Share

Terpaksa Berdusta

Penulis: Novi Yanti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-07 14:50:42

Part 6

Sepanjang malam, sepasang netra teduhnya enggan terpejam. Madina masih terus memikirkan sang suami di sana. Pria tercintanya belum kunjung pulang ke rumah. Hati Madina masih terasa sesak kala mengingat sang suami terdengar begitu mengkhawatirkan wanita lain selain dirinya. Akan tetapi, Madina mencoba untuk tidak berprasangka buruk pada Malik.

Mungkin saja wanita itu adalah salah satu pasien yang sedang suaminya tangani. Semalam hanya sepintas dia mendengarnya karena setelah itu sang suami langsung memutuskan sambungan telepon darinya secara sepihak. Madina sudah berusaha kembali menghubungi nomor ponsel Malik, tetapi hasilnya nihil dan sudah tidak aktif.

"Sayang, kamu adalah buah cinta Umi dan juga Abi. Sekarang, waktunya Umi salat dulu, kita doakan abi kamu, ya, Nak. Semoga abi kamu selalu dalam lindungan Allah, selalu ingat kita yang ada di rumah terus menunggu kepulangannya," ucap Madina pada sang buah hati yang masih di dalam kandungnya.

Madina membelai lembut perutnya sendiri, lalu dia bangun dari pembaringan sembari memegangi perut buncitnya. Kemudian, dia melangkah menuju ke kamar mandi. Usai salat Subuh, Madina dikejutkan oleh kedatangan sang suami, Malik langsung memeluk Madina dari belakang.

"Sayang, tolong maafkan Mas, ya," bisik Malik lembut di telinga sang istri.

"Mas, bisa lepaskan tangan Mas di pinggangku sebentar? Aku mau melipat mukena ini terlebih dahulu," pinta wanita itu pada sang suami.

"Oke, Mas mandi dulu, ya, Dek. Tolong siapin baju koko dan juga sarung Mas, ya, Sayang," ucap Malik pada istri tercinta seraya menatap sayu wajah yang ada di depannya.

"Iya, Mas ...."

Madina terus memandangi suaminya dari belakang, Malik tampak tengah khusyuk berdoa. Namun, kedua bahu sang suami terlihat bergetar. 'Mas Malik menangis? Kenapa suamiku menangis,' batin Madina bertanya-tanya.

Wanita itu merasa sangat penasaran kenapa suaminya bisa sampai menangis? Apakah prianya telah melakukan kesalahan yang sangat fatal? Sebab Madina tidak pernah melihat wajah tampan sang suami murung seperti saat ini.

Yang Madina tahu, Malik selalu terlihat ceria, ramah, bijak, dan bersahaja.

Pria tercintanya tidak pernah mengeluarkan kata-kata atau ucapan kasar pada pasien yang dia tangani. Semua perawat dan juga pegawai yang ada di rumah sakit sangat menyukai sikap ramah dokter spesialis bedah itu.

"Melamun, Sayang?" tanya Malik lembut setelah mencium kening sang istri.

"Mas, maaf. Kenapa pagi ini wajah Mas terlihat sangat berbeda? Tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Apa Mas sedang ada masalah di rumah sakit?" tanya Madina seraya mengelus lembut rahang kokoh suaminya.

Malik tampak menggelengkan kepala, lalu pria itu membawa tubuh sang istri ke dalam dekapan.

"Nggak kenapa-kenapa, Sayang. Mas hanya merasa bersalah sama kamu dan juga anak kita. Mas selalu meninggalkanmu dan anak-anak di rumah sendirian. Di saat istri Mas sedang hamil besar dan membutuhkan perhatian lebih, Mas malah sering enggak ada di samping kalian. Akhir-akhir ini, Mas sedang banyak pasien dan sering pergi ke luar kota juga. Maafin Mas, ya, Sayang. Mas sangat mencintaimu dan juga menyayangi anak-anak kita. Kalian adalah harta yang paling berharga di dalam hidup, Mas, di dunia maupun kelak di akhirat, Sayang," ungkap Malik panjang setelah memberi kecupan penuh cinta di kening Madina.

