Share

Menambah Rezeki

Penulis: frianniya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 15:14:57

Hari kedua untuk berjualan donat. Aku mencoba membujuk ibu untuk mau menitipkan donat di kantin sekolahku, dan ibu mensetujuinya. Pagi ini kami membuat adonan donat yang lebih banyak dari kemarin, karna donat yang aku titipkan di warung-warung ludes semua terjual. “Donatnya enak dek. Anak-anak tadi sampai pada kehabisan, usul saja nih dek besok bawa lebih banyak”. Begitulah salah satu respon dari pemilik warung yang aku titipi untuk menjual donatku. Hari ini, aku dan ibuku bangun lebih awal. Mungkin besok, kami akan membuat adonannya malam saja, agar bangunnya tidak sepagi ini.

“Buk, donatnya di titipin sekolah kayaknya seru, coba dulu aja buk 10 pcs dulu” Usulku dengan ibu, ibuku mulai berfikir-fikir.

“Boleh deh kak, kalau gitu kita tambahin bikinnya. Besok kita bikin adonan malam saja kali ya kak, kasian kamu kalau tiap hari harus bangun setengah 3, ngantuk nanti kamu di sekolah” Ucap ibuku sambil menceramahiku.

“Iya sih buk, bener. Lah tadi malam kan kita sama-sama capek kan buk. Maklumlahh buk, jam padat kan kita kemarin, dari pagi sampai malam ga berenti kerja”. Jawabku sambil mengaduk-aduk adonan.

Sambil menunggu adonannya mengembang, aku dan ibu bercerita tentang banyak hal. Dan tiba-tiba bapak bangun dari tidurnya, dengan wajah yang lebih sehat daripada hari kemarin. Bapak ikut bercerita dengan kita. Aku bercerita dengan bapak, bagaimana asyiknya hari kemarin saat pertama kali menitipkan donat ke warung, pergi ke rumah majikan ibu, dan mencoba menitipkan gorengan ke warung mie ayam.

“Gimana respon pemilik warung dari makanannya kak?” Tanya bapak sambil menuangkan air putih ke gelas yang beliau pegang.

“Ibuknya warung yang aku titipin donat, minta tambah pak. Katanya anak-anak disana pada seneng. Makanya hari ini aku sama ibu bikin agak banyak, sekalian mau aku bawa ke sekolah. Terus yang gorengan di warung mie ayam, Cuma laku setengah pak. Tapi kemarin setengah yang masih sisa, aku kasihkan ke bapak-bapak pengemis di dekat gang desa sebelah pak.” Ceritaku dengan ayah.

“Gapapa, nanti rezeki kamu pasti bertambah. Dan kamu pasti bakal bisa kuliah pakai uang kamu sendiri, pokoknya semangat!! Bapak dukung kamu” Bapak mulai mensupport impianku, dan beliau tersenyum ke arahku.

Ibuku yang tadinya sedang memotong sawi, setelah mendengar ucapan ayahku seketika langsung berhenti memotong sawi, dan mencoba mengelak apa yang di ucapkan ayahku.

“Makan aja susah, kok pengen kuliah” Celetuk ibuku dengan muka kusamnya.

“Mimpi gratis kan bu, yang penting kita bantu doa saja, anak kita ini pandai kok buk, pasti punya banyak cara buat ngerubah nasib keluarga kita” Bapak mencoba menjelaskan.

“Mimpi gratis mas, beli beras yang bayar” Ibuku menjawab, tidak mau kalah dengan bapak.

Aku langsung mencoba mengalihkan pembicaraan agar pertengkaran ini tidak semakin memanas. Akhirnya aku bercerita tentang lucunya wulan dan dea ketika kemarin main kesini. Orang tuaku tertawa terpingkal-pingkal mendengar aku bercerita saat wulan terpleset karna kaget saat mendengar tokek di rumah berbunyi. Kasian sekali jika mengingatnya, tapi memang lucu kalau di rasakan.

Setelah menunggu adonan mengembang yang lumayan cukup lama. Aku, ibu, dan bapak langsung bekerja sama untuk mencetak adonanya. Sambil mencetak adonan, aku tidak henti-hentinya bercerita tentang teman-temanku, dan aku bercerita saat bapak di kejar ayam tetangga, karna bapak mencoba mengusili anak ayamnya. Ibuku tertawa kencang sekali, sepertinya lega mendengar ceritaku.

“Bukan begitu caranya mas! Mas pipihkan dulu adonannya baru mas lubangin tengahnya pakai tutup botol ini”Ibuku mencoba mengajari bapak.

“Tapi ini bagus, tidak usah di lubang tengahnya. Cukup begini saja, nanti atasnya tinggal di kasih meisis warna-warni”. Bapak mencoba membantah ibu, bapak bersikeras dengan bentuk donatnya yang tidak memiliki lubang itu.

