Beranda / Fantasi / Dewa Naga Terpilih / 4. Pulang ke Rumah

Share

4. Pulang ke Rumah

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 17:36:07

Meilani menatap pada kedua orang tuanya sendu, wanita itu mengepalkan tangan tanpa sadar menekan semua keresahan hati. Tangannya terulur menarik kain lengan jubah Jaquer.

Jaquer menatap pada jari lentik tersebut dengan menyunggingkan senyum termanis. Lalu pandangannya beralih pada sepasang suami istri yang telah membuangnya.

Belum sempat semua ditanggapi, terdengar suara seorang perawat pria memanggil nama Jaquer dengan sebutan tuan. Suara yang bernada sopan membuat Richard menoleh, lalu mencibir.

"Tuan, pada siapa nama itu kamu sematkan?"

"Tuan Jaquer."

"Cuih, orang miskin seperti dia mana pantas dipertuankan. Cukup panggil nama," desis Richard.

Namun, petugas itu tidak memedulikan dengan apa yang dikatakan oleh pria tua. Dia terus berjalan mengikis jarak dan berhenti tepat di depan Jaquer dalam jarak satu meter.

"Silakan tanda tangan di sini untuk mengklaim kartu yang Anda bawa, Tuan!"

Jaquer pun meraih kertas yang disodorkan oleh petugas rumah sakit itu dan langsung membubuhkan tandatangan. Setelahnya semua dikembalikan pada petugas.

"Terima kasih, Tuan. Semua biaya berobat telah lunas dan untuk pria kecil ini jika kondisinya hingga sore stabil, maka malam hari boleh pulang," ungkap petugas itu.

Setelah apa yang perlu disampaikan sudah semua, maka petugas itu segera berbalik badan dan berjalan meninggalkan ruang tersebut. Namun, baru juga melangkah suara Richard menghentikannya.

"Berapa semua biaya?"

"Maaf, Tuan, samua sudah lunas dalam jumlah tiga juta," jawabnya.

Apa yang diungkap oleh petugas membuat dahi pria tua berkerut. Dalam otaknya duit sebanyak itu dari mana menantu miskinnya itu dapat. Sedangkan petugas sudah meninggalkan ruangan.

"Lihatlah situasi suamiku saat ini, Ayah! Apakah semua ini masih belum baik?" cerca Meilani.

Richard tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh putrinya. Dia masih saja meremehkan finansial Jaquer meskipun dua peristiwa besar sudah terungkap.

"Sepertinya kita tidak perlu berlama-lama di sini, Istriku. Sebaiknya kita segera pulang!" ajaknya pada istri.

"Kamu benar suamiku, di sini udara miskin begitu kental dan membuatku sesak napas."

Keduanya bersiap hendak berbalik badan dan melangkah, tetapi sosok petugas tadi datang lagi ke ruangan dengan sedikit tergesa sambil membawa sesuatu yang menggelitik hati ibu tiri Meilani.

"Tuan, ini kartu hitam Anda. Maafkan atas keteledoran saya!" pinta pria itu sambil membungkuk menyerahkan kartu tersebut.

Jaquer menerima dengan wajah datar dan dingin, dia sama sekali tidak melihat wajah terkejut ibu mertua. Mulut wanita paruh baya terbuka lebar dengan kedua bola mata melotot tidak percaya.

Namun, dengan cepat lengan wanita itu ditarik oleh suaminya agar segera meninggalkan ruangan itu. Meilani masih berdiri mematung menatap tidak percaya akan semua kejadian yang akhir-akhir ini nyata.

Sisi lain hatinya ingin percaya tetapi kenyataannya berkata lain. Suaminya sama sekali tidak mencerminkan sosok pria kaya selayaknya saudara dan iparnya yang kaya. Sosok Jaquer masih sama terlihat miskin dan rendah hati.

"Suamiku, apakah kartu itu milikmu?"

"Bukan, ada seorang kawan yang meminjamkan ini padaku agar posisimu di keluarga sedikit bagus dari sebelumnya," ungkap Jaquer.

