Home / Rumah Tangga / Di Antara Dua Hati / Menolong Wanita Yang Hampir Ternoda

Share

Menolong Wanita Yang Hampir Ternoda

Author: Novi Yanti
last update Last Updated: 2022-09-07 15:07:29

Part 7

"Sayang, Mas berangkat kerja dulu. Jaga diri kamu baik-baik di rumah. Nanti, kalau ada apa-apa dengan kandunganmu, langsung hubungi nomor ponsel Mas, ya, Sayang," ucap Malik pada istrinya.

"Iya, Mas. Jangan lupa nanti roti paratanya langsung dimakan kalau Mas sudah sampai di rumah sakit."

 

"Siaap, Sayang ...."

Sebelum pergi, Malik mencium kening istrinya dengan lembut. "Assalamu'alaikum, Sayang ...."

"Wa 'alaikumus-salam. Hati-hati, Mas ...."

Perlahan Pajero hitam itu meluncur meninggalkan pelataran rumah Madina. Malik mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia merasa sangat bersalah pada sang istri karena ini adalah pertama kalinya dia berdusta pada teman hidupnya tersebut.

Pria itu tampak menghela napasnya pelan. "Maafkan Mas, Madina. Percayalah, rasa cinta yang Mas miliki di dalam hati hanyalah untukmu seorang, Madina."

Setibanya di halaman rumah sakit, dokter spesialis bedah itu memarkirkan kendaraan roda empatnya di tempat parkir khusus untuk para dokter yang bekerja di Rumah Sakit Medika Permata. Malik mengayunkan kedua kaki panjangnya melewati lorong-lorong yang ada di rumah sakit menuju ke ruangan kerjanya. 

"Selamat pagi, Dokter Malik," sapa salah satu perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut.

"Pagi juga, Sus ...."

"Dok, di ruangan kerja Dokter ada Dokter Jihan. Dia sudah menunggu kedatangan Dokter Malik sejak pukul sembilan pagi," tutur suster tersebut santun pada dokter tampan di depannya.

"Dokter Jihan? Ya, sudah, Sus. Terima kasih," balas Malik ramah. Dia memang terkenal sebagai sosok dokter bedah yang sangat ramah dan juga baik kepada siapa pun yang dia jumpai.

"Sama-sama, Dok. Saya duluan, Dok," pamit suster tersebut.

"Silakan, Sus."

Malik kembali mengayunkan kedua kaki panjangnya. Setelah tiba di depan ruang pribadinya, Malik berusaha mengendalikan perasaan aneh yang akhir-akhir ini cukup mengganggu kerja jantung di dalam dada. Di dalam sana, tepatnya di ruangan kerja miliknya, sudah ada wanita bersurai kecokelatan dan bergelombang sangat indah tengah menunggunya, wanita yang berprofesi sama seperti Malik.

Jihan sendiri masih belum menyadari bahwa seseorang yang sedang dia tunggu sudah berdiri tepat di belakangnya. Dokter wanita yang mempunyai paras sempurna itu masih setia menunduk seraya mengelus sebuah bingkai foto yang berada di tangannya.

"Assalamu’alaikum," ucap Malik.

"Wa ‘alaikumus-salam, Mas. Maaf, kalau aku sudah lancang masuk ke ruangan kerjamu. Harusnya aku izin terlebih dahulu pada Mas Malik," jawab Jihan gugup. Dia sibuk mengendalikan degup jantungnya yang berubah cepat setiap kali berada di dekat pria yang selalu terlihat menawan. Aroma parfum yang menguar dari tubuh atletik pria itu terasa sangat memabukkan di indra penciuman Jihan.

"Dimaafkan. Kenapa kamu sudah kembali masuk bekerja, Jihan? Kalau masih sakit, sebaiknya kamu ambil cuti saja, Ji," tutur Malik pada wanita yang selalu terlihat memesona, meski dalam keadaan tidak sehat. Ada nada khawatir yang tersirat di dalam nada bicaranya. "Wajah kamu juga masih terlihat sangat pucat, Jihan. Sebaiknya, kamu beristirahat saja dulu di rumah."

"Sudah agak mendingan, Mas. Terima kasih karena semalam Mas sudah mau menjagaku dan juga merawatku dengan baik."

