Home / Romansa / Di Antara Keajaiban / Di Kota Bersama Ibu

Share

Di Kota Bersama Ibu

Author: frianniya
last update Last Updated: 2021-09-08 15:13:43

Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya, karna hari ini adalah hari libur, dan aku ingin ikut ibuku bekerja di kota. Jam 4 pagi aku sudah bangun dan membantu ibuku di dapur. Mulai hari ini, ibuku mencoba menjual donat yang akan di titipkan di warung-warung dekat rumah. Karna perekonomian keluarga kami yang sedang menurun, di tambah sudah 1 minggu bapak sakit, sehingga uang ibuku tidak cukup untuk membeli beras dan memberiku uang saku.

“Hari ini clara libur bu, gurunya baru ada rapat buat persiapan ujian, hari ini aku ikut ibu ke kota ya, bantu ibu. Biar kerjaan ibu cepat selesai, terus sorenya kita bisa bikin gorengan buat di titipkan di warung mie ayam, yaa bu. Boleh yaaa!! ” rengekku dengan ibu, agar di bolehkan ikut ke kota. Aku tidak tega melihat ibuku membanting tulangnya sendirian, menanggung nafkah keluarga sendirian.

“Boleh, asalkan harus bawa buku, jadi kalau kerjaan agak longgar kamu bisa belajar, deal ya” Perintah ibuku.

“Okay, deal!!! Clara masukkan buku dulu ke tas” Ucapku dengan ibu sambil berdiri, dan langsung cuci tangan, lalu  ke kamar memasukkan buku.

Aku mengambil beberapa buku yang akan aku bawa dan memasukkannya ke dalam tas, tidak lupa aku memasukkan buku kecilku, yang aku dapatkan ketika mengikuti seminar. Buku catatan kecil dengan gambar menara pizza di roma italia sana. Aku senang sekali ketika mendapatkan buku itu, bagiku buku itu adalah awal dari jalanku untuk sukses, dan kelak aku akan bisa melihat menara pizza secara nyata, entah karna aku liburan di italia atau aku bekerja disana, tapi aku yakin. Suatu saat nanti.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6, aku dan ibu mulai bersiap-siap untuk pergi ke kota, dan donat kami pun juga sudah siap untuk di titipkan ke warung. Setelah mandi aku dan ibu langsung sarapan, dan berpamitan dengan ayah yang masih terbaring di atas tempat tidur.

“Pak, bapak”Aku mencoba membangunkan bapak, sambil menepuk tangan beliau.

Bapak bangun dan langsung melihat ke arah kami.

“Ada apa?” Tanya bapak

“Clara sama ibu ke kota dulu ya, bapak gapapa kan di rumah sendiri?” Tanyaku dengan bapak

“Gapapa, hari ini bapak juga mau bekerja kok” Ucap bapak denganku dan ibu.

“Jangan kerja dulu ya mas, di rumah dulu istirahat. Mas kan masih belum terlalu sehat, nanti kalau pingsan lagi bagaimana?”Ibuku melarang bapak untuk bekerja dulu, ibu memang memanggil bapak dengan sebutan “Mas”, dari awal bertemu sampai sekarang, katanya lebih so sweet dan terlihat lebih menghormati.

“Justru karna itu, kalau aku ke tempat kerja. Bertemu dengan teman-teman pasti aku cepet sembuh”Jelas bapakku. Bapak memang lelaki yang keras kepala, beliau tidak pernah mau melihat istrinya berjuang sendiri untuk nafkah keluarga, dan beliau adalah lelaki yang selalu semangat dalam segala hal.

Setelah berpamitan dengan bapak, aku dan ibu langsung berangkat ke kota. Kami melewati 4 warung yang ada di desa. Aku mencoba menitipkan donat buatan ku dan ibu ke warung-warung.

“Bu, saya mau nitip donat disini boleh?” Tanyaku ke pemilik warung.

“Boleh dek silahkan, di jualnya harga berapa ini?” Tanya balik si pemilik warung denganku.

“Saya nitipnya harga 800 saja bu, nanti ibuk jualnya 1000 an saja bu. Nanti sore, box nya saya ambil ya bu, dan kalau hari ini laku besok saya nitip disini lagi ya bu” Jawabku ke pemilik warung sambil menjelaskan, dan meminta izin untuk menitipkan donat setiap hari.

“Okay, silahkan di taruh atas etalase situ ya dek!”Perintah pemilik warung sambil menunjuk etalase dekat pintu.

