##SEASON 2**BAB 36: Denyut di Balik Jahitan**
**PART 1: “Jantung yang Bukan Milik Dunia Ini”**Udara di ruang itu terasa berat, bukan karena panas, tetapi karena setiap tarikan napas membawa aroma besi dan sesuatu yang lebih tua dari bau darah—bau yang seakan menempel di tulang. Dindingnya berdenyut perlahan, seperti rongga itu adalah bagian dari makhluk hidup yang sedang tidur. Namun tidur itu bukan tidur damai; denyutnya terputus-putus, kadang cepat, kadang nyaris berhenti.
Aaron melangkah lebih dulu, matanya menyapu sekitar. Jahitan-jahitan hitam yang melintang di dinding bergerak pelan, seperti sedang menyesuaikan posisi untuk menutup celah yang tak kasatmata. Ilham dan Lira mengikut di belakang, senjata mereka terangkat, tapi tatapan keduanya terpaku pada satu hal di pusat ruangan: sebuah jantung raksasa, tergantung di udara tanpa penyangga, diikat oleh puluhan rantai yang berasal dari segala arah.
Rantai itu bukan logam biasa—t
##SEASON 2**BAB 36: Denyut di Balik Jahitan****PART 1: “Jantung yang Bukan Milik Dunia Ini”**Udara di ruang itu terasa berat, bukan karena panas, tetapi karena setiap tarikan napas membawa aroma besi dan sesuatu yang lebih tua dari bau darah—bau yang seakan menempel di tulang. Dindingnya berdenyut perlahan, seperti rongga itu adalah bagian dari makhluk hidup yang sedang tidur. Namun tidur itu bukan tidur damai; denyutnya terputus-putus, kadang cepat, kadang nyaris berhenti.Aaron melangkah lebih dulu, matanya menyapu sekitar. Jahitan-jahitan hitam yang melintang di dinding bergerak pelan, seperti sedang menyesuaikan posisi untuk menutup celah yang tak kasatmata. Ilham dan Lira mengikut di belakang, senjata mereka terangkat, tapi tatapan keduanya terpaku pada satu hal di pusat ruangan: sebuah jantung raksasa, tergantung di udara tanpa penyangga, diikat oleh puluhan rantai yang berasal dari segala arah.Rantai itu bukan logam biasa—t
##SEASON 2**BAB 35 ** "Penutupan Portal Selamanya"**PART 1: “Pilihan yang Membelah Dunia”**Retakan di udara kini terbuka lebar, tak lagi sekadar celah, melainkan seperti mulut raksasa yang ingin menelan segala yang hidup. Dari dalamnya, terdengar suara gemuruh yang bukan berasal dari petir atau angin—lebih mirip suara ribuan pintu dibuka sekaligus, diikuti bisikan-bisikan yang bertabrakan.Tentakel-tentakel hitam semakin agresif, menampar udara hingga percikan energi keluar, membakar apa pun yang tersentuh. Lingkaran simbol hitam di tanah berdenyut seperti jantung raksasa, dan setiap denyutnya membuat lutut mereka melemah.Aaron mencengkeram bahu Ilham, menatapnya lekat. “Lo masih punya pilihan, Ham. Jangan biarin retakan itu ngomong buat lo.”Ilham tersenyum miris, matanya setengah tertutup. “Pilihan? Gue udah lama nggak punya itu, Ron. Yang kita lakuin cuma nunda akhir.”Dari retakan, sebuah suara