"Sama-sama. Lain kali, jaga pola makan kamu dengan teratur. Kamu harus bisa menjaga kesehatanmu dengan baik, Ji. Semalam, suhu tubuh kamu meningkat panas, kamu juga terus meracau. Setelahnya, tiba-tiba badan kamu menggigil kedinginan," ujar Malik.

"Iya, Mas. Terima kasih atas perhatian tulus Mas Malik untukku. Ternyata, Mas Malik masih sangat peduli tentang kesehatanku. Aku sangat bahagia, Mas. Rasanya semalam seperti mimpi, bisa kembali melihat sosok pria yang sangat aku cinta. Kamu ternyata masih seperti dulu, Mas. Aku sangat menyesal sudah melepas pria sebaik Mas Malik. Maafkan aku, Mas! Andai saja waktu bisa di ulang kembali, mungkin sekarang kita sudah hidup bahagia bersama," ucap Jihan sendu seraya menatap penuh cinta pada pria yang sudah memiliki istri. Ada nyeri di sudut hati Jihan saat membayangkan pria yang dia puja bahagia dengan wanita lain, sekalipun berstatus sebagai istri.

"Yang lalu biarlah berlalu. Saya sudah memaafkanmu, belajarlah untuk melupakan saya. Di luar sana masih banyak pria baik yang pantas mendampingi dan juga menjadi imam di hidupmu nantinya, Jihan."

"Aku sudah berusaha, Mas. Akan tetapi, aku selalu gagal. Apakah tidak ada kesempatan untukku, Mas? Aku juga bersedia menjadi wanita kedua di dalam hidupmu, Mas!" pinta wanita itu dengan kedua mata yang sudah basah. Dia memohon pada pria yang selalu hadir di dalam mimpi indahnya setiap malam.

"Maaf, saya tidak bisa. Saya sangat mencintai istri dan juga anak-anak saya. Mereka adalah kebahagiaan yang sangat berharga dalam hidup saya."

"Jujur saja padaku, Mas. Kamu juga masih mencintaiku, kan, Mas? Kalau tidak, kenapa semalaman kamu bersedia merawat dan juga menjagaku?! Nyatanya, kita masih memendam rasa yang sama. Iya, kan, Mas?” tanya Jihan seraya menatap tajam wajah tampan Malik. Dokter bertubuh sintal itu masih merasa sangat yakin kalau pria di depannya masih menyimpan rasa yang sama sepertinya.

"Saya hanya peduli padamu saja, Jihan. Sama seperti saya peduli pada semua pasien-pasien yang saya tangani," jawab Malik tenang.

"Kamu bohong, Mas. Munafik kamu, Mas! Kalau hanya sekadar rasa peduli padaku, kenapa kamu semalam mau memelukku? Kenapa Mas?" tanya Jihan menuntut seraya terisak pilu. Hatinya terasa sangat sakit setelah mendengar penolakan dari pria yang sangat dia inginkan.

"Itu karena kamu terus menggigil kedinginan, Jihan. Saya enggak tega melihat kamu terus menggigil," tandas Malik datar. Namun, di sudut hati pria itu ikut merasa sakit, kala melihat mantan kekasihnya terisak pilu tepat di hadapannya.

"Tega kamu, Mas! Kamu sudah sangat menyakiti hatiku." Setelah itu, Jihan berlalu pergi meninggalkan ruangan kerja Malik sambil terisak.

"Maafkan saya, Jihan. Semoga suatu saat nanti, kamu dipertemukan dengan sosok pria baik yang tulus mencintaimu apa adanya," gumam Malik seraya menghela napas.

Dokter ahli bedah itu melirik benda pipihnya yang sudah tergeletak di atas meja kerja. Ternyata benar, ponselnya tertinggal di rumah Jihan. Mungkin, maksud wanita beriris kecokelatan itu datang ke sini untuk mengantar gawai yang semalam tanpa sengaja tertinggal di hunian wanita yang wajah jelitanya akhir-akhir ini selalu singgah di dalam pikiran.

 ****

[“Iya, Sayang. Ini Mas sudah belikan pesanan kamu. Tunggu Mas, ya, Sayang. Ini Mas sudah dalam perjalanan pulang ke rumah kita. Assalamu'alaikum,”] ucap Malik pada sang istri.

[“Terima kasih, Mas. Iya, aku tunggu. Wa ‘alaikumus-salam,”] jawab Madina di seberang telepon.