Meilani manggut-manggut mengerti, lalu dia pun tersenyum manis pada suaminya yang sudah berusaha untuk memberi kesehatan pada putranya.

Waktu terus berjalan dan sore pun akhirnya datang. Kesehatan Leonard dinyatakan telah pulih dan dia boleh pulang ke rumah.

Hati Meilani begitu bahagia, senyumnya terlukis jelas. Dengan lembut dibimbingnya Leonard untuk turun dari ranjang, tetapi kepala pria kecil bergerak resah. Dia mencari sosok yang dirindu.

"Dimana ayahku, Ibu?"

Meilani hanya diam, dia tidak tahu kemana perginya Jaquer. Saat terbangun siang hari pria itu tidak terlihat duduk di tempatnya semula. Hanya meninggalkan secarik kertas bertuliskan kata pergi sebentar.

Dia tersenyum lalu jemarinya mengusap ujung kepala sang putra dengan bertutur sopan bahwa ayahnya sedang keluar untuk mengurus keperluan yang lain.

"Ayo segera kita pulang, mungkin ada kejutan di sana!" ajak Meilani.

Leonard pun segera meraih ujung jari ibunya dan berjalan penuh semangat. Mereka tampak bahagia apalagi terlihat ada kendaraan yang sudah menunggu untuk mengantar pulang.

Sepanjang perjalanan pandangan pria kecil menyusuri kendaraan yang membawanya pulang. Senyum manis tersungging sempurna hingga membuat Meilani geleng kepala ringan.

"Ibu, apakah ayah akan selalu ada buat kita kelak di masa depan?"

Wanita muda tersenyum dan menganggukkan kepalanya, hal itu membuat putranya berceloteh bahagia bahkan terdengar alunan nada ceria selayaknya anak kecil lainnya.

Kendaraan yang membawa mereka akhirnya sampai di depan gerbang rumah keluarga besar Hurt. Rumah yang sudah lama ditinggali Meilani. Namun, ada yang aneh pada pintu utama.

Terlihat papan pengumuman bahwa keluarga Hurt sedang mengadakan pesta penyambutan, tetapi bukan nama Leonard yang tertera di papan tersebut. Melainkan pria dewasa lainnya. Dahi Meilani berkerut.

"Ibu, apa artinya ini semua?"

"Ibu juga tidak tahu, lebih baik kita masuk agar semua terjawab!" ajak Meilani.

Keduanya melangkah penuh semangat, seakan di dalam ada kejutan yang membahagiakan hati. Namun, belum sampai kaki Meilani melewati batas pintu telinganya mendengar kata pernikahan yang diatur atas namanya.

Dengan kasar Meilani mendorong pintu besar. Suara pintu yang membentur dinding kayu berukir dandalion seketika menyadarkan semua orang yang ada di dalam ruangan untuk melihat ke arah pintu.

"Meilani, akhirnya kamu pulang juga. Ini Tuan Domain datang untuk melihatmu, sekaligus membawamu ke pusat kota!" kata Luzia--ibu tiri Meilani.

Sosok pria yang dikenalkan sebagai Domain itu berbalik badan hingga tatapannya bertemu dengan mata cokelat madu bening milik Meilani. Bibir pria itu seketika melengkung sempurna, lalu melangkah mengikis jaraknya dengan wanita itu.

Tangannya yang putih dengan kulit yang berkilau terkena cahaya lampu terulur hendak menyentuh kulit lengan Meilani yang sedikit terbuka. Melihat gerakan lancang pria dewasa itu Leonard melangkah maju menghalangi langkah Domain.

"Berhenti di sana, jangan mendekati ibuku!" kata Leonard dengan merentangkan kedua tangannya.

Domain tidak memedulikan peringatan pria kecil itu, dengan kasar disibaknya tubuh mungil hingga membuat pria kecil terjatuh dan mengaduh. Apa yang terjadi pada putranya membuat Meilani melengking tidak terima.

"Kamu, berani sekali berbuat onar di sini!" Hentak Meilani.

"Haha, siapa yang berani denganku. Identitas apa hingga mereka berani melawanku. Keluarga ini sudah aku beli termasuk tubuhmu, Meilani!"

