"Sonya, Sayang ... ada apa?" tanya Awan yang baru datang ke rumah sakit saat mendengar kabar kalau Lidya pingsan dan mau tidak mau dirinya dan Eka yang sedang mengurus daftar tamu undangan teman-teman SMA juga kuliah Awan yang akan Awan undang menghentikan kegiatannya lalu datang ke rumah sakit. Sonya yang ada di luar ruangan UGD menoleh dan mendapati Awan yang berada di sampingnya, lalu ada Eka yang berjalan di belakang Awan. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Awan sambil mengusap pucuk rambut Sonya pelan, dirinya waswas saat mendapatkan telepon dari Sonya, walaupun calon istrinya itu bilang kalau Lidya yang pingsan dan dia meminta Awan mengabari Eka karena Sonya tidak memiliki nomer Eka. Tetap saja jantungnya berdebar takut kalau ada apa-apa dengan Sonya. "Aku baik, itu Lidya pingsan." Sonya menoleh sekilas pada Eka sambil menahan tawanya karena membayangkan lelaki itu akan menikahi Lidya. Sepertinya pernikahan mereka akan sangat heboh dan seru, di mana Lidya yang cerewet harus bersama
Eka berlari melewati beberapa bed hingga ia melihat Lidya yang sedang berbicara dengan seorang perawat, wanita itu terlihat manis dan tersenyum pada perawat itu namun, tetap saja Eka melihat wajah Lidya yang pucat. “Lidya … kamu nggak apa-apa?” tanya Eka sambil berdiri di sebelah Lidya dan mengelus kening wanita yang terlihat kaget saat meliht kehadirannya, Eka merasa lumrah Lidya kaget melihat dirinya karena dia datang tiba-tiba.“Ngapain kamu di sini?” tanya Lidya panik sambil menepis tangan Eka dan sedikit menjauh dari lelaki yang sudah menjerumuskannya pada keadaan yang memusingkan ini. Lelaki yang membuat dirinya hamil! Argh … apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya nanti? Membayangkan wajah Dandi yang marah bercampur kecewa, Mia yang akan menangis, kedua anaknya yang kaget membuat Lidya merasa mual. “Aduh … maaf, aku mau muntah, mau ke kamar mandi,” ucap Lidya mencoba bangun dari tidurnya.“Biar saya bantu,” ucap perawat yang tadi di ajak Lidya berbicara.“Nggak usa
"Kayanya makanannya enak yang ini, deh," ucap Sonya sambil menunjuk dimsum yang akan menjadi salah satu makanan di acara pernikahannya nanti.Sonya dan Lidya saat ini sedang melakukan test food untuk acara pernikahan Sonya, setelah kemarin terjadi prahara Lidya yang pingsan dengan sukses dan membuat Sonya bad mood sepanjang hari hingga membuat Awan angkat tangan lalu menolak untuk menemani Sonya tes food keesokkan harinya dengan alasan harus mengurus daftar undangan bersama Eka, walhasil itu semua membuat Sonya dan Lidya pergi berdua ke tempat tes food."Lid ... hei, Lid ...," panggil Sonya kesal karena sahabatnya ini hanya bengong dan memasukkan makanan kemulutnya terus menerus tanpa mengatakan apa pun juga. "Lidya!""Hmm?" jawab Lidya sambil menyuapkan sepotong hakau berukuran besar ke dalam mulutnya tanpa menoleh ke arah Sonya. "Lidya kamu kenapa sih? Kaya, badannya di sini tapi, jiwanya di planet Pluto!" hardik Sonya geram karena sepanjang perjalanan Lidya hanya bengong dan tidak
Lidya mencuri-curi pandang pada Eka yang saat ini sedang menyetir mobil dan terlihat entah bagaimana lebih gagah juga tampan. Kacamata yang dikenanakan, rambutnya yang sudah kembali tumbuh terlihat berantakan mengingatkan dirinya saat ia membuka mata dan mendapati Eka sedang menantapnya dengan tatapan tengilnya sambil mengusap bokongnya. Lidya spontan menepuk dahinya dengan keras berusaha untuk menghilangkan pikiran mesumnya tentang Eka, entahlah beberapa hari ini Lidya selalu ingin lengket dengan Eka dan membayangkan malam-malam penuh gairah yang ia lalui bersama Eka. Ada apa dengan dirinya! Eka hanya melirik Lidya sekilas lalu kembali menatap jalan raya dengan tenang seolah tidak mempedulikan Lidya sama sekali. Lidya kesal dengan respon Eka yang dingin, Lidya yang selalu mendapatkan respon dari Eka dan tiba-tiba tidak mendapatkannya lagi membuat ia kesal bukan main. "Kamu nggak mau ngomong dan menjelaskan kenapa tiba-tiba kamu minta aku pulang ke Jakarta?" tanya Lidya sambil mel
