Home / Romansa / Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali / BAB 9 : Tamu Kehormatan Itu

Share

BAB 9 : Tamu Kehormatan Itu

Author: reefisme
last update Last Updated: 2025-02-17 16:26:05
“Bukan siapa-siapa,” jawab Nielson buru-buru.

Molly mengangkat alisnya dengan curiga. "Benarkah?" Matanya menyipit, memperhatikan ekspresi Nielson dengan seksama.

Tangannya yang sebelumnya bertengger di lengan pria itu kini melipat di depan dada, menunjukkan bahwa ia ingin jawaban yang memuaskan.

“Ini dari wanita yang tadi. Dia membahas lagi soal barang milikku yang tadi hilang.”

“Memang barang apa yang hilang?” Molly masih terlihat mengerutkan kening.

Sejenak, Nielson tampak ragu. Matanya berkedip cepat, tanda ia berpikir mencari alasan yang masuk akal. Namun, ia segera menguasai diri. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan ekspresi pura-pura murung dan penuh tekanan.

"Sebenarnya… dia seorang penguntit," ucapnya lirih, suaranya dibuat sedikit berat seolah mengandung luka batin. "Aku tidak mengenalnya, tapi dia terus mengejarku. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa ada di acara tadi. Dan yang lebih parah…" Nielson berhenti sejenak, memastikan Molly terpaku pada c
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dewy Nasprihana
up up up ayooo Thor semangaaattt .........
goodnovel comment avatar
Jie Roe
thor mana lanjutannya?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 155 : Tidak Akan Meninggalkannya

    Ethan Wayne duduk tegak, kedua tangan terlipat di depan tubuh.Wajahnya tetap tenang, meski mata birunya yang menatap ke arah Vincent Adams dipenuhi kegelisahan—akan kah kakak kedua Catelyn ini memaafkan keluarga Wayne?Vincent tetap dalam posisi berdiri tak jauh dari Ethan dengan sikap kaku dan rahang mengeras.Gabriel Adams duduk di sandaran kursi kayu tua di pojok ruangan, diam, memperhatikan pria muda yang mengaku mencintai adik mereka, lalu membawa semua usaha untuk menebus kesalahan yang sesungguhnya tidak dilakukan Ethan sendiri, juga bahkan Gerard Wayne―ayahnya.Gabriel masih mengingat dengan jelas, senyuman licik di wajah Martin Hale.Meski masih amat muda, Gabriel sudah bisa menangkap pemikiran culas dan sorot kejahatan dari lelaki itu.Gabriel yang kala itu menemani sang ayah untuk menemui Gerard, yang datang untuk meninjau lokasi proyek, gagal. Gabriel menduga, orang-orang yang menghalangi mereka, bukanlah orang-orang Gerard, melainkan orang-orang Martin Hale.Mata prianya

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 154 : Berhadapan Dengan Petaka

    Rumah dua lantai bergaya country yang berdiri tenang di pinggiran kota Basalt, suasana terasa lebih berat dari biasanya.Di ruang tengah yang sederhana namun hangat, Vincent berdiri bersandar pada kusen jendela, tangannya bersedekap.Gabriel duduk di kursi kayu tua, sorot matanya tajam meski rahangnya mengeras.Keduanya memiliki tatapan menghunus ke arah pintu, yang baru saja terbuka dan menampilkan sosok tinggi Ethan yang sopan, namun tetap memancarkan kewibawaan. Vincent dengan cepat menyadari apa yang terjadi. “Noah sialan.”“Apa yang kau lakukan di sini?” desis Vincent menahan amarah. Ia telah menurunkan kedua tangannya dan berjalan dengan langkah gusar ke arah Ethan.“Vince, jangan gegabah,” Gabriel mengingatkan pelan setelah tersadar dari keterkejutan―tahu dengan pasti apa yang bisa dilakukan adiknya itu pada seseorang yang tidak mereka inginkan kehadirannya.“Aku hanya akan menyadarkan si Keras kepala ini yang sampai membuat Noah memperdaya kita,” Suara Vince rendah, penuh teka

