Aku menyadari betul dengan siapa aku berhadapan, Sofia anak orang kaya dengan aset warisan yang banyak, kusadari bahwa tidak masuk akal menikahkan suamiku dengan dirinya hanya demi wanita itu ada yang menafkahi dan melindungi. Tanpa mas Nabil pun, dia tetap punya uang dan keluarganya tetap melindunginya.Mungkin poinnya, suamiku mirip dengan mantan suaminya, keluarga kami juga akrab satu sama lain, jadi karena Sofia sulit move on dan nyaris gila, maka nenek mengambil keputusan untuk membuat Nabil menerima akad atas dirinya.Ya tuhan, tapi tetap saja, kenapa harus menikah?!Meski keluargaku tidak sekaya keluarga Sofia tapi Ayahku juga pegawai badan usaha milik negara yang penghasilannya tak bisa dikatakan sedikit, kami hidup seperti masyarakat pada umumnya, tidak mewah tapi berkecukupan. Punya rumah yang bagus serta dua buah mobil, ayah juga punya aset sawah dan perkebunan, juga kolam ikan. Sebenarnya nilai dan derajat keluarga kami sama saja dengan keluarga Mas Nabil.Mungkinkah k
"kak mau kemana?"tanya sepupuku Rihanna begitu melihat Mas Nabil keluar dari kamar kami dengan cara membenturkan pintu dengan keras."Pergi.""Kak, kok kakak pergi terus sih? Kakak tahu sendiri kan, kalau mbak iklimah sangat sedih?""Tolong jaga dia ya, aku ada urusan di luar," ucap suamiku yang berkata dengan lembut kepada adik sepupuku."Kak, tolonglah...""Kau tidak akan mengerti urusan orang dewasa belajar dengan tekun dan jaga keponakanmu."Sekuat apapun aku dan orang yang ada di rumah ini untuk menahannya, dia yang sangat mementingkan istri barunya tidak akan peduli dengan perasaan ataupun perkataan kami.Tidak ada yang bisa kulakukan selain hanya meneteskan air mata. Saat ini pikiranku kelam, menghitam dan aku tidak melihat sedikit pun cahaya yang akan menuntunku kepada keputusan terbaik. Akankah pernikahan Suamiku menjadi akhir dari pernikahan kami.Hal terburuk yang sampai saat ini terus menusuk hati dan perasaanku adalah kenapa aku yang begitu yakin dengan kebahagiaan perni
Kedua putriku terlihat kaget dan bingung, mereka menetap kami dengan wajah ketakutan sementara suamiku yang menyadari tentang sikap anaknya itu langsung tersenyum dan menghampiri mereka."Kenapa ayah berteriak?""Ah, tidak, tadi, ada tikus. Jangan khawatir Sayang, kalian tidurlah," ucap suamiku sambil mengecup kening anaknya."Jangan bertengkar ayah," kata Novia dengan sedih, sepertinya ia menyadari percakapan kami."Tidak sayang.""Kami tidak ingin ayah dan bunda bertengkar.""Tidak kok," jawab Mas Nabil dengan senyum dan pelukan, aku hanya menatap itu dan terdiam sambil melirik adik sepupuku yang menggelengkan kepala sambil memijit di keningnya.Saat anak-anak kembali ke kamarnya Mas Nabil memberiku isyarat agar kami berdua bisa bicara di kamar saja. Aku mengikuti langkahnya masuk ke kamar kami lalu mengunci pintu."Sudah, aku tidak mau banyak bicara lagi.""Aku juga tidak ingin banyak bicara, hati dan mentalku lelah hingga membuat perasaanku tidak nyaman serta badanku menjadi sakit
"lebih baik kau memusuhiku dan tidak melayaniku dibandingkan kau melakukannya dengan hati yang tersakiti," ucapnya lirih."Aku memang sakit hati, tapi peranku sebagai seorang istri tidak bisa diabaikan, jangan khawatir, pergilah ke kantor, hasilkan uang yang banyak agar aku dan istri barumu bisa berfoya-foya," jawabku sambil tertawa. Aku segera menyapu dan mengabaikan dirinya yang masih di dapur."Apakah kau sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan keluarga kita?""Apakah hatimu sewas-was itu karena kesalahan yang kau buat?" tanyaku sambil semakin mengejek perkataannya."Dia terpaku dan tidak mampu menjawabku, dan meski aku telah menyiapkan sarapan lezat serta menghidangkannya ke atas meja dia sama sekali tidak berani menyentuhnya, jangankan menyentuh melirik pun tidak."Pergi dan ganti bajumu lalu makan sarapanmu aku akan tersinggung kalau kau tidak makan," ujarku sambil menepuk bahunya pelan, suamiku semakin merinding dengan perlakuanku."Aku takut dengan perubahanmu.""Janga