Setelah mendatangi warung ke warung, alhamdulillah semua pemilik warungnya ramah-ramah, dan tidak ada yang menolak untuk aku titipi donat. Aku dan ibu mulai menganyuh sepeda kami lagi untuk pergi ke kota, dan ternyata rumah majikan ibu dekat sekali dengan kampus UGM. Aku mulai berhalusinasi bisa menjadi mahasiswi di dalamnya.

Sesampainya di rumah majikan ibu, aku langsung membantu ibu untuk bekerja, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika, memasak,dll. Saat pekerjaan sudah beres, aku membaca buku yang aku bawa sambil menunggu pukul 12 siang. Dan tiba-tiba majikan ibuku menyapaku yang sedang duduk sendirian di taman.

“Kakak, putrinya ibu xena ya?” Tanya majikan ibu, dari belakangku. Aku spontan menoleh ke arah belakang.

“Iya bu” Jawabku, langsung berdiri dan menunduk.

“Rajin banget ya kamu kak, bantuin ibu sambil belajar. Lulus mau kerja atau kuliah kak?” Tanya majikan ibu lagi, sambil berjalan ke arahku dan mengajakku duduk lagi.

Kami mengobrol cukup lama, sampai akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 12, dan kami langsung masuk ke dalam rumah, aku membantu ibuku untuk mempersiapkan makan siang, dan majikan ibu memanggil anak-anak asuhnya untuk segera makan siang. Majikan ibuku adalah seorang pengusaha rotan di Yogyakarta, dan beliau memiliki 7 anak asuh yang hidup bersamanya, karna beliau tidak memiliki anak sedangkan suaminya menggugat cerai beliau. Setiap tengah hari, beliau selalu pulang hanya untuk makan siang bersama anak asuhnya. Keluarganya sangat harmonis, dan anak asuh beliau sangat sopan dengan orang lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Antara Keajaiban   Pulang

    Aku melangkahkan kaki ku pelan-pelan menuju rumah. Sepanjang jalan aku hanya diam, menganggap diriku sangat egois. Tidak berfikir bapa yang akan tetangga ucapkan jika melihatku dan aryo di gang malam-malam.“ Kalau malam ini orang tuanya clara belum pulang, mama nginep di rumah clara ya pa” Ucap mamanya aryo meminta izin dengan suaminya.“ Ya ma, gapapa. Mama jagain clara di rumah aja ya, sambil nunggu orang tuanya pulang” Jawab papa aryo mengizinkan.Aku mendengar percakapan itu, sontak membuatku menangis. Aku merasa bersalah telah lari dari rumah malam-malam. Aku malu dengan apa yang aku lakukan, hanya memikirkan diriku sendiri, tidak memikirkan orang-orang baik di sekitarku.“ Paman, bibi. Clara minta maaf ya, clara sudah banyak merepotkan, clara nggak berfikir bagaimana harga diri keluarga paman dan bagaimana harga diri keluarga clara. Maafin clara ya, clara nyesel sudah lari dari rumah malam-malam, clara egois!!” Ucapku kepada orang tua aryo sambil meneteskan air mata lagi.Aku m

  • Di Antara Keajaiban   Egoku

    Aku mondar-mandir di halaman rumah, jam semakin berjalan ke kanan, sudah semakin larut. Tetapi orang tuaku belum juga kembali ke rumah. Berkali-kali melihat jam yang terpasang di tanganku, tapi jarumnya seakan-akan berhenti, aku membuka mataku lebar-lebar barangkali mataku yang bermasalah karna melihat jam yang tidak kunjung berpindah posisi."Mbak clara, duduklah disini!" Perintah pak darman, papa aryo.Aku hanya menengok ke arah mereka, dan terus mondar-mandir di depan rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk berlari pergi dari rumah, yang membuat keluarga aryo panik."Clara mau kemana?" Teriak mama aryo, yang membuat Aryo dan papanya langsung melihat ke jalan.Aku tidak menggubris apa yang di teriakkan oleh mamanya aryo."Dek, kejar clara buru. Udah setengah 11 malam ini. Takut ada apa-apa" Mama aryo panik, aryo langsung mengejarku. Beberapa kali ia meneriaki namaku, tapi aku terus berlari ke gang ujung desa sambil menangis, berharap orang tuaku aka

  • Di Antara Keajaiban   Jangan menangis lagi!!!