"Insyaallah, aku akan selalu berusaha mengerti, Mas. Dan, itu sudah menjadi risikoku mempunyai suami seorang dokter. Insyaallah, pekerjaan Mas akan menjadi ladang pahala untuk Mas Malik di akhirat nanti," jawab Madina seraya mengukir senyuman di bibir. Dia menatap penuh kasih wajah rupawan sang suami.

"Terima kasih, Sayang. I love you, Madina Tahira," ungkap Malik tak kalah lembut. Namun, di sudut hati pria bermanik hitam itu menyimpan sedikit rasa bersalah pada wanita yang tubuh seksinya kembali dia dekap. Di satu sisi, Malik merasa dilema memikirkan wanita yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya pada masa lalu. Malik bisa melihat jelas tatapan penuh cinta di sepasang manik kecokelatan yang sangat indah milik Jihan, kala wanita itu menatapnya.

"Sayang, Mas sangat lelah. Kamu jangan keluar dulu dari kamar kita, temani Mas tidur sebentar, ya," pinta Malik pada wanita tercintanya.

"Iya, Mas."

****

Sudah pukul delapan pagi, tetapi sang suami masih tampak sangat nyaman dalam lelapnya. Madina tidak tega membangunkan Malik dari lelapnya, pria berbadan tegap itu terlihat sangat kelelahan. Akbar sudah berangkat ke sekolah bersama ayah kandungnya. Farzan meminta izin untuk membawa Akbar menginap di rumahnya, Madina mengiakan permintaan mantan suaminya tersebut.

"Sayang, kenapa kamu enggak membangunkan Mas, hmm?" tanya Malik seraya membingkai hangat wajah cantik sang istri dan menatap lekat wajah tersebut.

Bagi Malik, Madina selalu terlihat cantik dan aura kecantikan sang istri semakin terpancar jelas semenjak wanita yang sangat dia cintai

tersebut mengandung buah hatinya. Tidak pernah terbayangkan oleh Malik jika angannya menjadi nyata yaitu bisa bersanding dengan wanita berhati lembut seperti Madina.

Pipi Madina terasa memanas, perasaan bahagia membuncah di dalam dada karena ditatap intens dan penuh kasih oleh Malik. Kemudian, Madina langsung memalingkan wajahnya dari sang suami.

"Sengaja, Mas. Kamu terlihat sangat kecapekan. Jadi, aku tidak tega mau membangunkanmu, Mas. Tunggu sebentar di sini, ya, Mas. Aku buatkan teh susu hangat dulu untuk Mas," ucap Madina berusaha mengendalikan degup jantung.

"Terima kasih, Sayang. Jalannya pelan-pelan saja, Dek!" seru Malik. Dia sangat khawatir melihat sang istri berjalan cepat-cepat dengan keadaan perut yang sudah kian membesar.

"Iya, suamiku ...."

Beberapa menit kemudian.

"Teh susu buatan kamu selalu pas di lidah Mas, Sayang. Kamu memang istri idaman, Mas sangat beruntung memilikimu," puji Malik tulus pada sang istri setelah dia menyesap minuman hangat favoritnya.

Madina tersipu mendengar pujian dari pria tercintanya. "Mas, ponsel kamu di mana? Pagi tadi, pihak rumah sakit menghubungi nomor telepon rumah kita," tanya Madina seraya menatap wajah tegang sang suami.

"Umm ... i-itu mungkin ponsel Mas tertinggal di ruangan kerja Mas, Sayang," jawab Malik seraya menutupi kegugupannya. Pria beralis tebal itu pun tidak mengetahui di mana keberadaan ponselnya saat ini.

"Apa mungkin tertinggal di sana?" tanya Malik lirih pada dirinya sendiri.

"Dokter Jihan juga baru saja telepon ke nomor ponselku, Mas."

Deg!!

Jantung Malik berdetak lebih kencang mendengar ucapan sang istri. "Mas lupa, Dek! Pukul sebelas siang ini, Mas ada jadwal operasi di rumah sakit. Mas siap-siap dulu, Dek," ucap Malik buru-buru pada istrinya.

