Share

Bab 75

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 15:56:06

Malam itu, Clara duduk di ruang tamunya yang tenang.

'Lampu-lampu kota yang terlihat dari jendela besar di ruang tamu menyala lembut, namun hati Clara terasa gelap dan sepi.' Kieran telah pergi selama dua minggu.

Dua minggu yang terasa seperti dua bulan. Setiap malam, ia duduk sendiri, merasakan kekosongan yang begitu mendalam.

Di telepon, mereka terus berkomunikasi, tetapi rasanya jauh berbeda.

Suara Kieran, yang dulu terasa begitu akrab dan menenangkan, kini terasa seperti suara dari kejauhan.

Keduanya berusaha keras menjaga hubungan mereka tetap hidup, namun Clara mulai merasa bahwa ada sesuatu yang hilang.

'Mereka berbicara hampir setiap malam, tetapi setiap percakapan itu tidak bisa menggantikan kehadiran fisik Kieran di sampingnya.'

Clara menatap layar ponselnya, berpikir sejenak.' Kieran mengirimkan pesan terakhirnya:

"Aku rindu kamu, sayang. Setiap detik tanpa kamu terasa lama. Aku akan kemba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 76

    Clara tidak bisa tidur malam itu. 'Malam semakin larut, namun matanya tetap terbuka, memandangi langit-langit kamar yang gelap.' Rasa khawatir dan cemas semakin menguasai dirinya. 'Meskipun ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja, kenyataan semakin membuatnya merasa semakin terasing.'Jarak antara dirinya dan Kieran seakan semakin lebar.Di balik semua pesan dan percakapan telepon, Clara merasa ada yang kurang. Ada kekosongan yang semakin sulit diabaikan. 'Ia merasa seperti berada di tengah-tengah laut yang tenang, namun tahu bahwa badai bisa datang kapan saja.'Ada ketakutan dalam dirinya, bahwa hubungan mereka mungkin akan berakhir seperti ombak yang menghantam pantai, surut begitu saja. 'Pagi itu, Clara memutuskan untuk pergi ke kantor lebih awal.'Ia tidak tahu apakah itu akan membantu mengusir perasaan cemasnya atau malah semakin membenamkan dirinya dalam rutinitas yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 77

    Clara duduk di meja kantornya, matanya terpaku pada layar komputer. 'Setiap ketikan terasa lebih berat dari biasanya,' seolah-olah dunia di sekitarnya berjalan dengan sangat lambat. 'Ia merasa kosong, terperangkap antara kewajiban dan perasaan yang semakin membebani hatinya.'Beberapa minggu telah berlalu sejak percakapan terakhir dengan Kieran, namun meskipun mereka sering berhubungan, ada sesuatu yang berubah. 'Keterbatasan waktu yang mereka miliki untuk saling bertemu semakin memperparah perasaan sepi yang menghinggapi Clara.' Terlebih lagi, pekerjaan yang terus menumpuk membuatnya merasa semakin terisolasi. Ia ingin berbicara dengan Kieran, tapi saat ini, tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan apa yang ia rasakan.Ponselnya bergetar, dan Clara melihat nama Kieran muncul di layar.“Kieran…” gumam Clara pelan. Ia menatap nama itu sejenak sebelum akhirnya mengangkat teleponnya."Clara, aku ingin kamu tahu… aku merindukanmu. Aku tahu kita sudah jarang bicara belakanga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 78

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Clara merasa dirinya semakin terjebak dalam sebuah siklus yang sulit diputuskan. Setiap detik yang berlalu di kantor terasa semakin menekan, sementara perasaan yang ia rasakan terhadap Kieran semakin membingungkan. Terkadang, ia merasa begitu dekat dengan pria itu, namun di sisi lain, ada ketidakpastian yang selalu menghantui. 'Apakah hubungan mereka benar-benar bisa bertahan?'Kieran, yang biasanya selalu bisa membaca suasana hati Clara dengan mudah, kali ini tampak lebih tertutup. Mereka jarang berbicara seperti dulu, dan ketika mereka melakukannya, ada ruang kosong yang tak bisa diisi oleh kata-kata. 'Clara tahu ada sesuatu yang berubah, namun ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengubahnya.'Hari itu, seperti biasa, mereka bertemu di sebuah kafe kecil di dekat kantor. 'Clara datang lebih awal dari Kieran, duduk di meja pojok sambil menatap keluar jendela.'Pikirannya melayang, merenung tentang hubungan yang semakin terasa berat. 'Mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 79

    Keesokan harinya, Clara terbangun dengan perasaan yang sedikit lebih ringan. Semalam, setelah percakapan yang panjang dengan Kieran, ia merasa ada secercah harapan. Mereka memutuskan untuk memberi kesempatan pada hubungan ini untuk tumbuh, meskipun ada banyak hal yang harus diperbaiki. 'Tapi hari itu terasa berbeda.'Ada semangat baru dalam diri Clara yang tidak ada sebelumnya.Clara melihat jam di ponselnya—jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia bangun, merapikan tempat tidur, dan mulai menyiapkan sarapan ringan. 'Tapi, ada perasaan aneh yang menggelitik hatinya.'Sejak beberapa waktu lalu, ia merasa ada yang berbeda dalam dirinya. Mungkin inilah yang disebut sebagai perubahan kecil yang akhirnya membawanya pada kebebasan baru. 'Mungkin, mereka berdua benar-benar bisa kembali bersama, asalkan mereka siap untuk berkompromi dan mengerti satu sama lain.'Pagi itu, saat ia sedang menikmati secangkir teh di meja makan, ponselnya berdering. Itu adalah pesan dari Kieran.“Clara,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 80

