Hai semua pembacaku sayang ....
Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali.Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya.Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir kisah Di Atas Ranjang Dokter Sonya ini.Dengan berkahirnya kisah ini, Gallon ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa orang yang selalu mendukung Gallon dalam pembuatan kisah Di Atas Ranjang Dokter Sonya yang menurut Gallon sangat berat dan penuh dengan kerikil-kerikil tajam dan juga sedikit badai.1. Gallon ingin ucapkan terima kasih pada Suami, Anak dan keluarga Gallon yang selalu mendukung Gallon dalam menulis. Dan untuk suamiku terima kasih sudah mau berbagi ilmu anestesi dengan istrimu ini. Love you, Ba ....2. Gallon ucapkan terima kasih pada sahabatku Ira, hai ... Ira, terima kasih selalu mendukung diriku yah dan mendengar keluhanku di saat-saat aku yang paling berat.3. Gallon ucapkan banyak-banyak ah ... entahlah, sepertinya kata banyak, beribu atau bahkan beratus ucapan terima kasih tidak akan cukup untuk melukiskan rasa terima kasih aku buat kamu, Mbak. Terima kasih sudah mau menopang aku, menyemangati aku dan selalu mendukung aku disaat aku mengerjakan karya ini. Terima kasih sudah percaya sama aku, Mbak. Terima kasih banyak mau fight bersama aku Mbak, terima kasih sudah membuat aku merasa dihargai sebagai seorang penulis. Terima kasih banyak, Mbak Nani Supriyanti.Mbak adalah editor yang sangat baik dan suatu kehormatan menjadi salah satu penulis yang dibimbing langsung oleh Mbak Nani. Terima kasih banyak, Mbak.4. Gallon ucapkan terima kasih banyak pada Kak Nadya, hai ... Kak, terima kasih, yah. Terima kasih banyak atas segala bantuan, saran, ide dan kritik yang membangun selama aku membuat karya ini. Terima kasih mau mendengar semua keluh kesah aku dan mau fight juga bersama aku disaat badai Katarina datang menghadang. Aku tidak pernah menyangka menemukan orang se-Koya dirimu hohoho, Terima kasih banyak Kak, kudoakan tahun depan Korea, yah. Aamiin.5. Gallon ucapkan segunung, selaut ah ... entahlah se apa lagi yang cocok untuk kalian berdua, tapi, terima kasih banyak juskelapa dan Chida. Dua orang Kakak yang sangat baik di dunia literalisasi, dua orang yang menjaga aku dan juga selalu membimbing aku ke jalan yang benar dan lurus. Dua orang yang ceria dan selalu menemani aku disaat apa pun juga, dua orang yang tanpa perlu penjelasan apa pun juga mau mempercayai aku dan selalu berada di belakangku. Sepertinya ucapan ini akan kuurai dalam dua bagian ....- Teruntuk Eda juskelapa, terima kasih banyak selalu ada saat aku menangis, tertawa dan sedih. Eda adalah orang yang sangat baik dan sayang sama aku, terima kasih banyak, yah, Eda. Maafkan aku yang terkadang membuat kamu dari darah rendah menjadi darah tinggi. Maafkan aku yang terkadang ingin kamu cekik namun, selalu kamu bela ... sayang banget sama kamu, Eda ... hanya satu yang aku pinta darimu Eda, tetap senyum, tetap jadi orang baik dan always healty ... yuk, bisa yuk ... kamu bisa Eda, kamu kuat dan kita bakal ke pulau seribu, yah.-Teruntuk Yu Chida teman seranjangku tersayang, terima kasih selalu ada disaat aku kebingungan. Terima kasih selalu sayang ama aku dan mendengar lelucon tak penting dari diriku yang terkada kalau kupikir buat kepala pusing dan jayus. Sayang banget ama kamu, Yu Chida ... tetap senyum, selalu jadi orang baik dan sehat. Ingat Yu, kita ini hidup sekali bae, kita harus happy dan sehat, jangan banyak OT dan hentikan searchingan G****e-mu.6. Terima kasih sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya untuk PARA PEMBACA karya Di Atas Ranjang Dokter Sonya yang sudah mau menyisihkan waktu, pikiran dan koinnya untuk membaca cerita Sonya dan Awan. Gallon ucapkan banyak terima kasih .... Gallon sayang kalian dan tetap dukung Gallon di karya Gallon selanjutnya yah!7. Terima kasih untuk Emak-Emak kelebihan hormon Kelurahan Awan yang setia membaca Awan dari Awal hingga akhir dan selalu sayang sama Gallon. Love you, kalian ... kalian luar biasa!!! Hahaha ....8. Dan terakhir terima kasih untuk diriku sendiri yang kuat, fokus dan berjuang untuk menuntaskan cerita Di Atas Ranjang Dokter Sonya walaupun disaat pengerjaanya mendapatkan banyak sekali rintangan, kerikil besar, kecil, badai katarina dan bahkan tsunami! Terima