"Lho, Mas, sarapan dulu! Aku sudah buatin roti parata lengkap dengan kari ayamnya juga, lho, Mas. Ini, kan, salah satu makanan kesukaan kamu, Mas," tutur Madina pada sang suami. Wanita yang mempunyai bulu mata lentik itu merasa heran melihat tingkah aneh suaminya sendiri.

"Tolong kamu bungkusi saja, Dek! Nanti akan Mas makan di rumah sakit saja!" sahut Malik sebelum mengayunkan kedua kaki panjangnya menapaki undakan tangga menuju ke lantai atas. Sebelum itu, Malik mencium cepat pipi tembam wanita yang sangat dia cintai.

♡♡♡♡

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Antara Dua Hati    Kedatangan Jihan Di Rumah Sakit

    Part 33"Assalamu'alaikum ...."Yusuf yang sedang menundukkan wajah di depan ruang perawatan VVIP, langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar suara lembut seorang wanita yang sangat dia kenal. "Wa'alaikum salam, Jihan? Ini beneran kamu, kan, Ji?""Iya, Mas. Mas Yusuf apa kabar? Bagaimana keadaan Om Hasan, Mas?" tanya Jihan terdengar sangat cemas, seraya menatap wajah murung Kakak sepupunya. "Tadi Ayah sempat kolap lagi dan detak jantungnya sempat berhenti, oleh karena itu Mas nggak bisa menjemput kamu ke bandara. Maaf, ya, Ji," ucap Yusuf lirih. "Alhamdulillah, sekarang keadaan Ayah sudah kembali stabil seperti sebelumnya. Di dalam masih ada Dokter yang sedang memeriksanya.""Alhamdulillah." Jihan tampak lega setelah mendengar jawaban dari Yusuf. Wanita berparas jelita itu baru tiba di Jakarta sekitar satu jam-an yang lalu, setelah menempuh perjalanan lewat jalur udara. Dengan menggunakan kendaraan burung besi, dari Jogja langsung terbang ke ibukota. Perjalanan yang mereka lalui

  • Di Antara Dua Hati    Kembali Ke Ibukota

    Part 32"Sayang, Umma tunggu di bawah, ya. Jangan lama-lama, soalnya setelah Umma mengantar kamu ke pondokan. Umma harus segera pergi ke toko kita lho, Nak.""Iya, Umma. Maryam enggak akan lama kok, Umm. Kalau barangnya udah aku temukan, Maryam akan segera menyusul Umma ke bawah.""Baiklah, Nak."Tiba di lantai bawah, Jihan langsung membelokan kedua langkah jenjangnya menuju ruangan makan. Rumah Mbok yati memang terlihat sederhana bila di lihat dari luarnya saja, tapi siapa sangka kalau di dalam rumah sederhana itu sangatlah indah. Dua tahun yang lalu, Jihan telah membangun ulang rumah peninggalan wanita yang telah membesarkan dirinya dan Almarhumah selalu ada di sampingnya di kala sedih mau pun senang."Pagi Irma," sapa Jihan ramah pada gadis muda yang sedang mengaduk-ngaduk masakan di atas kompor."Pagi juga, Bu. Maaf, karena sarapannya belum saya siapkan semuanya di atas meja. Pagi ini saya bangunnya agak sedikit kesiangan, Bu," ucap Irma lirih merasa sangat bersalah dan juga malu

  • Di Antara Dua Hati    Setelah Sepuluh Tahun Berlalu

    Part 31Madina terbangun, kala mendengar suara isakan lirih sang suami. Di sana, di hamparan sajadah. Prianya tengah terisak seraya menadahkan kedua tangannya memohon pada Sang Maha Pengasih, dengan kedua bahu kokohnya yang tampak terus bergetar.Pemandangan seperti itu sudah berlangsung selama sepuluh tahun, sang suami selalu menangis setiap kali mengingat akan dosa-dosanya di masa lalu. Menikah dengan Jihan secara diam-diam di belakangnya, dan secara langsung mereka juga telah melakukan berbuatan zina. Mengingat semua itu, hati Madina kembali merasakan perih."Astaghfirullah," gumam Madina seraya mengelus dadanya berulang kali, ketika mengingat luka lamanya yang telah ditorehkan oleh sang suami di masa lalu."Sayang," panggil Malik lembut seraya mengelus pipi sang istri. "Mas baru aja mau bangunin kamu, tadinya Mas mau ngajakin kamu salat malam bersama. Tapi kamu kayanya lagi enak banget boboknya, jadi Mas enggak tega mau membangunkan kamu, Dek. Terpaksa Mas salat malam terlebih dah

