"Bagus, akhirnya kamu mati, Jaquer. Lihat di belakangmu berbaris pasukan dari istana langit untuk membantu Tuan Domain!"
Jaquer masih berdiri tegak di atas kedua kakinya. Pandangannya tertuju pada istri dan anaknya dengan tubuh bergetar. Leonard terlihat ketakutan, hal ini terbukti dengan kedua tangannya yang mungil memeluk pinggang ibunya. Begitu juga dengan Meilani, wanita itu mendekap kepala putranya untuk menempel pada perut tanpa membiarkan kedua mata bocah laki-laki melihat pada berisan pria berkas hitam. Sementara Domain berdiri dengan congkaknya, dia tahu tujuan beberapa pria berkas itu apa. Dari ujung jalan terlihat sosok pria muda yang ketampanannya tidak jauh beda dengan Jaquer berjalan tenang mendekat ke arah Domain. "Tuan Kai, maaf jika kami tidak menyambutmu!" Domain berjalan sambil berkata lantang, "selamat datang di kediaman Richard, Tuan Istana Perungu!" Mendengar tempat istana disebutkan lancar oleh Domain seketika wajah Meilani memucat. Tatapannya tertuju pada Jaquer, tetapi pria itu justru tersenyum tenang dan mengerjapkan mata. "Apa yang terjadi di sini, Dom? Mana wanita itu?" Domain mendekat pada Pria yang dipanggil dengan nama Kai, lalu dia membisikkan beberapa kata hingga mampu memunculkan senyum manis pada sosok Meilani. Perlahan kakinya yang panjang berjalan mendekat, tangannya terulur hendak menyentuh pipinya. Namun, Leinard tengadah dan mendorong tubuh ibunya ke belakang dengan lembut. "Ibu, Leon takut!" "Sudah, sini biar ibu gendong!" ajak Meilani dengan mengulurkan tangannya pada pria kecil. Melihat apa yang dilakukan oleh ibunya, Leonard pun langsung melompat agar bisa mencapai tubuh itu. "Mendekatlah padaku, Manis!" Kai merentangkan kedua lengannya pada Meilani dengan tatapan intimidasi. "Tuan, lelaki itulah yang telah mempersulit semua!" Domain berkata sambil menunjuk pada posisi Jaquer "Mempersulit? Berani sakali dia berbuat itu, apakah dia tidak tahu bahwa wanita itu kupersembahkan pada raja naga terpilih?" kata Kai dengan nada rendah, "kalian harusnya bersyukur kupilih wanita dari kelompok rendahan seperti kalian. Suatu keberuntungan bila menjadi istri utama sang terpilih!" Jaquer melihat dan menyimak apa yang diucapkan oleh pria muda itu. Dia masih memindai keseluruhan kekuatan lawan meskipun hanya diam. "Apakah kamu masih dengan pilihanmu itu, Pria Brengsek?" Hentak Domain. "Bukankah sejak tadi kupastikan bahwa merek adalah keluargaku, kalian tidak berhak memaksa!" tegas Jaquer. Domain berjalan mendekat pada pria itu hanya berjarak dua depa, "lalu jika itu berlaku, apakah kamu mampu membayar semua hutang yang diakibatkan oleh Richard?" Mendengar kata hutang seketika wajah Meilani pias, pandangannya kembali terfokus pada Jaquer--lelakinya. Namun, pria itu tetap bergeming dan dingin. "Bagaimana bisa lelaki itu sedingin ini, rasanya tidak mungkin bahwa dia lelakiku masa silam." Meilani menatap Jaquer dengan kerutan di dahi, perubahan yang terjadi pada pria itu membuat beberapa pertanyaan muncul di otak kecil. "Patahkan tangan dan kaki pria itu untukku!" Kai berkata dengan lantang memberi perintah pada anak buahnya. Jaquer menyeringai tajam, "istana perunggu? Kalian belum ada kekuatan untuk goyangkan aku dari sini, bahkan menyentuh kulitku pun tidak ada." "Kau! Cuih." Domain segera melompat menyerang Jaquer, dia bergerak liat menendang dan memukul beberapa titik lemah tubuh manusia. Namun, tubuh Jaquer sama sekali tidak bergeser. Dia hanya meladeni semua dengan tangan kosong tanpa menggerakkan kedua kakinya "Kau telah meremehkan aku, maka jangan salahkan jika nyawamu melayang saat ini, Pria Busuk!" Domain memberi aba-aba pada pasukan istana perunggu agar menyerang