Aku tahu dia akan khawatir tapi terlalu telat untuk pulang ke sini dan mencegah diri ini. Hari telah menjelang pukul 04.00 sore, ia tidak akan punya waktu untuk bolak-balik dari sini ke rumah orang tuanya karena itu akan memakan waktu 1 jam. Belum lagi kalau ia terjebak macet karena jam seperti ini adalah jam sibuk pulang kantor."Apa yang akan kita lakukan di sana?""Mungkin kita akan saksikan dulu jalannya acara lalu di puncak semua itu kita baru akan tampil kalau mereka sedang berpesta dan berjoget menikmati acara maka kita akan membaur di sana.""Tidakkah orang akan berpikir kalau mbak bahagia dengan pesta itu?""Tenang saja itu tidak akan seperti pemikiran orang.""Hmm, aku sangat antusias kalau begitu.""Iya, makanya ayo ganti baju, acaranya akan dimulai jam lima sore hingga malam. Aku yakin, mengundang banyak tamu dan menyiapkan banyak makanan.""Bagaimana kalau kita undang orang se-RT komplek ini untuk menghabiskan hidangan. Belum lagi orang-orang di sekitar sini pasti akan m
"Apa rencana Mbak dengan merekam acara ini bukankah kita sudah di sini dan bersiap untuk mengacaukan acara." Sepupuku nampak penasaran dengan apa yang aku lakukan."Aku hanya menyimpan saja. Oh ya, apa orang yang kita undang sudah datang?""Sudah.""Kalau begitu persilakan mereka masuk.""Siap."Tak lama kemudian Rihanna beraksi, ia mengajak masuk semua orang yang sudah menunggu di depan gerbang acara, ada beberapa mobil dan truk yang ternyata para tetangga dan kerabat setuju untuk datang juga pemuda karang taruna dan remaja masjid yang merupakan sahabat Rihanna ternyata juga menghadiri acara ini.Berapa terkejutnya keluarga mas Nabil saat tiba-tiba segerombolan orang masuk dan mengantri untuk mengucapkan selamat padahal ini bukan sesi untuk mengucapkan selamat dan bersalaman. Keluarga mertuaku bingung mendapati, panggung digeruduk puluhan orang yang mungkin juga sampai seratusan, hal demikian membuat pengantin dan pihak keluarga terjebak di sana dan panik."Dis, tolong dong...." Te
"Mana makanannya jadi tidak ada makanan di pesta semua ini tanya seorang lelaki yang merupakan kerabat jauh kami.""Tenang saja dan tunggu sebentar lagi... kami tengah menjemput makanan untuk jamuan kalian." Ibu mertua menatap kami semua seperti gerombolan babi yang ia jijik dan hinakan."Seharusnya kami tidak perlu merepotkanmu, heheheh, tapi, karena hari ini kau berbahagia menyambut mantu, maka kami akan bersikap seperti tamu yang harus dijamu," jawab pamanku kepada ibu mertua yang nampak sangat kesal sekali dan tidak mampu menahan emosinya.Ibu mertua dengan elegan dan senyum khas dirinya, mendekat lalu berdiri di seberang pamanku, kemudian dia mendekatkan bibirnya ke telinga lelaki itu."Bahkan kalian tidak diundang."Pamanku yang bertubuh gempal dan orangnya sedikit cuek itu langsung terbahak."Lalu apakah kami harus menunggu undanganmu? Jika kau tidak mampu menghargai kami sebagai manusia maka kami pun tidak akan menetapkan sebagai orang yang patut dihargai. Jika kau bersika
Menghadapi ketegangan yang sudah tidak bisa terelakkan keluarga Mas Nabil nampak tidak mampu mengatasinya. Mereka madu dan menundukkan kepala sementara tamu-tamu yang merasa bahwa pesta itu tidak selayaknya dilakukan, segera membalikkan badan dan memilih untuk pulang."Permisi, kami pulang dulu," ucap seorang lelaki sambil menggandeng istrinya lelaki itu nampak sangat berwibawa sambil mengenakan setelan batik coklat dan kacamata tampaknya dia seseorang yang punya kuasa atau pejabat."Eh, Pak, kok cepat sekali.""Saya hanya berharap semoga masalah ini cepat selesai.""Iya, Pak, maaf atas ketidaknyamanannya.""Tak masalah."Seiring dengan kepergian lelaki itu, maka tamu-tamu undangan yang terlihat terhormat pun membubarkan diri, mereka semua membalikkan badan tanpa peduli bagaimana ibu dan ayah mas Nabil menahan mereka dengan ucapan maaf dan segala sesuatu yang bersikap canggung. Percuma saja menyembunyikan kebohongan dibalik alasan dan senyuman, karena segalanya sudah terungkap dan be