    Sampai sore aku menunggu orang tuaku pulang, ternyata masih belum ada tanda-tanda sama sekali, padahal langit sudah semakin gelap, matahari sudah tidak nampak lagi di desaku. Aku masih duduk di depan rumah bersama aryo, hanya saling diam. Tidak membicarakan apapun, sudah tidak tahu juga mau membahas apa. Sedari pagi melihat mukanya yang tampan, dan sedari pagi juga ia menemaniku di rumah. Sosok lelaki yang sangat bertanggung jawab dengan wanita, walaupun hanya karna tidak sengaja lewat depan rumahku, tetapi malah ia yang menjagaku seharian ini."Sudah gelap yo, kamu tidak pulang? Nanti di cari bapakmu" Tanyaku ke dia."Aku sudah mengiriminya pesan bahwa aku pulang agak larut, menjagamu sampai orang tuamu pulang. Kalau orang tuamu masih belum pulang, ayah dan ibuku akan kesini juga. Kita bermalam disini untuk menjagamu bersama-sama, tidak apa-apa kan?'Aku terkejut bukan main, sebegitu khawatirnya dia denganku. Sungguh di luar nalarku, aku sendiri tidak ter

  • Di Antara Keajaiban   Rumah Clara

    Aku masih meratapi nasibku, masih terbawa emosi tentang kelakuanku. Sedangkan, aryo masih duduk di depan rumah menungguiku. Aku semakin tidak paham dengan apa yang aku alami, semakin di luar dugaan. Tidak pernah merasakan seperti ini, sangat mengagetkan untukku dan untuk orang-orang sekitarku. Terkesan sangat acuh, itulah yang aku rasakan hari ini. Tidak memperdulikan dan mendengarkan semua ucapan orang lain, padahal mereka ingin membantuku."Ke rumah clara yuk nanti, aku nggak enak sama dia" Wulan mengajak dea dan ria."Okay" Mereka berdua menjawab kompak.Aku melihat jam di dinding kamarku, baru jam 12 siang. Hari ini rasanya sangat lama, mungkin karna aku menunggui kedua orang tuaku pulang ke rumah. Aku berkali-kali melihat jam, rasanya tidak gerak sama skali. Aku menengok ke depan rumah, menengok aryo yang sudah merebahkan kepalanya di atas meja."Aryo, sudah jam 12. Kamu mau ke masjid tidak?" Tanyaku membangunkan aryo yang sedang tidur di meja.

  • Di Antara Keajaiban   Terimakasih

    Aku dan aryo meninggalkan persawah, kami berjalan menuju ke sekolahan lagi. Di sepanjang jalan aryo menceramahi tentang tindakanku. Tidak aku dengarkan sama sekali, aku tidak peduli."Jangan di ulangin ya ra. Kamu boleh sedih, tapi kamu harus kuat. Orang lain nggak perlu tahu kalau kamu itu baru sedih. Ra!! Nggak semua masalah harus di selesaikan dengan nangis dan teriak-teriak, coba berfikir lebih positif lagi, apa dampaknya. Kamu boleh mengeluarkan kesedihan mu, tapi ingat ra. Kamu jangan lupa bersyukur juga, di luar sana banyak yang lebih dari kamu" Aryo sudah mulai berceramah, sudah layaknya ustadz desa."Ya" Jawabku singkat, dengan suara sedikit tegas.Sesampainya di sekolah, gerbang sudah di gembok lagi. Mulailah drama part 2 nya antara aryo dan pak satpam yang sangat menaati peraturan itu."Kalian lagi, dari mana ?" Omel pak satpam yang sedang duduk di meja kerjanya sambil meminum segelas teh hangat."Kami cuman mau ambil tas pak

  • Di Antara Keajaiban   Tak Terkendali

    Setelah perdebatan yang cukup menguras waktu dan tenaga, kami di izinkan untuk masuk ke sekolah tanpa memanggil orang tua. Aku tidak tahu betul, apa yang di katakan aryo kepada guru bk sehingga kita di izinkan untuk masuk tanpa ada drama-drama keliling sekolah atau memanggil orang tua ke sekolah.Aku berjalan masuk ke kelas dengan tidak ada semangat untuk mengikuti jam pelajaran ke 3, aku sudah yakin jika bakal ada drama-drama lagi jika aku masuk saat jam itu. Tapi sudahlah, otakku sudah tidak bisa berfikir, aku hanya mengikuti kaki ku berjalan ke arah kelas, tidak berfikir untuk mengeremnya atau pindah haluan ke kantin misalnya.Aku mengetuk pintu kelas “ Tok-tok-tok” lalu membuk pintu kelas dengan hati-hati dan menutupnya kembali rapat-rapat.“Kok baru datang mbak?” Ketus guru yang mengajar di kelasku.“Maaf bu, ada masalah tadi” Jawabku cuek.“Baik, silahkan duduk mbak. Jangan di ulangi lagi” Guru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status