Aku mendengar orang tuaku beradu bentuk donat, akhirnya aku menengok ke belakang, saat itu aku sedang membuat glaze untuk varian rasa donatku.

“Loh, ini bagus nih buk donatnya bapak, inovasi bentuk ini”. Ucapku ke orang tua, sambil memegang donat milik bapak.

“Sudah ku bilang kan buk, bagus” Ejek bapakku ke ibu.

Muka ibuku menjadi kusam lagi. Aku yang melihat tingkah orang tuaku, merasa gemas dan akhirnya aku memeluk orang tuaku.

“Sayang bangett sama bapak sama ibuk”Ucapku sambil memeluk beliau dan menciumnya.

“Ibuk juga sayang sama kamu” Ibuku sambil mencium pipiku.

“Sekolah yang rajin ya kak. Bapak dukung cita-cita kamu”Tambah bapak, sambil mencium pipiku juga.

Pagi ini suasana sangat campur aduk, yang awalnya ada sedikit perdebatan karna perbedaan pendapat, kini menjadi kasih sayang yang benar-benar nyata.

Setelah beperlukan yang cukup lama, kami melanjutkan untuk membentuk adonan donat, lalu ibu segera menggorengnya, aku membantu ibu untuk memberikan glaze pada donatku, dan bapak menyapu dan menyiram pohon di belakang rumah. Pukul setengah 6 semua pekerjaan sudah selesai. Saatnya aku mandi dan bergegas untuk pergi ke sekolah sambil membawa donatku.

“Bu kantin, clara nitip donat boleh?” Tanyaku dengan ibu kantin yang sedang memasak di balik jendela.

Setelah menitipkan donat di kantin, aku langsung bergegas masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Ketika jam pelajaran berakhir, aku tidak lupa untuk mengambil box donat dan uangku di ibu kantin, tidak lupa juga untuk meminta pendapat dari beliau.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Antara Keajaiban   Pulang

    Aku melangkahkan kaki ku pelan-pelan menuju rumah. Sepanjang jalan aku hanya diam, menganggap diriku sangat egois. Tidak berfikir bapa yang akan tetangga ucapkan jika melihatku dan aryo di gang malam-malam.“ Kalau malam ini orang tuanya clara belum pulang, mama nginep di rumah clara ya pa” Ucap mamanya aryo meminta izin dengan suaminya.“ Ya ma, gapapa. Mama jagain clara di rumah aja ya, sambil nunggu orang tuanya pulang” Jawab papa aryo mengizinkan.Aku mendengar percakapan itu, sontak membuatku menangis. Aku merasa bersalah telah lari dari rumah malam-malam. Aku malu dengan apa yang aku lakukan, hanya memikirkan diriku sendiri, tidak memikirkan orang-orang baik di sekitarku.“ Paman, bibi. Clara minta maaf ya, clara sudah banyak merepotkan, clara nggak berfikir bagaimana harga diri keluarga paman dan bagaimana harga diri keluarga clara. Maafin clara ya, clara nyesel sudah lari dari rumah malam-malam, clara egois!!” Ucapku kepada orang tua aryo sambil meneteskan air mata lagi.Aku m

  • Di Antara Keajaiban   Egoku

    Aku mondar-mandir di halaman rumah, jam semakin berjalan ke kanan, sudah semakin larut. Tetapi orang tuaku belum juga kembali ke rumah. Berkali-kali melihat jam yang terpasang di tanganku, tapi jarumnya seakan-akan berhenti, aku membuka mataku lebar-lebar barangkali mataku yang bermasalah karna melihat jam yang tidak kunjung berpindah posisi."Mbak clara, duduklah disini!" Perintah pak darman, papa aryo.Aku hanya menengok ke arah mereka, dan terus mondar-mandir di depan rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk berlari pergi dari rumah, yang membuat keluarga aryo panik."Clara mau kemana?" Teriak mama aryo, yang membuat Aryo dan papanya langsung melihat ke jalan.Aku tidak menggubris apa yang di teriakkan oleh mamanya aryo."Dek, kejar clara buru. Udah setengah 11 malam ini. Takut ada apa-apa" Mama aryo panik, aryo langsung mengejarku. Beberapa kali ia meneriaki namaku, tapi aku terus berlari ke gang ujung desa sambil menangis, berharap orang tuaku aka

  • Di Antara Keajaiban   Jangan menangis lagi!!!