Tepat saat dokter berahang tegas itu hendak membelokkan kendaraan roda empatnya di pertigaan jalan, sekilas Malik melihat ada seorang wanita yang sedang diganggu oleh tiga pria berbadan besar. Tepat di sebuah gang yang terlihat gelap dan kebetulan gang itu dekat dengan jalan raya yang sekarang tengah Malik lewati. Rasa peduli seketika muncul di dada dokter ramah itu. 

Dia tidak tega melihat keadaan wanita yang tengah kesusahan seorang diri di sana. Wanita itu sangat membutuhkan pertolongan. Malik memutuskan menghentikan mobilnya, lalu memarkirkan Pajero hitamnya di tepi jalan. Kedua kaki panjangnya melangkah cepat menghampiri wanita yang masih diganggu oleh tiga pria yang berpenampilan cukup menyeramkan di lorong gang gelap tersebut.

"Tolong, tolong ... tolong!" teriak wanita itu lemah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Antara Dua Hati    Kedatangan Jihan Di Rumah Sakit

    Part 33"Assalamu'alaikum ...."Yusuf yang sedang menundukkan wajah di depan ruang perawatan VVIP, langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar suara lembut seorang wanita yang sangat dia kenal. "Wa'alaikum salam, Jihan? Ini beneran kamu, kan, Ji?""Iya, Mas. Mas Yusuf apa kabar? Bagaimana keadaan Om Hasan, Mas?" tanya Jihan terdengar sangat cemas, seraya menatap wajah murung Kakak sepupunya. "Tadi Ayah sempat kolap lagi dan detak jantungnya sempat berhenti, oleh karena itu Mas nggak bisa menjemput kamu ke bandara. Maaf, ya, Ji," ucap Yusuf lirih. "Alhamdulillah, sekarang keadaan Ayah sudah kembali stabil seperti sebelumnya. Di dalam masih ada Dokter yang sedang memeriksanya.""Alhamdulillah." Jihan tampak lega setelah mendengar jawaban dari Yusuf. Wanita berparas jelita itu baru tiba di Jakarta sekitar satu jam-an yang lalu, setelah menempuh perjalanan lewat jalur udara. Dengan menggunakan kendaraan burung besi, dari Jogja langsung terbang ke ibukota. Perjalanan yang mereka lalui

  • Di Antara Dua Hati    Kembali Ke Ibukota

    Part 32"Sayang, Umma tunggu di bawah, ya. Jangan lama-lama, soalnya setelah Umma mengantar kamu ke pondokan. Umma harus segera pergi ke toko kita lho, Nak.""Iya, Umma. Maryam enggak akan lama kok, Umm. Kalau barangnya udah aku temukan, Maryam akan segera menyusul Umma ke bawah.""Baiklah, Nak."Tiba di lantai bawah, Jihan langsung membelokan kedua langkah jenjangnya menuju ruangan makan. Rumah Mbok yati memang terlihat sederhana bila di lihat dari luarnya saja, tapi siapa sangka kalau di dalam rumah sederhana itu sangatlah indah. Dua tahun yang lalu, Jihan telah membangun ulang rumah peninggalan wanita yang telah membesarkan dirinya dan Almarhumah selalu ada di sampingnya di kala sedih mau pun senang."Pagi Irma," sapa Jihan ramah pada gadis muda yang sedang mengaduk-ngaduk masakan di atas kompor."Pagi juga, Bu. Maaf, karena sarapannya belum saya siapkan semuanya di atas meja. Pagi ini saya bangunnya agak sedikit kesiangan, Bu," ucap Irma lirih merasa sangat bersalah dan juga malu

  • Di Antara Dua Hati    Setelah Sepuluh Tahun Berlalu

    Part 31Madina terbangun, kala mendengar suara isakan lirih sang suami. Di sana, di hamparan sajadah. Prianya tengah terisak seraya menadahkan kedua tangannya memohon pada Sang Maha Pengasih, dengan kedua bahu kokohnya yang tampak terus bergetar.Pemandangan seperti itu sudah berlangsung selama sepuluh tahun, sang suami selalu menangis setiap kali mengingat akan dosa-dosanya di masa lalu. Menikah dengan Jihan secara diam-diam di belakangnya, dan secara langsung mereka juga telah melakukan berbuatan zina. Mengingat semua itu, hati Madina kembali merasakan perih."Astaghfirullah," gumam Madina seraya mengelus dadanya berulang kali, ketika mengingat luka lamanya yang telah ditorehkan oleh sang suami di masa lalu."Sayang," panggil Malik lembut seraya mengelus pipi sang istri. "Mas baru aja mau bangunin kamu, tadinya Mas mau ngajakin kamu salat malam bersama. Tapi kamu kayanya lagi enak banget boboknya, jadi Mas enggak tega mau membangunkan kamu, Dek. Terpaksa Mas salat malam terlebih dah