"Jaga bicaramu, aku wanita bersuami. Tubuhku hanya untuk suamiku, dan atas dasar apa kamu membeli tubuh serta keluargaku!"

Domain menyeringai tajam, dia melayangkan pandang ke seluruh ruangan. Menatap satu per satu orang dewasa yang ada di sana. "Kalian semua, katakan pada wanita ini atas dasar apa aku membeli tubuhnya yang tidak lebih hanya seratus juta!"

Mulut Meilani seketika terbuka lebar atas kalimat yang terlontar dari mulut busuk Domain. Kedua bola matanya membulat tidak percaya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dewa Naga Terpilih   67.

    Belum sempat Jaquer bertanya lebih jauh, tiba-tiba angin bertiup kencang membawa aura yang berbeda.Tidak hanya angin yang berganti, beberapa desing pisau kecil terbang menuju ke arahnya membuat Jaquer bergerak cepat.Akan tetapi semua di luar kendalinya, salah satu pisau itu berhasil menancap pada dada kanan Meilani, dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun atau memanggil nama suaminya.Tubuh Meilani jatuh ke tanah tanpa daya, dadanya bersimbah darah. Aroma anyir menyeruak menyapa hidung Jaquer membuat pria itu seketika berlari mendekati tubuh itu."Mei, apa yang terjadi, katakan!"Meilani menatap Jaquer dengan senyum tersungging di bibir, dia mengerjap sesaat mengumpulkan seluruh kekuatannya yang tersisa.Jaquer masih mendekap kepala istrinya dan diam menatap datar pada sosok wanita itu. "Pergilah menjauh dari kota ini bawa serta putraku bersamamu sebelum berita ini menyebar!" Suara Meilani keluar sedikit tersendat.Jaquer termangu, "katakan padaku siapa yang menyetir otakmu, Mei, a

  • Dewa Naga Terpilih   66.

    "Sudahlah, Tuan, semua hanya menyisakan luka buat apa selalu diingat," kata Xandria. "Kau tidak mengerti semua kisahku, Xandria." Jaquer berkata masih menatap bangunan tua dimana dia dulu menghabiskan malam. "Iya memang benar, saya tidak berada di sana saat itu, tetapi saya masih bisa merasakan kesakitan Tuan Jaquer sekian tahun itu." Xandria berkata dengan nada rendah.Xandria memahami apa yang dirasakan oleh atasannya itu, tetapi dia tidak mau menghakimi sang atasan. Semua baginya sudah kisah silam yang hanya pantas untuk dikenang dan ambil hikmahnya. "Apakah kau lupa saat kau meringkuk di tumpukan jerami dalam keadaan terburuk?"Xandria mengulum senyum tipis, "itu kisah lalu yang harus kulupa, Tuan. Saya harus bisa bangkit, menunjukkan pada mereka bahwa Xandria bisa hidup tanpa campur tangan mereka.""Tapi kenyataannya?"Xandria tersenyum lebih tepatnya berusaha tersenyum meskipun dalam hati luka itu masih ada, dia berjalan meninggalkan Jaquer yang berdiri di ujung jurang. Meli

  • Dewa Naga Terpilih   65.

    Jaquer diam saja di punggung kuda putih, dia hanya memerhatikan pertempuran mereka. Setiap sabetan pedang datang ke arahnya, Jaquer hanya menghentakkan lengannya hingga muncul kilatan merah menangkis pedang itu. Kilatan merah terlihat nyata membuat Xio termangu. Apa yang tersirat selama ini dalam mimpinya terbukti sudah. "Maafkan sikapku, Tuan Xio. Ini terjadi secara mendadak," kata Jaquer. "Kau tidak salah, Jaquer. Semua sudah tersirat dalam mimpiku, jadi kali ini kau harus mau menjadi pemimpin klan naga."Untuk sesaat Jaquer terdiam, dia menjadi bingung dengan kalimat Xio. Namun, belum sempat semua terjadi kembali terjadi sabetan pedang yang datang tanpa bisa dihentikan lagi. Banyak anggota yang terluka, Xio membawa seratus anggota Klan Naga berkuda menyisakan sepuluh orang terpilih. "Awas, Tuan Xio!" Suara Jaquer terdengar pilu saat sabetan pedang menyentuh punggung Xio. Apa yang terjadi pada Xio membuat angota lainnya menjadi ciut nyali. Melihat semangat pasukan menurun, ma

  • Dewa Naga Terpilih   64.

