Share

Bab 49

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-02-18 15:59:46

Pagi itu, Clara bangun dengan perasaan campur aduk.

Setelah melalui beberapa hari yang penuh ketegangan, dia merasa seolah ada sebuah titik terang yang akhirnya mulai terlihat di ujung jalan.

Proyek besar mereka yang sempat terancam kini mulai menunjukkan hasil.

Namun, dalam diri Clara, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pekerjaan yang harus diselesaikan.

'Perasaan yang telah lama tertahan'—rindu, kekhawatiran, dan juga cinta yang semakin tumbuh—semakin menguat.

Kieran, pria yang selama ini menjadi partner sekaligus bos yang ia hormati, kini tak hanya menjadi rekan dalam pekerjaan,

tapi juga seseorang yang selalu ada di benaknya, tak peduli seberapa banyak pekerjaan yang harus mereka tuntaskan.

Clara merasa hubungan mereka semakin rumit, namun di satu sisi, semakin indah dan penuh arti.

Ketika Clara tiba di kantor, dia mendapati Kieran sudah ada di ruang kerjanya, memandangi layar komputer dengan se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 50

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang masih menyala. Waktu seakan melambat, dan suara ketikan jarinya di atas keyboard terdengar semakin pelan, seolah mengikuti irama pikirannya yang ragu-ragu. Pikirannya kembali melayang pada pertemuan singkat dengan Kieran tadi pagi. Meskipun mereka tampak bekerja sama dengan baik, ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan lagi. 'Keterikatan mereka semakin dalam', begitu pula dengan kebingungannya.Satu minggu lagi, Arman, klien utama mereka, akan datang untuk memeriksa hasil akhirnya. Semua yang telah mereka kerjakan—segala upaya keras, stres, dan waktu yang dihabiskan—akan diuji dalam pertemuan itu. Hasilnya bisa membawa mereka menuju kesuksesan besar, atau justru menghancurkan segala yang telah mereka bangun. Dan Clara tahu betul bahwa 'perasaan yang tak terucapkan di antara dirinya dan Kieran' semakin menambah ketegangan yang sudah mencekam.Selama ini, Clara selalu berusaha menjaga profesionalitasnya. Namun, setelah m

    Last Updated : 2025-02-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 51

    Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Seolah dunia luar dan segala hal yang biasanya mengalir dengan ritme yang teratur, kini terasa asing. Ia menatap langit biru yang tampak cerah dari jendela kamarnya, tetapi dalam dadanya, ada sesuatu yang mengganjal. 'Apakah yang terjadi dengan perasaannya?'Apakah mungkin hubungan antara dirinya dan Kieran bisa berlangsung meski mereka berada dalam lingkungan profesional yang penuh dengan ambiguitas?Clara menghempaskan selimut dari tubuhnya, merasakan dinginnya udara pagi yang masuk ke dalam ruangan. Saat ia berdiri, kakinya terasa sedikit lemah. Ada banyak hal yang mengisi kepalanya. Semua keputusan yang diambil sebelumnya seolah berputar-putar dalam pikirannya, dan setiap detiknya ia semakin merasa terpojok antara 'perasaan pribadi' dan 'tanggung jawab profesional'.Akhirnya, Clara menatap layar ponselnya. Ada satu pesan dari Kieran yang baru masuk beberapa menit yang lalu. Tanpa ragu, ia membuk

    Last Updated : 2025-02-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 52

    Sore itu, Clara duduk di meja kerjanya, matanya menerawang kosong ke arah layar komputer. Pekerjaan yang tertunda dan rapat yang tak ada habisnya semakin menggerogoti pikirannya. Namun, meskipun tubuhnya lelah, ada perasaan lain yang lebih mendalam yang memenuhi dadanya. 'Rasa takut akan apa yang belum diketahui, dan sekaligus harapan akan apa yang bisa terjadi jika mereka berdua tetap berdiri bersama.'Clara menarik napas panjang, menyandarkan punggungnya di kursi. 'Ia tahu, kini tak ada lagi jalan mundur'. Hubungan mereka telah berubah—lebih rumit, lebih emosional, dan tentu saja lebih berisiko. Tapi juga lebih hidup, lebih nyata.Kieran, di sisi lain, sedang sibuk dengan tumpukan dokumen di ruang kerjanya. Meskipun jarak antara mereka ada di ruang yang berbeda, Clara bisa merasakan bagaimana Kieran pun merasakan ketegangan yang sama. Mereka berdua tidak bisa lagi hanya fokus pada proyek ini, mereka berdua tak bisa lagi berpura-pura.Dalam setiap langkah mereka, ada beban yang

    Last Updated : 2025-02-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 53

    Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Clara duduk di meja kerjanya, matanya tertuju pada layar komputer, namun pikirannya jauh melayang. 'Kekecewaan, kebingungan, dan harapan'—semua bercampur jadi satu, membelit pikirannya tanpa henti. Sejak pertemuan dengan Arman kemarin, ada sesuatu yang tak bisa ia lupakan. 'Proyek ini, hubungan mereka, semuanya kini terasa semakin rumit.'Ia mengambil secangkir kopi, merenung sejenak. Suara klakson mobil dari luar gedung mulai terdengar, tapi Clara seolah tak mendengarnya. Hanya ada satu hal yang memenuhi pikirannya: 'Kieran'. Setelah pertemuan mereka kemarin, Clara merasa ada sesuatu yang tidak terungkap. Kieran tampaknya lebih cemas dari sebelumnya, dan meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, ada perasaan tidak pasti yang tetap mengganjal.“Clara,” suara Kieran yang tiba-tiba mengganggu lamunannya, membuat Clara tersentak. Kieran berdiri di ambang pintu ruangannya, dengan wajah yang lebih serius dari biasanya. “Bisakah kita bi