Jaquer secara bersamaan. Melihat ayahnya dikeroyok beberapa pria kekar dan berotot membuat Leonard berteriak keras memperingatkan keselamatan Jaquer. "Sayang, sebaiknya kita tinggalkan rumah ini dan menjauh dari semuanya. Bagaimana?" "Jangan ibu, lihatlah ayah di sana! Dia sedang memperjuangkan kita lho," kata Leonard sambil menunjuk pada Jaquer yang sedang bertarung menghadapi sepuluh orang pria kekar dan berotot. "Ayah kamu itu pasti tidak akan berhasil melawan mereka, Leon. Lihatlah!" Meilani berkata sambil menunjuk ke arah Jaquer. Di arena halaman, tubuh Jaquer dikeroyok lima orang pria berjas dan berotot. Saat satu pukulan melayang ke wajah ayahnya, Leon segera menutup wajahnya dengan tapak tangan. "Apakah tangan itu berhasil ibu?" "Tidak, belum berhasil sudah tersungkur lebih dulu." Mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, Leon membuka tangannya dan langsung berteriak saat sebuah botol bir terangkat tinggi, "Ayah, awas!" Pyar Terdengar kaca pecah cukup keras, rupanya botol tadi membentur lengan bawah Jaquer. Darah segar keluar dari luka gores. Melihat hal itu seketika Meilani berlari menuju ke sisi Jaquer. "Jaquer, bagaimana lenganmu? Mematikan biar aku balut!" Jaquer menatap datar ke arah Meilani, lalu bibirnya membentuk garis lengkung dengan berbisik kepalanya mendekat, "tidak sekarang, Mei. Menepilah biar aku tuntaskan dulu pertarungan ini!"Malam yang dingin tak dapat membuat Jaquer tertidur, kedua matanya terus terjaga menunggu reaksi tubuh putranya sejak mengkonsumsi obat tersebut. Dua hari dua malam tubuh Leonard tidak bereaksi sama sekali. Udara dingin pun terus berjalan menyapa kulit pria senja itu, bibirnya berkerut tajam sedangkan otaknya terus berkelena mencari apa sebab hingga tubuh putranya begitu sulit dikendalikan."Ada apa denganmu, Leon?" gumaman Jaquer.Pria itu terus bergumam sendiri mencari kesalahan yang mungkin pernah dilakukannya hingga membuat siksaan pada putra dan istrinya. Namun, hingga beberapa waktu yang panjang alasan itu sama sekali tidak ditemukan sampai suara derit pintu terbuka pun terdengar olehnya. Dari balik pintu muncul wajah asisten pribadinya yang selama ini baru saja dinaikkan jabatannya.Kai datang dengan muka datar, pria yang biasa bertugas di istana perak itu akhirnya dapat langsung bertemu dengan pimpinan tertinggi. Jaquer berbalik badan melihat wajah pengawal utama."Kabar apa y
Tubuh Jordan jatuh ke tanah dengan darah keluar merembes dari sela Pedang Naga. Jaquer berdiri tegak di atas tubuhnya dengan seringaian tajam.Melihat kondisi pimpinan Sekte seluruh anggota seketika berlutut meminta maaf dan menyuarakan kesanggupan berada di bawah kendali Jaquer.Pria itu langsung menghentak kedua lengannya hingga menimbulkan kilatan petir yang menggelegar membelah malam yang sunyi."Kami bersedia mengikuti jalan Naga bersama Anda, Tuan Jaquer?"Salah satu pimpinan kanan Sekte Bulan Sabit menunduk dan bersujud berpegang pada pedangnya."Bangkit dan rawat semua anggota yang terluka, bereskan semua tanpa sisa!" Suara Jaquer penuh tekanan dan tegas.Usai berkata, ia melangkah meninggalkan wilayah Sekte. Suasana kembali senyap hanya beberapa anggota yang tersisa menatap kepergian Jaquer.Bayangan itu menghilang di telan kegelapan malam. Sinar bulan menerpa wajah dingin dan kokoh, berdiri tegak menatap jauh."Tuan, kondisi tuan muda makin melemah. Apa yang harus kita lakuk