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 153 : Merindukannya Sangat

    Langit di atas pegunungan Rockies mulai merona keemasan saat helikopter pribadi Ethan kembali membelah udara menuju Basalt, dari Denver.Di dalam kabin yang senyap, Ethan duduk dalam diam, mengenakan kemeja abu-abu dan mantel wol gelap.Matanya menatap kosong ke luar jendela, namun pikirannya penuh gemuruh.Tiga hari telah berlalu sejak ia meninggalkan Basalt setelah menemui Noah.Ia sudah tahu semuanya.Clark Adams, pria yang tulus, pekerja keras, dan tak pernah mencurangi prosedur apa pun.Tapi 19 tahun lalu, ia dijadikan kambing hitam oleh Martin Hale—orang kepercayaan pamannya saat itu—demi menutupi kesalahan perhitungan teknis yang disebabkan oleh desakan produksi cepat dari para investor elit.Martin Hale, dengan satu laporan manipulatif, membuat nama Clark tercemar.Tak ada penyelidikan lanjutan.Wayne Group menyingkirkan Clark seperti debu di sela lantai marmer mereka.Satu tanda tangan dari puncak struktur kekuasaan korporasi, dan hidup satu keluarga berubah selamanya.Keluar

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 152 : Untuk Mengatakan Kebenarannya

    Sekian hari berlalu.Siang hari yang dingin, angin gugur menyapu daun-daun maple yang berserakan di jalanan sempit Aspen.Langit pucat membentang tanpa awan, sementara helikopter hitam bergaris emas perlahan menuruni langit dari arah timur, memecah keheningan dengan suara baling-baling berat.Di lapangan helipad kecil milik hotel mewah The Little Nell, yang sering digunakan untuk penerbangan pribadi di wilayah Aspen, helikopter itu mendarat dengan presisi.Begitu baling-balingnya melambat, seorang pria berjas wol abu gelap melangkah keluar.Ethan Wayne.Wajahnya tenang, namun sorot matanya menyiratkan urgensi dan ketajaman.Menyusul di belakangnya adalah Rodney, pemimpin tim pengamanan pribadi, dan satu pengawal tambahan berbadan besar.Mereka tak berkata apa-apa, hanya mengikuti langkah Ethan yang mantap, menembus lalu lintas pejalan kaki menuju pasar seni Aspen yang tak jauh dari helipad.Pasar seni itu dipenuhi kios kayu sederhana, berjejer rapi dengan berbagai hasil karya seniman l

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 151 : Tidak Perlu Penjagaan Lain

    Angin musim gugur menyapu dedaunan kering yang berserakan di jalan tanah berkerikil, menciptakan desis lembut yang menjadi satu-satunya suara di pagi yang sepi itu.Rumah keluarga Adams berdiri tenang di antara pohon maple dan oak yang telah menggugurkan sebagian besar daunnya, memamerkan cabang-cabang hitam seperti lukisan tua di atas kanvas kabut tipis.Pintu depan rumah bergaya country itu berderit ringan saat terbuka.Vincent Adams, lelaki berusia awal empat puluh dengan rahang tegas dan sorot mata tajam khas penegak hukum, melangkah keluar dengan seragam lengkapnya. Lencana kepolisian Basalt tergantung di dadanya, berkilau tersentuh cahaya pagi.Ia menuruni teras kayu dengan langkah mantap, hendak masuk ke dalam mobil dinasnya yang terparkir di sisi pekarangan.Namun pandangannya terhenti. Wajahnya mengeras.Di seberang jalan kecil berkerikil yang memisahkan halaman rumah dari deretan pohon-pohon tua, terparkir sebuah mobil hitam asing. Tidak mencolok, namun terlalu bersih dan te

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 150 : Tentang Ayahnya

    Ia berdiri di belakang Gabriel dan Noah, tubuh tegapnya memancarkan aura dingin dan tak tergoyahkan.Ia menatap kedua saudaranya, lalu tanpa berkata sepatah kata pun, mengangkat tangannya dan mengetuk pintu dengan keras.Bukan ketukan memohon, melainkan gertakan tegas."Catelyn, hentikan sikap kekanak-kanakanmu!" ujar Vincent agak keras.Dari dalam, terdengar suara bantingan. Sesuatu jatuh ke lantai."Kekanakan?" seru Catelyn dari balik pintu. "Kalian yang kekanakan! Mengusir seseorang yang bahkan tidak melakukan kesalahan! Hanya karena dia seorang Wayne? Apa itu masuk akal?"Tak ada yang membantah. Rumah itu tenggelam dalam senyap yang mengerikan."Kalian membencinya... tanpa tahu siapa dia sebenarnya. Kalian bahkan tidak memberinya kesempatan! Hanya karena dia berasal dari keluarga kaya? Kalian pikir semua orang kaya itu busuk?"Vincent mengepalkan tangan, mencoba menahan emosi."Suatu hari nanti kau akan mengerti, Cat," Gabriel berujar pelan. "Kami melakukan ini bukan karena benci.

