Awan mengerang saat merasakan hisapan dan kecupan yang Sonya lakukan di kejantanan miliknya, rasa nikmat dengan cepat meledak dan memecut birahi Awan hingga ia memejamkan matanya. Jemari Awan membelit rambut Sonya hingga menjadi sebuat ikat rambut bagi wanita yang saat ini sedang memenuhi mulutnya dengan bagian paling sensitif miliknya. Kepala Sonya maju dan mundur, sedangkan lidahnya meliuk sempurna sambil meninggalkan jejak sensual yang membenamkan Awan dalam kenikmatan.Tangan Awan menahan kepala Sonya dan tanpa sadar dia menggerakkan pinggulnya menekan kejantanan miliknya, meminta Sonya untuk menerima miliknya seluruhnya tanpa ada yang bersisa. Rasa nikmat menjalar dengan pelan namun pasti keseluruh tubuhnya hingga tanpa sadar ia menarik rambut Sonya. "Sonya ... astaga ... Sonya, kamu ...." Awan tidak bisa melanjutkan perkataannya karena Sonya menekan kejantanannya hingga memasuki mulutnya sedalam mungkin sambil menghisapnya, membuat Awan menahan napasnya sendiri agar tidak mela
Sonya menggeliat di ranjang sambil mengusap bagian samping ranjangnya, mencoba mencari seseorang yang sudah membuat dirinya menjerit dan memekik sepanjang malam. "Awan ...," bisik Sonya dengan suara serak karena tidak bisa menemukan suaminya itu. "Suami." Sonya tersenyum malu-malu saat menyadari statusnya sekarang, matanya tanpa sada melihat jemarinya yang saat ini sudah melingkar cincin pernikahan miliknya. "Ya ampun, punya suami lagi aku."Sonya tersenyum kecil sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya yang telanjang dengan berbagai bentuk bukti kepemilikan disekujur tubuhnya. Tangan Sonya bergetar pelan saat mengelus salah satunya yang ada di bagian payudaranya. Pikirannya seolah kembali pada saat ada bibir Awan di sana yang sedang membuat bukti kepemilikan itu sambil mengentak tubuhnya hingga perut bagiannya bawahnya penuh. Nikmat. Sonya menggeleng berusaha untuk mengembalikan kesadarannya sambil melirik ke bagian kosong ranjangnya, masih bisa Sonya hirup wangi tubuh Awan da
Awan merebahkan tubuhnya yang kelelahan di samping Sonya, tubuhnya lelah setelah kembali menikmati tubuh Sonya. Entahlah dari mana staminanya datang saat bercinta berkali-kali dengan Sonya, rasanya tubuhnya tidak pernah lelah dan bosan bila sudah menyangkut urusan selangkangan dengan Sonya. "Wan ...." Sonya memanggil Awan sambil memposisikan dirinya berbaring miring dan menjadikan tangan kanannya tumpuan kepalanya. Ia tidak peduli tubuhnya yang telanjang saat ini sedang Awan lihat bahkan ia tidak mempedulikan saat tangan Awan tiba-tiba mengusap paha bagian dalamnya yang sesekali menyenggol ceruk kenikmatan miliknya. Sejujurnya bila Awan meminta dirinya menaikki tubuhnya untuk kembali mereguk kenikmatan duniawi lagi, Sonya masih sangat kuat dan mampu. Dia suka."Hmm ...." Awan mengusap paha bagian dalam Sonya sambil mengikuti posisi tidur Sonya. Matanya mengerjap jenaka sambil melihat payudara Sonya yang terlihat sempurna dan indah. Ah ... rasanya Awan ingin kembali memenuhi mulutnya
Awan berjalan bersama Sonya dan kedua anaknya memasuki restoran di hotel yang mereka tempati setelah menikah. Kedatangan keluarga itu membuat semua orang di sana menoleh dan menatap mereka berempat. Beberapa orang bahkan saling berbicara pelan dan beberapa kali mencuri-curi pandang ke arah mereka.Sonya melihat pakaian yang ia kenakan lalu pakaian Awan, Hana dan Haikal bingung. Apa yang salah dengan mereka berdua sampai-sampai hampir semua orang di ruangan makan itu terus memperhatikan mereka. Apa yang salah?"Kenapa?" tanya Awan yang sadar dengan ketidaknyamanan yang Sonya tunjukkan. "Kamu sakit?"Awan menyelipkan tangan kanannya ke pinggang Sonya, lalu mengusap pingiran tubuh Sonya. "Kamu kenapa? Ada yang salah?""Nggak aku bingung, ini kenapa orang-orang ngeliatin kita berempat. Apa ada yang salah sama kita?" tanya Sonya sambil berusaha mengabaikan pandangan mata beberapa orang yang terlihat dengan jelas memperhatikan dirinya dan keluarga kecilnya. "Apa ada sesuatu di leher aku?"
"Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan
"Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y
Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil
"Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y