"Wan, ini nggak salah?" tanya Sonya sambil memberikan minuman pada Hana yang duduk di belakang bersama Haikal."Nggak ... nggak salah, Lidya dan Eka nikah hari ini dan kita diminta datang, Aki sama Aira nggak bisa datang," jawab Awan sambil membelokkan mobilnya ke jalan tol yang akan membawa ke Jakarta. "Ini aku lagi nggak mimpi, kan? Ini kayanya kemarin Lidya masih nemenin aku milih makanan buat kita nikah kenapa jadi sekarang Lidya nikah sama Eka? Ini nikah macam apa? Persiapan pernikahan macam apa ini?" tanya Sonya kaget."Nggak tau, aku ditelepon Eka dan dia bilang hari ini mereka mau nikah jam 8 malam," ucap Awan sambil melihat jam yang melingkar di tangannya dan menunjukkan jam 9.30 pagi.Masih segar diingatannya saat tadi jam 7 pagi Eka meneleponnya dan mengatakan kalau dia akan menikah dengan Lidya nanti malam dan berharap Awan beserta keluarga datang. Awan hanya bisa terdiam lalu mengatakan iya tanpa bisa berkata apa pun lagi."Ini beneran nikah atau main-main sih? Gimana ca
"Bisa kamu jelasin?" tanya Sonya sambil menatap Lidya yang sedang dirias oleh seorang MUA yang seperti dikejar setan. Lidya menunjukkan deratan giginya yang putih ke arah Sonya. "Bukan nyengir, tapi, jelasin! Ini apa toh? Kenapa kamu tiba-tiba jadi nikah sama Eka secepat ini." Sonya menunjuk sekelilingnya karena kaget rumah Lidya dengan cepat disulap menjadi tempat pernikahan hanya dalam waktu beberapa jam saja. "Eka yang mint—" "Dan kamu pasrah?" potong Sonya tak percaya. "Ya ... aku bisa apa? Aku perempuan ya, aku ikut aja dan lagi Papa aku yang minta pada Eka untuk menikahi dirinya sesegera mungkin. Eka ditantang untuk menikah secepat mungkin dan dia jawab hari ini dia nikahi aku." Lidya memejamkan matanya dan kembali mengingat kericuhan yang terjadi setelah Eka mengatakan akan menikahinya hari ini. Dia ingat kedua adik Eka langsung meloncat dari kursinya dan dengan cepat mengikuti instruksi Eka untuk mencari juga mempersiapkan semuanya. Bahkan Arif diminta untuk mencari cara
Terdengar Sonya berdecak dan memutar bola matanya ke arah Agnes, dia ingat betul wajah wanita yang komen kalau rahimnya hangat saat melihat foto Awan, Sonya adalah wanita kepo yang akan mencari sampai ke liang cacing bila ada yang mengusik Awan.Trauma saat menikah dengan Emir benar-benar membekas dihati Sonya hingga membuat ia lebih waspada pada wanita manapun yang mendekati prianya, kasarnya Sonya nggak mau kecolongan dua kali walaupun Awan bilang dia cinta mati pada dirinya tapi, namanya manusia mana ada yang tahu. Tuhan bisa membolak-balik hati manusia secepat jentikan jari, bukan. Jadi, Sonya lebih baik mencegah dari pada mengobati. Sonya sudah lelah dan capek menghadapi pria yang sedang tergila-gila pada wanita lain. Pokoknya saat ini Sonya akan melindungi Awan sekuat-kuatnya dari wanita-wanita rahim hangat macam si Agnes ini."Agnes mana. yah?" tanya Awan berbasa basi sambil menahan sakit dibagian perutnya yang dicubit Sonya. Entah kenapa Awan merasa cubitan Sonya lebih sakit
"Hana, Haikal, tidur ... udah malem ini," perintah Sonya sambil masuk ke dalam kamar si kembar yang disatukan dengan pintu penghubung. "Mommy, Haikal nyebelin dia ambil bantan aku, dia suruh tidur di kamar mandi, aja," rengek Hana sambil menarik selimut sekeras mungkin agar Haikal tidak mendapatkan jatah selimut. Tangan Haikal dengan cepat menangkap selimut dan menariknya sekeras mungking, ia tidak mau kalau Hana mengambil semua selimut, "Kamu juga ambil seimut aku.""Ih ... kamu, kan, janji mau pakai selimut cokelat yang dibawa dari rumah kenapa sekarang jadi kamu ingin ambil selimut aku, sih?" tanya Hana geram, tangan kecil Hana mencengkeram selimut seerat mungkin mempertahankan hak miliknya. "Aku mau pakai selimut hotel aja." Haikal tidak mau kalah dan menahan selimutnya.Sonya mengusap dahinya pelan saat melihat kedua anaknya ini mulai keluar sifat reognya dan mulai berkelahi karena masalah yang tidak penting. "Hana ... Haikal.""Mommy Haikal nggak mau pakai selimut cokelat," r