kasih Gallon, terima kasih kerja kerasmu untuk menyelesaikan apa yang telah kamu mulai.So ... itu saja ucapan terima kasihku yang sangat panjang dan aku juga tidak mau terlalu formil, bukan Gallon namanya kalau formil, ya, kan ....Untuk kalian para pembacaku sayang, bila ingin membaca kisah Gallon lainnya bisa cari saja karya Gallon lainnya yang berjudul Sepanas Belaian Chef Jonathan (On Going), Skandal Cinta Pilot Angkuh (Tamat), dan Balada Hutang Keluarga Rhoma (On Going, very slow update). Lalu bagi kalian yang ingin berteman, ngobrol, melihat video-video, gambar, segala sesuatu tentang Gallon dan karyanya, kalian bisa menuju sosial media Gallon.* Instag*** : storyby_gallon* Face**** : storyby_gallon* Ema** : storybygallon@g-m-a-i-l.com (hilangkan simbol -)Doakan semoga Gallon bisa secepatnya kembali mengeluarkan karya baru lagi yang bisa membuat ku menangis, ku memaki, ku tertawa dan so pasti ku mendesah.Oke ... semuanya ... sampai jumpa dicerita Gallon yang lainnya. Yuk ... bisa dipenuhi kolom komentarnya dengan kesan dan pesan untuk cerita ini. Terima kasih.Bandung-Palembang21 November 2022TertandaGALLON YANG HOBI KELLONAlways slay, healty, happy and keep horny, bestie! Hohohoho .....“Sonya aku turut berduka atas kematian Janu, anak kamu,” ucap Sugeng saat bertemu Sonya di salah satu acara seminar kedokteran. Sonya berjuang menelan ludahnya saat mendengar perkataan Sugeng salah satu rekan sejawatnya di rumah sakit. Sonya berjuang menutupi kesedihannya dengan senyuman manis miliknya. “Terima kasih Dokter Sugeng.” “Aku tidak menyangka musibah itu menimpa, Janu,” ucap Sugeng dengan wajah penyesalan. Siapa yang menyangka musibah akan menimpa seseorang? Andai musibah bisa disangka, semua orang pasti berlomba-lomba mencegahnya. Sonya menelan ludah dengan susah payah tenggorokannya tercekat. Andai ia bisa mengulang waktu, ia akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Janu ke dunia ini. “Sonya ....” Sugeng menyentuh lengan Sonya berusaha untuk menyadarkan Sonya dari lamunannya. “Ah ... iya, bagaimana?” tanya Sonya sembari kembali menunjukkan senyumannya untuk menutupi kegalauan dan kesedihan hatinya. “Aku ....” “So
“Kenapa kamu bisa lalai dan membuat Janu meninggal, Emir?” Sonya memperbaiki pertanyaannya yang tadi terlalu frontal. “Sonya, aku sudah bilang sama kamu berkali-kali aku ke kamar mandi dan aku nggak tahu kalau Janu jalan balik lagi ke kolam renang,” bisik Emir menahan amarahnya akibat pertanyaan awal Sonya sembari menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya merutuki kebodohannya karena melakukan sebuah kesalahan fatal saat menjaga anak semata wayangnya yang mengakibatkan anaknya itu meninggal akibat tercebur ke kolam renang. “Kamu ngapain di kamar mandi? Kamu ngapain sampai selama itu di kamar mandi, setengah jam Janu berjuang di kolam, Emir?!” sentak Sonya sembari menunjuk kolam renang di samping rumahnya dengan telunjuk yang bergetar akibat menahan amarah dan kesedihan. “Aku sudah bilang kalau aku di kamar mandi, Sonya?!” teriak Emir dengan nada suara yang sama-sama tinggi, dia benar-benar tidak mau disalahkan atas kematian Janu. Ego lelakinya memaksa
Sonya mengambil botol air dari kulkas, lalu meminumnya hingga tandas. Berharap air itu bisa mencairkan kebekuan pikirannya karena ulah suami dan beban pekerjaan. Bayangan sosok Janu, membawa langkah kaki Sonya menuju kamar putra semata wayangnya. Janu yang didapatkannya dengan susah payah melalui proses bayi tabung, harus pergi meninggalkannya secepat itu. ia bahkan belum sempat menghabiskan banyak waktu bersama Janu karena kesibukannya di rumah sakit. Pukul sembilan malam dan itu hari kedua Emir meninggalkan rumah setelah pernikahan mereka. Langkahnya gontai menuju lemari menatapi rak demi rak di mana pakaian Janu berada. Air matanya keluar tak henti sejak tadi. Hatinya terasa sangat kosong seakan hidup yang dijalaninya sekarang pun tak ada gunanya. Sepasang pakaian rumah yang paling sering dikenakan Janu, tenggelam di tangannya. “Nak ... maafin, Mamah,” isak Sonya sembari berbaring di kasur milik Janu. Sonya meringkuk di ranjang anaknya itu berusaha untuk m