  • Di Antara Dua Hati    Mengalah Demi Cinta

    Part 30Waktu bergulir sangat cepat. Dua minggu telah berlalu pasca kecelakaan yang dialami Malik. Akan tetapi, masih belum ada tanda-tanda pria berhidung mancung itu akan sadar dari komanya."Semua ini karena kamu, Jihan! Kehidupan anak saya kembali hancur dan dia harus kehilangan istri dan juga anak-anaknya. Semua masalah yang menimpa Malik karena keegoisan kamu. Sekarang, kamu pasti merasa sangat puas melihat rumah tangga putra saya hancur!" bentak Bu Aisyah seraya menatap tajam pada wanita yang masih terisak sembari menundukkan kepala di hadapannya. "Dan, sekarang nyawa putra saya sedang dipertaruhkan di dalam sana, antara hidup dan juga mati. Puas kamu, haah?!""Istighfar, Umi. Kendalikan amarah Umi, enggak baik seperti ini, Mi. Ingat jantung Umi, Abi enggak mau kalau sakit Umi sampe kambuh lagi. Putra kita juga pasti ikut bersedih kalau dia melihat Umi terus marah-marah seperti ini. Dalam hal ini, Jihan enggak sepenuhnya bersalah, Mi. Dia juga menantu kita, sama seperti Madina.

  • Di Antara Dua Hati    Sebuah Kabar

    Part 29"Saya tahu kalau Madina ada di sini. Tolong izinkan saya menemuinya dan membawa mereka kembali pulang ke rumah Kami," ucap Malik pada mantan suami Madina.Berulang kali pria berhidung mancung itu mencoba menghubungi nomor sang istri, tetapi yang dia dapat hanya penolakan. Setelah itu, nomor Madina sudah tidak aktif lagi. Maka Malik memutuskan untuk mencari istri dan juga putrinya. Dia yakin kalau sang istri pergi ke rumah Farzan. "Madina enggak ada di sini, Dok. Anda suaminya, bukan? Kenapa Anda mencari dia sampai ke rumah saya?" tanya Farzan mendengkus sinis seraya menatap cemooh pada pria tinggi yang sedang berdiri di hadapannya. "Ternyata Anda jauh lebih brengsek bila dibandingkan dengan saya, Dok. Kasian Madina dan juga kedua anak saya karena mendapatkan suami dan seorang ayah pengganti seperti Anda. Laki-laki yang sangat mengetahui hukum agama dengan baik, tapi diam-diam melakukan hubungan terlarang dan berselingkuh di belakang istri. Dasar laki-laki munaf—"Malik mengep

  • Di Antara Dua Hati    Amarah Madina

    Part28"Lihat, bahkan sekarang Mas Malik sering meninggikan suara di depan saya ... hanya karena ingin membela wanita penggo—""Madina! Jaga ucapanmu! Jihan tidak bersalah sepenuhnya dalam hal ini. Dia tidak seburuk yang kamu pikirkan. Dia wanita baik yang rela meminjamkan rahimnya untuk memberi perlindungan kepada putri kita, Nadira. Apa kamu lupa?!" bentak Malik pada sang istri. Pria itu terpancing oleh semua kata-kata pedas dan hinaan yang dilontarkan wanita pertamanya untuk Jihan. "Mas enggak percaya kalau kamu bisa mengucapkan kata-kata sekasar itu kepada sesama kaummu sendiri. Kamu seperti bukan Madina yang sangat Mas kenal. Kamu berubah, Dek." Madina bertepuk tangan sembari tertawa sinis. "Saya berubah? Apa saya enggak salah dengar, Mas? Justru Mas Malik yang sudah banyak berubah, setelah kelahiran putri kita, Nadira. Bahkan Mas sering berkunjung ke rumah ini diam-diam tanpa sepengetahuan saya. Dan sekarang wanita yang diam-diam sudah Mas bodohi dan Mas Malik curangi ini suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status