleh atasannya itu, tetapi dia tidak mau menghakimi sang atasan. Semua baginya sudah kisah silam yang hanya pantas untuk dikenang dan ambil hikmahnya. "Apakah kau lupa saat kau meringkuk di tumpukan jerami dalam keadaan terburuk?"Xandria mengulum senyum tipis, "itu kisah lalu yang harus kulupa, Tuan. Saya harus bisa bangkit, menunjukkan pada mereka bahwa Xandria bisa hidup tanpa campur tangan mereka.""Tapi kenyataannya?"Xandria tersenyum lebih tepatnya berusaha tersenyum meskipun dalam hati luka itu masih ada, dia berjalan meninggalkan Jaquer yang berdiri di ujung jurang. Meli

  • Dewa Naga Terpilih   65.

    Jaquer diam saja di punggung kuda putih, dia hanya memerhatikan pertempuran mereka. Setiap sabetan pedang datang ke arahnya, Jaquer hanya menghentakkan lengannya hingga muncul kilatan merah menangkis pedang itu. Kilatan merah terlihat nyata membuat Xio termangu. Apa yang tersirat selama ini dalam mimpinya terbukti sudah. "Maafkan sikapku, Tuan Xio. Ini terjadi secara mendadak," kata Jaquer. "Kau tidak salah, Jaquer. Semua sudah tersirat dalam mimpiku, jadi kali ini kau harus mau menjadi pemimpin klan naga."Untuk sesaat Jaquer terdiam, dia menjadi bingung dengan kalimat Xio. Namun, belum sempat semua terjadi kembali terjadi sabetan pedang yang datang tanpa bisa dihentikan lagi. Banyak anggota yang terluka, Xio membawa seratus anggota Klan Naga berkuda menyisakan sepuluh orang terpilih. "Awas, Tuan Xio!" Suara Jaquer terdengar pilu saat sabetan pedang menyentuh punggung Xio. Apa yang terjadi pada Xio membuat angota lainnya menjadi ciut nyali. Melihat semangat pasukan menurun, ma

  • Dewa Naga Terpilih   64.

    Naga emas melesat menyerang Jaquer. Semburan api terus menekan dan menyudutkan pria itu hingga akhirnya tubuh Jaquer menempel pada dinding goa. Tubuh itu bergetar, tetapi Jaquer masih mampu menatap manik merah sang naga. "Atas kesalahan apa hingga kau menyeramgku, Naga?" "Kau telah membangunkan tidur panjangku. Aroma tubuhmu begitu membuatku gila."Jaquer terhenyak kaget, dia pun melangkah maju dengan tangan terulur. Seketika kepala sang Naga menunduk seakan dia memberi hormat. "Hai, sejak kapan kau menjadi penurut, Naga?"Lidah sang Naga terjulur dan mulai menjilat pipi Jaquer. "Akulah yang bersarang di punggungmu, Anak Muda. Segera datang ke bangunan tua barat laut goa ini.""Mengapa aku harus datang ke sana? Tubuhku masih lemah setelah dianiaya Angeli."Terdengar tawa menggelegar dengan kekuatan yang tidak biasa menyapa telinga Jaquer membuat pria itu segera menutup kedua telinganya. "Hentikan tawamu!"Seketika suara itu menghilang berganti dengan sosok pria tua berjenggot. "Buk

  • Dewa Naga Terpilih   63.

    Jaquer memindai sekitarnya, dia merasakan adanya aliran tenaga berbeda dalam tubuhnya. Namun, dia masih bingung bagaimana cara menggunakan sumber tenaga itu. Cukup lama dia diam merasakan sebuah pergerakan yang membuat tubuhnya terasa panas dingin. Pandangannya terus berkelana mencari asal aliran tenaga itu, tetapi tidak ada petunjuk sedikit pun. "Apa kabar, Anak Muda!"Jaquer mendengar suara serak khas orang tua dan berilmu, tetapi tidak menemukan sosok itu. "Siapa Anda?""Nikmati apa yang aku beri padamu, setelah malam berjalanlah ke arah utara hingga kau temukan banguna tua. Di sanalah markasmu nanti!"Jaquer termangu mendengar kalimat panjang yang menjelaskan sesuatu yang cukup menarik baginya. Otaknya berputar memahami semua dan merasakan suhu pada tubuhnya. Lambat laun, punggungnya terasa terbakar dan seakan ada benda dingin berjalan di sepanjang punggung. Tangan Jaquer terulur mencoba meraba punggungnya, tetapi tidak menemukan apapun. "Aneh!"Lalu tubuhnya terasa makin dingi

  • Dewa Naga Terpilih   62.

    "Simpan semua bukti ini dengan baik, Xandria. Aku ingin kau tetap diam dan memantau semua pergerakan Angeli!""Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan Tuan Muda yang sering bepergian sendiri?"Jaquer terdiam, ujung jarinya mengetuk meja beberapa kali hingga akhirnya dia menatap serius pada bawahannya itu. "Untuk sementara biarkan saja dulu, Angeli tidak akan berbuat lebih."Alexandria mengangguk, setelahnya dia pamit melanjutkan pekerjaan lainnya. Sepeninggalnya Alexandria, Jaquer menghela napas panjang. Pikirannya menerawang jauh pada masa silam dimana dia awal mula dibuang ke sekte Bulan Sabit. "Aku jual ini anak, Tuan Jordan." Seorang pria berkata pada ketua Sekte Bulan Sabit. "Siapa pria ini dan berapa harga yang kau inginkan, Hurt?"Jaquer yang dilempar oleh Richard Hurt hanya meringkuk tanpa daya. Semua yang terjadi pada dirinya membuatnya harus diam memendam setiap penghinaan yang ditujukan mereka padanya. "Aku ingin sebidang tanah di Dubai, juga kemakmuran tanpa batas." Kalimat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status