Air hangat mengguyur kepalanya dengan deras, suara gemercik air terdengar hampa di kuping Sonya, sehampa kehidupannya yang porak-poranda. Sonya menutup mata dan meremas spons yang sudah bercampur sabun, perlahan ia mengusap bagian tubuhnya yang tadi dikecupi Emir dengan keras, berusaha menghilangkan setiap jejak yang Emir torehkan di tubuhnya. “Mama ... jangan pulang lama, ya. Bantu aku susun puzzle. Sama papa nggak asyik.” Entah dari mana tiba-tiba saja suara Janu masuk ke dalam kepala Sonya, mengingatkannya pada kenangan manis antara dirinya dan Janu. “Ma ... Janu sayang Mama nggak banyak. Janu bisa sayang yang banyak kalau Mama pulang cepet dan peluk Janu sambil tidur, Janu kangen dipeluk Mama.” Sonya kembali menangis saat mengingat apa yang dikatakan oleh Janu, sebuah permintaan kecil yang sangat diinginkan oleh Janu yang belum bisa Sonya penuhi karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit. Andai waktu bisa diputar kembali, Sonya pasti
"Kamu udah enakan, Sonya?" tanya Lidya sembari menyodorkan teh hangat ke tangan Sonya yang bergetar. "Aku mau mati, Lid ... aku nggak kuat, aku nggak sanggup," bisik Sonya dengan tatapan hampa dan kosong menatap dinding putih di hadapannya. Entah bagaimana caranya Sonya bisa menjalankan mobilnya dan selamat sampi di rumah Lidya dalam keadaan histeris dan menangis di sepanjang jalan. Mungkin semesta masih menginginkan Sonya hidup dan menyiksanya lebih berat lagi, Sonya tidak tahu padahal Sonya sangat menginginkan dirinya kecelakaan dan mati, dia benar-benar sudah lelah dengan hidupnya ini. "Sonya ... jangan ngomong gitu," bisik Lidya sembari merangkul sahabatnya itu dan menahan tangisnya, hatinya terenyuh melihat penderitaan Sonya yang disia-siakan suaminya. "Aku udah nggak sanggup, Lidya, ke mana suami aku yang dulu sayang dan cinta sama aku? Ke mana laki-laki yang selalu menghargai aku dan mendukung aku meraih semua mimpi aku? Ke mana dia?" tanya Son
"Kenapa aku nggak mati aja, sih, Bu?" tanya Sonya dengan tatapan kosong. "Nak, nggak boleh ngomong gitu," Parwati yang sedang menyuapi Sonya menahan tangisnya saat mendengar perkataan Sonya, hatinya benar-benar sakit saat mendengar perkataan menantu kesayangannya itu. "Kadang aku ngerasa kalau semua kesakitan di hidupku, nggak ada habisnya," ungkap Sonya pelan. "Sonya Tuhan tidak akan mungkin memberikan cobaan pada umatnya bila umatnya tidak sanggup melaluinya, Sonya," bisik Parwati mencoba menyemangati Sonya sembari menyuapkan makan siang ke mulut Sonya. Dengan malas Sonya membuka mulutnya dan berjuang mendorong makanan yang mertuanya itu suapkan. "Tapi, Sonya udah nggak sanggup, Bu. Sonya nggak sanggup, Sonya mau mati aja, Bu," isak Sonya. "Sonya ... Sonya maafkan Ibu, tapi, Ibu harus menandatangani surat persetujuan tindakan medisnya, mereka bilang kamu harus secepatnya dioperasi kalau tidak nyawa kamu tidak tertolong," isak Parwati sembari
"Gimana?" tanya Sonya santai sama sekali tidak terpancing emosinya sama sekali."Maksudnya apa? Kenapa kamu tiba-tiba menjalani operasi pengangkatan rahim tanpa persetujuan aku!? Kamu gila atau apa? Kamu nggak mau punya anak lagi, hah!?" tanya Emir yang marah karena mengetahui kalau istrinya saat ini sudah tidak memiliki rahim lagi dan tidak mungkin bagi mereka berdua mendapatkan kembali anak. Padahal, Emir sangat menginginkan Sonya untuk hamil kembali."Kamu dari mana aja?" Sonya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Emir.Emir menatap manik mata Sonya tidak percaya karena istrinya ini malah bertanya balik dan bukan menjawab pertanyaannya sama sekali. Dengan kesal Emir menutup pintu kamar rumah sakit, "Sonya, aku tanya sama kamu. Kenapa kamu melakukan prosedur operasi pengangkatan rahim tanpa persetujuan aku?"
1 tahun kemudian ...."Sonya udah," bisik Lidya yang kaget melihat Sonya mencabik-cabik tisu seperti orang kurang waras."Kenapa ibu maksa bangat bikin acara kaya gini, sih?" tanya Sonya semaput karena Parwati tiba-tiba meminta dirinya untuk mengadakan acara ulang tahun perkawinan dirinya dengan Emir."Ya ... mungkin dia ingin liat kamu sama Emir bahagia?" canda Lidya sembari mengambil gumpalan tisu yang sudah Sonya cabik-cabik."Wow ... bahagia banget hidup aku sama Emir, saking bahagianya aku senang banget dia nggak pernah pulang ke rumah," jawab Sonya sembari membawa gelas berisikan champagne dan menegaknya hingga habis."Dia beneran nggak pulang?" tanya Lidya yang mulai khawatir dengan kehidupan pernikahan Sonya yang benar-