    Naga emas melesat menyerang Jaquer. Semburan api terus menekan dan menyudutkan pria itu hingga akhirnya tubuh Jaquer menempel pada dinding goa. Tubuh itu bergetar, tetapi Jaquer masih mampu menatap manik merah sang naga. "Atas kesalahan apa hingga kau menyeramgku, Naga?" "Kau telah membangunkan tidur panjangku. Aroma tubuhmu begitu membuatku gila."Jaquer terhenyak kaget, dia pun melangkah maju dengan tangan terulur. Seketika kepala sang Naga menunduk seakan dia memberi hormat. "Hai, sejak kapan kau menjadi penurut, Naga?"Lidah sang Naga terjulur dan mulai menjilat pipi Jaquer. "Akulah yang bersarang di punggungmu, Anak Muda. Segera datang ke bangunan tua barat laut goa ini.""Mengapa aku harus datang ke sana? Tubuhku masih lemah setelah dianiaya Angeli."Terdengar tawa menggelegar dengan kekuatan yang tidak biasa menyapa telinga Jaquer membuat pria itu segera menutup kedua telinganya. "Hentikan tawamu!"Seketika suara itu menghilang berganti dengan sosok pria tua berjenggot. "Buk

  • Dewa Naga Terpilih   63.

    Jaquer memindai sekitarnya, dia merasakan adanya aliran tenaga berbeda dalam tubuhnya. Namun, dia masih bingung bagaimana cara menggunakan sumber tenaga itu. Cukup lama dia diam merasakan sebuah pergerakan yang membuat tubuhnya terasa panas dingin. Pandangannya terus berkelana mencari asal aliran tenaga itu, tetapi tidak ada petunjuk sedikit pun. "Apa kabar, Anak Muda!"Jaquer mendengar suara serak khas orang tua dan berilmu, tetapi tidak menemukan sosok itu. "Siapa Anda?""Nikmati apa yang aku beri padamu, setelah malam berjalanlah ke arah utara hingga kau temukan banguna tua. Di sanalah markasmu nanti!"Jaquer termangu mendengar kalimat panjang yang menjelaskan sesuatu yang cukup menarik baginya. Otaknya berputar memahami semua dan merasakan suhu pada tubuhnya. Lambat laun, punggungnya terasa terbakar dan seakan ada benda dingin berjalan di sepanjang punggung. Tangan Jaquer terulur mencoba meraba punggungnya, tetapi tidak menemukan apapun. "Aneh!"Lalu tubuhnya terasa makin dingi

  • Dewa Naga Terpilih   62.

    "Simpan semua bukti ini dengan baik, Xandria. Aku ingin kau tetap diam dan memantau semua pergerakan Angeli!""Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan Tuan Muda yang sering bepergian sendiri?"Jaquer terdiam, ujung jarinya mengetuk meja beberapa kali hingga akhirnya dia menatap serius pada bawahannya itu. "Untuk sementara biarkan saja dulu, Angeli tidak akan berbuat lebih."Alexandria mengangguk, setelahnya dia pamit melanjutkan pekerjaan lainnya. Sepeninggalnya Alexandria, Jaquer menghela napas panjang. Pikirannya menerawang jauh pada masa silam dimana dia awal mula dibuang ke sekte Bulan Sabit. "Aku jual ini anak, Tuan Jordan." Seorang pria berkata pada ketua Sekte Bulan Sabit. "Siapa pria ini dan berapa harga yang kau inginkan, Hurt?"Jaquer yang dilempar oleh Richard Hurt hanya meringkuk tanpa daya. Semua yang terjadi pada dirinya membuatnya harus diam memendam setiap penghinaan yang ditujukan mereka padanya. "Aku ingin sebidang tanah di Dubai, juga kemakmuran tanpa batas." Kalimat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status