##SEASON 2**BAB 34: Pengorbanan Terakhir Putri Timur****PART 1: “Tarian di Atas Darah dan Cahaya”**Kabut hitam yang menelan ruangan perlahan menipis, berganti dengan cahaya merah keemasan yang memancar dari sebuah dataran luas. Udara di sini tebal dengan aroma besi—bau darah yang belum kering.Aaron, Ilham, dan Lelana berdiri di tepi **lapangan batu** yang di sekelilingnya berderet pilar-pilar raksasa. Di tengahnya, ada **singgasana emas** yang patah menjadi dua, dan di depannya berdiri **Putri Timur**.Namun, ia tidak lagi memakai gaun putihnya. Kini ia mengenakan **baju perang dari sisik naga merah**, dengan luka di lengannya yang masih mengalirkan darah. Rambutnya diikat tinggi, wajahnya penuh debu dan bekas luka bakar."Aku sudah menunggu kalian," katanya, suaranya serak tapi tegas.Aaron menatapnya, terkejut. "Putri... kau masih hidup."Putri Timur tersenyum tipis. "Bukan soal hidup atau mati lagi. Soalnya adala
##SEASON 2**BAB 33: Aliansi Arwah dan Manusia****PART 1: "Pertemuan di Perbatasan Tak Bernama"**Hujan abu mengguyur pelan di atas tanah yang tak berpeta—sebuah perbatasan kabur antara dunia manusia dan sisa-sisa Jagat Kedua yang kini bocor ke segala arah. Langit tampak seperti lapisan kaca yang retak-retak, dan dari retakan itu, arwah-arwah tanpa tubuh berjatuhan seperti kelopak bunga mati, melayang pelan tapi pasti.Aaron melangkah pelan melewati gurun kelam itu, jubahnya yang sobek berkibar diterpa angin aneh yang membawa bisikan—bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh roh-roh lama. Ilham berada tepat di sampingnya, menuntun seekor Ayam Roh yang kini membesar seperti burung phoenix, dengan bulu-bulu yang terus berubah warna setiap langkah mereka.“Ini bukan tempat biasa,” gumam Ilham. Suaranya pelan, nyaris ditelan desir abu.“Tempat ini bahkan bukan tempat…” sahut Aaron. Ia berhenti. “Ini... perbat
##SEASON 2**BAB 32: Segel Jagat Kedua yang Retak****PART 1: “Celah dalam Rantai Tertua”**Gema ledakan terakhir di Alam Mimpi masih membekas saat Aaron dan Ilham terlempar kembali ke dunia nyata. Tubuh mereka menabrak tanah yang kini tidak sepenuhnya terasa nyata—teksturnya seperti kertas basah, aroma terbakar, dan udara yang mendesis pelan seperti bisikan dari tempat yang jauh.Langit di atas mereka telah berubah. Bukan lagi langit biru atau hitam penuh bintang, melainkan langit retak seperti kaca. Retakan itu menyala merah samar, menjalar seperti urat saraf yang terbuka, dan dari tiap celah mengalir kabut tipis berwarna ungu.Ilham menatap langit itu dengan napas tertahan. “Kita… belum selesai,” gumamnya.Aaron mengangguk. Matanya menyipit, dan saat ia menatap ke timur, ia bisa melihat menara batu hitam raksasa yang tidak pernah ada sebelumnya—menjulang dari dasar laut kering, dan di puncaknya: simbol Jag
##SEASON 2**BAB 31: Kebangkitan dengan Harga****PART 1: “Dunia yang Bukan Dunia”**Langit kini retak seperti kaca. Awan-awan tampak seperti potongan kain yang dijahit tergesa. Udara memiliki rasa—asin seperti air mata. Dan tanah di bawah kaki Aaron dan Ilham bukan tanah, melainkan semacam kulit yang berdenyut pelan, seperti jantung tidur.Mereka berdiri di atas bukit yang tidak sepenuhnya nyata.Ilham terhuyung, memegangi pelipisnya. "Ini... bukan tempat kita biasa, kan?"Aaron menggigit bibir, lalu menunduk melihat bayangannya—tapi tidak ada bayangan. Tubuh mereka memantulkan cahaya, tapi tidak membentuk siluet. Ia menoleh ke Ilham. Adiknya juga tanpa bayangan."Ini bukan dunia kita, Ham," gumam Aaron. "Atau... mungkin ini dunia yang terbentuk setelah Jagat Kedua pecah."Sekeliling mereka perlahan berubah. Bukit di mana mereka berdiri mulai meluruh seperti abu. Di kejauhan, gunung meleleh seperti lilin. Dan kot