    Sampai sore aku menunggu orang tuaku pulang, ternyata masih belum ada tanda-tanda sama sekali, padahal langit sudah semakin gelap, matahari sudah tidak nampak lagi di desaku. Aku masih duduk di depan rumah bersama aryo, hanya saling diam. Tidak membicarakan apapun, sudah tidak tahu juga mau membahas apa. Sedari pagi melihat mukanya yang tampan, dan sedari pagi juga ia menemaniku di rumah. Sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab dengan wanita, walaupun hanya karna tidak sengaja lewat depan rumahku, tetapi malah ia yang menjagaku seharian ini."Sudah gelap yo, kamu tidak pulang? Nanti di cari bapakmu" Tanyaku ke dia."Aku sudah mengiriminya pesan bahwa aku pulang agak larut, menjagamu sampai orang tuamu pulang. Kalau orang tuamu masih belum pulang, ayah dan ibuku akan kesini juga. Kita bermalam disini untuk menjagamu bersama-sama, tidak apa-apa kan?'Aku terkejut bukan main, sebegitu khawatirnya dia denganku. Sungguh di luar nalarku, aku sendiri tidak ter

  • Di Antara Keajaiban   Rumah Clara

    Aku masih meratapi nasibku, masih terbawa emosi tentang kelakuanku. Sedangkan, aryo masih duduk di depan rumah menungguiku. Aku semakin tidak paham dengan apa yang aku alami, semakin di luar dugaan. Tidak pernah merasakan seperti ini, sangat mengagetkan untukku dan untuk orang-orang sekitarku. Terkesan sangat acuh, itulah yang aku rasakan hari ini. Tidak memperdulikan dan mendengarkan semua ucapan orang lain, padahal mereka ingin membantuku."Ke rumah clara yuk nanti, aku nggak enak sama dia" Wulan mengajak dea dan ria."Okay" Mereka berdua menjawab kompak.Aku melihat jam di dinding kamarku, baru jam 12 siang. Hari ini rasanya sangat lama, mungkin karna aku menunggui kedua orang tuaku pulang ke rumah. Aku berkali-kali melihat jam, rasanya tidak gerak sama skali. Aku menengok ke depan rumah, menengok aryo yang sudah merebahkan kepalanya di atas meja."Aryo, sudah jam 12. Kamu mau ke masjid tidak?" Tanyaku membangunkan aryo yang sedang tidur di meja.

  • Di Antara Keajaiban   Terimakasih

    Aku dan aryo meninggalkan persawah, kami berjalan menuju ke sekolahan lagi. Di sepanjang jalan aryo menceramahi tentang tindakanku. Tidak aku dengarkan sama sekali, aku tidak peduli."Jangan di ulangin ya ra. Kamu boleh sedih, tapi kamu harus kuat. Orang lain nggak perlu tahu kalau kamu itu baru sedih. Ra!! Nggak semua masalah harus di selesaikan dengan nangis dan teriak-teriak, coba berfikir lebih positif lagi, apa dampaknya. Kamu boleh mengeluarkan kesedihan mu, tapi ingat ra. Kamu jangan lupa bersyukur juga, di luar sana banyak yang lebih dari kamu" Aryo sudah mulai berceramah, sudah layaknya ustadz desa."Ya" Jawabku singkat, dengan suara sedikit tegas.Sesampainya di sekolah, gerbang sudah di gembok lagi. Mulailah drama part 2 nya antara aryo dan pak satpam yang sangat menaati peraturan itu."Kalian lagi, dari mana ?" Omel pak satpam yang sedang duduk di meja kerjanya sambil meminum segelas teh hangat."Kami cuman mau ambil tas pak

  • Di Antara Keajaiban   Tak Terkendali

    Setelah perdebatan yang cukup menguras waktu dan tenaga, kami di izinkan untuk masuk ke sekolah tanpa memanggil orang tua. Aku tidak tahu betul, apa yang di katakan aryo kepada guru bk sehingga kita di izinkan untuk masuk tanpa ada drama-drama keliling sekolah atau memanggil orang tua ke sekolah.Aku berjalan masuk ke kelas dengan tidak ada semangat untuk mengikuti jam pelajaran ke 3, aku sudah yakin jika bakal ada drama-drama lagi jika aku masuk saat jam itu. Tapi sudahlah, otakku sudah tidak bisa berfikir, aku hanya mengikuti kaki ku berjalan ke arah kelas, tidak berfikir untuk mengeremnya atau pindah haluan ke kantin misalnya.Aku mengetuk pintu kelas “ Tok-tok-tok” lalu membuk pintu kelas dengan hati-hati dan menutupnya kembali rapat-rapat.“Kok baru datang mbak?” Ketus guru yang mengajar di kelasku.“Maaf bu, ada masalah tadi” Jawabku cuek.“Baik, silahkan duduk mbak. Jangan di ulangi lagi” Guru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status