Rembulan pucat menerobos celah awan kelabu. Angin malam menderu, menyapu jubah hitam Jaquer dengan wajah tegas, mata tajam berdiri di tepi jurang. Di seberang, di dataran yang lebih rendah, gumpalan asap tebal masih menyelimuti wilayah sekte bulan sabit."Dendammu sudah kubalaskan, Maelani. Tersenyumlah!"Namun, apa yang telah dilakukan oleh Jaquer justru membawa akibat yang fatal. Di saat dia meluluhlantahkan sekte beberapa anak buah Jordan berkelana mencari keberadaan putranya."Jaquer, kau telah membangunkan singa tidur. Maka jangan salahkan aku jika putramu mati!"Suara penuh tenaga mengudara begitu saja dan jelas menyapa telinga Jaquer. Pria itu mengeram keras, tubuhnya seketika melenting ke udara dengan pedang terhunus.Tanpa sepatah kata pun, Jaquer melompat dari tebing. Bibirnya mengeluarkan suara cukup keras, "kau yang sudah membuatku gila, Jordan!"Tubuh yang kekar melayang menuju ke dataran rendah. Jubahnya mengembang seperti sayap kelelawar raksasa. Di udara, dengan gerak
Perkelahian sudah tidak dapat dihindari lagi, emosi Jaquer sudah di atas hingga membuatnya sulit terkendali.Serangan dilancarkan Jaquer bertubi menghancurkan seluruh bangunan sekte bulan sabit tanpa sisa membuat Jordan Wang keluar dari persembunyiannya dan berdiri menatap setiap pergerakan Jaquer."Aku ingin kalian hancur tanpa sisa atas nyawa istriku!" Suara Jaquer membahana ke seluruh antero Sekte Bulan Sabit. Jordan Wang berdiri tegak di depan bangunan utama sekte. Tatapannya tajam menghunus manik mata Jaquer."Jaquer jangan seperti ini, semua tahu bukan aku pelakunya. Saat itu aku justru membantumu dalam proses pemakaman," jelas Angeli.Namun, kalimat Angeli bagai angin lalu di telinga Jaquer, pria itu masih terus bergerak liar menyerang siapa saja yang menghalanginya untuk sampai di bangunan utama.Melihat banyaknya korban bawahannya, Jordan terpaksa turun tangan. Pria paruh baya itu pun melontarkan pukulan jarak jauh.Seketika terlihat sekelebat sinar biru keperakan melesat m
Di tempat lain terlihat sosok pria berjubah hitam berdiri di atas atap gedung yang tinggi dengan seringaian tajam.Tidak hanya itu, dia juga menyebarkan aura kematian di seluruh sekte milik Jordan Wang.Angin yang berhembus membawa pesan Kematian yang disebarkan oleh Jaquer hingga membuat sebagian anggota kelas rendah merasa putus asa."Mengapa malam ini begitu pekat auranya, bahkan pelaku kebakaran belum bisa ditemukan." Salah satu bawahan sekte menggerutu mencurahkan isi hati."Apakah kalian tidak merasa aura ini begitu familiar?" timpal yang lainnya.Beberapa anggota satu kelompok yang berisi lima orang itu menjadi saling pandang begitu mendengar temannya yang lain mengutarakan pendapatnya."Apakah kau ada gambaran satu nama, Anton?"Pria yang dipanggil Anton menggembuskan napas panjang, lalu kedua bola matanya berputar seakan mencari sosok yang dia maksud."Aku sangat hafal dengan aura ini, pasti Jaquer sedang melaksanakan aksi balas dendam.""Iya, kau benar. Tetapi pergerakannya
Angeli masih diam berdiri di samping Jaquer saat peti mati Meilani mulai diturunkan. Dia terlihat sedih meskipun dalam hati bersorak kegirangan.Semua pelayat satu per satu mulai meninggalkan tempat saat pemakaman selesai menyisakan Jaquer dan Angeli. Sedangkan Leonard sudah dibawa pergi oleh Elang yang juga ikut mengantar jasad Meilani."Sudahlah, Jaquer, ayo kuantar kau pulang!" ajak Angeli.Jaquer masih diam, pandangannya tidak lepas dari batu nisan istrinya. Ujung ibu jarinya masih bergerak mengusap nama Meilani."Mei, mengapa kau cepat tinggalkan aku?""Semua sudah ditulis oleh penguasa alam, Jaquer. Kau harus terima," jawab Angeli."Harusnya dia bercerita saja siapa dalang semua ini agar tidak meninggalkan tanya," gumam Jaquer lagi.Angeli menyeringai tipis di belakang Jaquer, tetapi tapak tangannya berjalan di punggung lebar pria itu.Perlahan tangannya mulai bergerak lembut mengusap punggung Jaquer, dia sama sekali tidak peduli jika mendapat amarah sang pria."Ayolah, Jaquer,