    Last Updated : 2025-02-21
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 54

    Pagi itu, Clara berdiri di jendela kantornya, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Suara hiruk-pikuk kota terdengar samar dari bawah, namun seolah tak menyentuhnya. 'Pikirannya terfokus pada satu hal—Kieran.' Ada perasaan yang semakin tidak bisa dia abaikan, perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua yang semakin kuat, meskipun hubungan mereka terikat oleh banyak hal. Namun, 'seiring berjalannya waktu, Clara mulai menyadari bahwa ketegangan di antara mereka lebih dari sekadar pekerjaan.'Ada perasaan yang saling menjerat, seperti benang yang semakin mengikat tanpa ada jalan untuk melepaskannya. Kieran... meskipun terlihat tegas dan profesional, Clara bisa merasakan bahwa ia juga terperangkap dalam dilema yang sama. Akhir-akhir ini, Kieran semakin sering menghindar. Entah karena pekerjaan yang menumpuk atau karena ia mulai merasakan tekanan besar, Clara tak tahu pasti. Namun, ada satu hal yang ia sadari: hubungan mereka semakin penuh dengan ketegangan yang tidak mudah dijel

    Last Updated : 2025-02-21
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 55

    Pagi itu, Clara tiba lebih awal dari biasanya. Udara yang dingin menyelimuti kantornya, dan meskipun matahari sudah mulai terbit, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa berat. Hari ini adalah hari penting, sebuah titik balik dalam karier dan kehidupannya. 'Proyek besar yang selama ini mereka kerjakan hampir sampai di akhir garis, dan ini adalah saat di mana keputusan besar akan diambil.'Di meja kerjanya, Clara menyusun beberapa dokumen terakhir untuk presentasi yang akan dilakukan bersama Kieran nanti. Tapi hatinya tidak bisa menahan perasaan gelisah yang mengganggu. 'Bagaimana dengan hubungan mereka? Apakah Kieran benar-benar siap menghadapi kenyataan? Atau bisakah mereka mengatasi semua ini tanpa hancur?'Pikirannya terus melayang pada percakapan mereka malam sebelumnya. Kata-kata Kieran yang penuh harapan, namun juga penuh keraguan, seakan menjadi bayangan yang mengikuti setiap langkahnya.Saat Kieran memasuki ruangannya, Clara sempat terkejut. 'Untuk beberapa deti

    Last Updated : 2025-02-22
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 56

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Clara merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Meskipun tekanan yang datang semakin besar, ia merasa lebih kuat daripada sebelumnya. Ada perasaan bahwa mereka sudah melewati banyak hal bersama, dan itu membuatnya lebih percaya diri dalam menghadapi apapun yang datang.Namun, meskipun hubungan mereka semakin berkembang, ada sesuatu yang mengganjal di hati Clara. Ia merasa seperti ada rahasia yang belum terungkap sepenuhnya antara dia dan Kieran. Sesuatu yang tak pernah mereka bicarakan, meski ada di antara mereka berdua. Hari itu, saat Clara sedang menyelesaikan beberapa laporan di kantornya, Kieran datang dengan ekspresi serius di wajahnya. Ada ketegangan yang terlihat jelas dalam raut wajahnya. "Clara, kita perlu bicara," katanya, suaranya rendah dan penuh arti.Clara menatapnya, sedikit terkejut. "Ada apa, Kieran?" Kieran menarik napas panjang, dan kemudian duduk di kursi di hadapannya. "Aku tahu kita sudah melewati banyak hal be

    Last Updated : 2025-02-22
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 57

    Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan meskipun Clara dan Kieran berhasil melewati banyak tantangan, ada perasaan bahwa mereka belum sepenuhnya keluar dari bayang-bayang kekhawatiran. Proyek besar yang mereka kerjakan kini sudah hampir mencapai garis akhir. Namun, tekanan untuk membuat keputusan besar tetap mengintai. Hari itu, Clara berada di ruang kerjanya, memandangi layar komputer dengan fokus yang tinggi. Presentasi yang akan dilakukan minggu depan adalah ujian terbesar bagi mereka berdua. Clara tahu ini bukan hanya tentang proyek yang mereka kerjakan, tapi juga tentang masa depan hubungan mereka. Sebuah hubungan yang telah terjalin begitu kuat, namun masih rapuh.Di tengah kesibukannya, Clara merasakan kehadiran Kieran yang berdiri di ambang pintu ruangannya. Matanya menatap Clara dengan tatapan penuh makna. "Kieran," sapa Clara, menutup dokumen di depan layar. "Ada yang bisa aku bantu?"Kieran berjalan mendekat, dan duduk di kursi di hadapan Clara. "Clara, kita suda

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status