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 149 : Mencari Kebenaran

    Ethan melangkah keluar dari rumah keluarga Adams.Kelopak matanya menurun, disertai sorotan terbalut kemuraman yang tak dapat disembunyikan.Jemarinya yang membeku dalam kantong mantel hanya menggenggam sesuatu yang tak kasatmata—kesedihan, dan juga kebingungan yang berusaha ia pahami.SUV hitam mewah itu kemudian meluncur perlahan di jalan berkerikil. Mobil itu berhenti tepat depan pagar yang tampak usang namun terawat.Ethan tak perlu lagi memerintahkan Rodney memarkir kendaraan tersebut agak jauh dari rumah keluarga Adams.Pria bermata biru itu memutar badannya setengah, menatap ke arah pintu rumah keluarga Adams yang tertutup rapat―terasa lebih rapat dari sebelumnya, seakan memberitahu Ethan bahwa itu tak akan pernah terbuka untuk menyambut dirinya lagi di dalam sana.Sempat merasakan kehangatan bersama keluarga Catelyn, jujur Ethan merasakan kesedihan juga rasa sepi tiba-tiba, yang merasuk cepat ke relung hatinya.Rodney, ketua tim pengawal pribadi Ethan, dengan setelan hitam dan

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 148 : Aku Akan Kembali

    Ethan mengangkat dagu, tegap, namun tidak menyela.Namun Rick tidak memahami perubahan suasana di sekitarnya, ia terus mengoceh, “Aku benar-benar tidak menyangka Anda bisa datang ke kota kecil ini,” lanjut Rick, riang tanpa beban.“Wayne Group adalah raksasa bisnis. Meski Anda melepas Wayne Group dan memimpin G&P, tapi G&P adalah perusahaan yang juga terkenal! Kalau media tahu CEO-nya pacaran sama orang Basalt, mereka pasti―”“Rick,” Catelyn memotong dengan nada tegas, senyumnya terpaksa. “Senang bertemu lagi. Nikmati festivalnya, ya.”Rick tersenyum bingung. “Oh. Ya, tentu.” Ia melambai dan menjauh, tidak menyadari badai yang telah ia lepaskan.Sunyi menggantung di antara mereka berlima.Gabriel yang pertama bicara, suaranya pelan namun dalam, “Ethan... Wayne? Kau ada kaitannya dengan Wayne Group?”Ethan menarik napas, lalu mengangguk pelan. Tak ada gunanya ia menutupi lagi. “Ya. Aku Ethan Wayne yang ada kaitannya dengan Wayne Group.”Noah mengembuskan napas panjang, seakan baru saja

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 147 : Wayne Yang Itu

    Catelyn, menyadari diamnya Ethan, akhirnya bersuara pada Gabriel. “Mungkin… tahun depan kami akan datang lagi dan menikmati festival itu.” Nadanya lembut, tak ada penyesalan di sana. Hanya pengertian.Noah menoleh dari depan, tertawa pelan. “Padahal waktu remaja, Festival Musim Gugur adalah hari besar buat Cat. Ia selalu ikut lomba membuat pumpkin pie dan hiasan daun dari ranting maple. Itu adalah acara yang tidak pernah dilewatkan Catelyn kita.”“Kau benar,” sambut Gabriel.Noah kembali menyambung. “Gabe dan aku bahkan pernah bikin gerobak sendiri untuk ikut parade, dan Cat jadi Ratu Festival waktu umur lima belas. Dia terlihat seperti—”“Noah,” potong Catelyn, pura-pura memelototi kakaknya sambil tersipu.Tapi penuturan Noah itu tidak lewat begitu saja di benak Ethan.Pria itu menoleh, menatap Catelyn yang sedang menunduk, menyembunyikan senyum malu.Kilasan bayangan masa lalu gadis itu menyusup ke dalam hatinya—seorang Catelyn muda yang penuh semangat, berlarian di antara lapak fest

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status