    Pagi itu terasa lebih berat bagi Clara. Pagi yang seharusnya dimulai dengan semangat baru kini dipenuhi dengan kegelisahan. Ada perasaan yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang tak bisa dia ungkapkan begitu saja. Kieran memang sudah berusaha menunjukkan bahwa dia ingin hubungan mereka berhasil, tapi Clara merasa ada yang belum selesai—ada pertanyaan yang masih terpendam dalam dirinya. 'Apakah dia benar-benar siap?*' 'Apakah dia bisa melepaskan rasa takutnya dan percaya pada Kieran sepenuhnya?'Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengisi benaknya, meskipun dia tahu bahwa jawabannya tak akan mudah didapatkan.Clara memandang dirinya di cermin, mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia menyentuh kalung pemberian Kieran yang masih tergantung di lehernya. Sebuah simbol, entah bagaimana, yang kini terasa berat, tapi juga penuh harapan.Ketika ia tiba di kantor, suasana terasa berbeda. Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Clara berusaha untuk fo

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 81

    Pagi itu, Clara merasa cemas, bahkan lebih dari hari-hari sebelumnya. Meski berusaha tetap fokus pada pekerjaan, ada perasaan yang terus menghantuinya, sebuah rasa takut yang tak bisa disangkal. Semalam, saat mereka berbicara dengan serius tentang hubungan mereka, Clara merasa sedikit lega. Namun, ada satu hal yang tetap mengganjal. 'Apakah mereka bisa benar-benar bertahan dalam perubahan ini?'Dia memandang layar laptopnya, mencoba menenangkan dirinya. Proyek besar yang sedang mereka kerjakan bersama Kieran telah memasuki tahap yang lebih krusial. Setiap langkah yang mereka ambil harus penuh pertimbangan dan strategi. Namun, di tengah kesibukan yang luar biasa ini, Clara merasakan bahwa ada ruang kosong dalam dirinya—tempat di mana dirinya yang sejati seolah-olah tertinggal. Selama ini, dia selalu berusaha menjadi profesional di tempat kerja, asisten yang tak kenal lelah untuk sang CEO. Tapi, apakah dia benar-benar bahagia? 'Apakah dia benar-benar tahu siapa dirinya di luar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 82

    Hari itu terasa lebih berat bagi Clara daripada biasanya. Pagi yang cerah tak mengurangi kecemasannya sedikit pun. Proyek besar yang mereka jalani bersama kini telah memasuki fase yang lebih menantang. Setelah kabar buruk mengenai penarikan investor, Clara merasakan tekanan yang terus meningkat. Kieran tentu saja tidak bisa diandalkan sendirian, meski dia adalah sosok yang kuat, Clara tahu mereka perlu saling menopang lebih dari sebelumnya. Tetapi, rasa cemas yang menghantui hatinya bukan hanya tentang pekerjaan, melainkan tentang 'mereka'—tentang hubungan yang semakin rumit di tengah kesibukan yang terus berkembang.Sementara itu, Kieran lebih sering berada di kantor larut malam. Dengan tekad yang tak tergoyahkan, dia berusaha menyelamatkan proyek mereka, tetapi Clara bisa merasakan ada sesuatu yang hilang. 'Ada jarak yang mulai terbentuk'—sesuatu yang mulai menempatkan mereka pada posisi yang sulit. Clara ingin dekat dengan Kieran, ingin merasakan kehangatan, tetapi setiap ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 83

    Pagi itu, Clara berjalan cepat menuju ruang rapat dengan langkah yang tegas. Ada perasaan cemas yang menyelimutinya, meskipun dia berusaha untuk tampak tenang. Pekerjaan semakin menumpuk, dan tekanan yang datang dari semua pihak—baik investor maupun tim—mulai terasa sangat menekan. Semua orang berharap pada proyek ini, dan satu keputusan yang salah bisa mengubah segalanya.Namun, meskipun dunia profesionalnya semakin menuntut, ada satu hal yang lebih mengganggu pikirannya: hubungan dengan Kieran. Clara merasa semakin banyak perasaan yang terkubur di dalam dirinya. Meskipun mereka telah sepakat untuk terus berjalan bersama, Clara merasa ada jarak yang semakin besar antara mereka. Kieran terlihat lebih tertutup, lebih sibuk, dan terkadang Clara merasa dirinya berada di posisi yang jauh dari dirinya.Clara membuka pintu ruang rapat dan menemukan Kieran sudah duduk di sana, memandang layar laptop dengan tatapan serius. Ekspresinya tidak menunjukkan tanda-tanda kebahagiaan, bahkan l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status