  • Di Antara Dua Hati    Mengalah Demi Cinta

    Part 30Waktu bergulir sangat cepat. Dua minggu telah berlalu pasca kecelakaan yang dialami Malik. Akan tetapi, masih belum ada tanda-tanda pria berhidung mancung itu akan sadar dari komanya."Semua ini karena kamu, Jihan! Kehidupan anak saya kembali hancur dan dia harus kehilangan istri dan juga anak-anaknya. Semua masalah yang menimpa Malik karena keegoisan kamu. Sekarang, kamu pasti merasa sangat puas melihat rumah tangga putra saya hancur!" bentak Bu Aisyah seraya menatap tajam pada wanita yang masih terisak sembari menundukkan kepala di hadapannya. "Dan, sekarang nyawa putra saya sedang dipertaruhkan di dalam sana, antara hidup dan juga mati. Puas kamu, haah?!""Istighfar, Umi. Kendalikan amarah Umi, enggak baik seperti ini, Mi. Ingat jantung Umi, Abi enggak mau kalau sakit Umi sampe kambuh lagi. Putra kita juga pasti ikut bersedih kalau dia melihat Umi terus marah-marah seperti ini. Dalam hal ini, Jihan enggak sepenuhnya bersalah, Mi. Dia juga menantu kita, sama seperti Madina.

  • Di Antara Dua Hati    Sebuah Kabar

    Part 29"Saya tahu kalau Madina ada di sini. Tolong izinkan saya menemuinya dan membawa mereka kembali pulang ke rumah Kami," ucap Malik pada mantan suami Madina.Berulang kali pria berhidung mancung itu mencoba menghubungi nomor sang istri, tetapi yang dia dapat hanya penolakan. Setelah itu, nomor Madina sudah tidak aktif lagi. Maka Malik memutuskan untuk mencari istri dan juga putrinya. Dia yakin kalau sang istri pergi ke rumah Farzan. "Madina enggak ada di sini, Dok. Anda suaminya, bukan? Kenapa Anda mencari dia sampai ke rumah saya?" tanya Farzan mendengkus sinis seraya menatap cemooh pada pria tinggi yang sedang berdiri di hadapannya. "Ternyata Anda jauh lebih brengsek bila dibandingkan dengan saya, Dok. Kasian Madina dan juga kedua anak saya karena mendapatkan suami dan seorang ayah pengganti seperti Anda. Laki-laki yang sangat mengetahui hukum agama dengan baik, tapi diam-diam melakukan hubungan terlarang dan berselingkuh di belakang istri. Dasar laki-laki munaf—"Malik mengep

  • Di Antara Dua Hati    Amarah Madina

    Part28"Lihat, bahkan sekarang Mas Malik sering meninggikan suara di depan saya ... hanya karena ingin membela wanita penggo—""Madina! Jaga ucapanmu! Jihan tidak bersalah sepenuhnya dalam hal ini. Dia tidak seburuk yang kamu pikirkan. Dia wanita baik yang rela meminjamkan rahimnya untuk memberi perlindungan kepada putri kita, Nadira. Apa kamu lupa?!" bentak Malik pada sang istri. Pria itu terpancing oleh semua kata-kata pedas dan hinaan yang dilontarkan wanita pertamanya untuk Jihan. "Mas enggak percaya kalau kamu bisa mengucapkan kata-kata sekasar itu kepada sesama kaummu sendiri. Kamu seperti bukan Madina yang sangat Mas kenal. Kamu berubah, Dek." Madina bertepuk tangan sembari tertawa sinis. "Saya berubah? Apa saya enggak salah dengar, Mas? Justru Mas Malik yang sudah banyak berubah, setelah kelahiran putri kita, Nadira. Bahkan Mas sering berkunjung ke rumah ini diam-diam tanpa sepengetahuan saya. Dan sekarang wanita yang diam-diam sudah Mas bodohi dan Mas Malik curangi ini suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status