Share

Ulang Tahun Pernikahan

Author: Danea
last update Huling Na-update: 2023-02-22 20:00:50

Perkataan Mas Heru masih terngiang-ngiang di kepalaku. Kuputuskan meminta maaf padanya, karena hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Rencanaku tak boleh gagal.

            “Mas, yang tadi malem, Lana minta maaf,” lirihku.

            Satu detik, dua detik, hingga sepuluh detik berlalu, Mas Heru tak menjawab permintaan maafku. Ia sibuk memasang dasi, seolah aktivitas tersebut lebih menarik daripada berbicara denganku.

            “Mas...,” panggilku lembut.

            “Hmmm?”

            Aku memeluk Mas Heru dari belakang, menyandarkan kepala ke punggung yang dulu menjadi favoritku. Mas Heru belum bereaksi, setelah kueratkan dekapanku, barulah ia merespons.

            “Iya, Mas maafin. Jangan diulangin lagi ya, sayang,” pintanya. Aku mengangguk mantap. Tentu saja, setelah ini aku tak akan peduli apa pun tentangnya lagi.

            “Yaudah, Mas berangkat kerja dulu.” Dia melepaskan tanganku yang masih melingkari pinggangnya.

            “Mas lupa ya?” Aku memasang tampang pura-pura kecewa.

            Mas Heru terlihat mengingat sesuatu, kemudian tersenyum lebar seraya mengacak rambut panjangku dengan gerakan lembut. “Mas gak lupa sayang. Nanti malam kita dinner ya, Mas punya kejutan buat Lana.”

            Aku pura-pura senang mendengarnya. Kukecup pipi kirinya untuk menyempurnakan sandiwaraku. Dia tersenyum lebar kemudian mendaratkan ciuman singkat di bibirku. Kami saling menatap sejenak. Kuselami netra yang dulu jernih bak telaga. Sekarang, semuanya terlihat keruh, tak lagi ketemukan kejujuran di sana.

            Tanpa terasa, bulir bening menggumpal di pelupuk mataku. Mas Heru yang menyadari hal itu, bertanya dengan nada khawatir. “Lana kenapa sayang? Ada yang sakit?”

            Aku menggeleng keras. “Lana cuma gak nyangka, udah mau sembilan tahun kita sama-sama,” jawabku dengan suara bergetar.

            Tanpa bisa dicegah, bulir bening itu lolos dengan derasnya, bersamaan dengan luka dan rasa sakit yang selama ini kutahan. Mas Heru kebingungan, kedua ibu jarinya mengusap pipiku dengan gerakan lembut.

            “Terima kasih sayang, terima kasih udah temenin Mas selama ini. Maaf belum bisa jadi suami dan ayah yang baik buat Lana dan Lintang,” ungkapnya.

            “Mas Heru yang terbaik.” Aku tersenyum tipis, sembari menatap dalam bola matanya. “Tapi dulu,” batinku. Mas Heru terlihat bahagia, mungkin ia berpikir aku bicara jujur, padahal semua yang kukatakan hanya rekayasa. Kami saling melontarkan ucapan terima kasih.

            Bertepatan dengan itu, suara ponsel Mas Heru terdengar memekakan telinga. Ia menyambar benda tersebut, dan bergegas pergi tanpa mengatakan apa-apa. Aku menatap nanar kepergiannya, sangat yakin bahwa seseorang di balik panggilan itu adalah Rachel.

            “Mas, tasnya ketinggalan,” teriakku sambil berjalan cepat mengejar Mas Heru yang sudah tak terlihat.

            Di ruang makan, sudah ada Lintang yang tengah menunggu kami. Aku tersenyum dan mengecup pipinya. “Pagi, sayang.”

            “Pagi, Bunda.”

            “Sebentar ya, Bunda ke Ayah dulu,” pamitku.

            Mas Heru sudah hendak masuk ke mobilnya, hingga suaraku menghentikan langkahnya yang tampak buru-buru. “Mas…”

            “Ya, Lana?” sahutnya tanpa menatapku.

            “Buru-buru banget, ini tasnya, tadi ketinggalan.”

            “Astaga, Mas sampe lupa.”  Mas Heru mengambil tas yang kuberikan. Wajahnya tampak tegang, tak seceria sebelum menerima telepon. Pikiranku sibuk menerka-nerka, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Mas Heru terlihat gusar?

            “Mas pamit, ya,” ucapnya.

            Sebelum dia benar-benar menghilang, aku memanggilnya. “Are you okay?

            “Mas baik-baik aja, Lana. Sampai ketemu nanti malam,” ujarnya seraya mengerlingkan mata.

            Kutatap wajahnya penuh selidik. Semuanya terlihat jelas di sana, Mas Heru tengah menyembunyikan sesuatu dariku. Namun, aku memilih membiarkan saja, pura-pura percaya.

            “Oke. Di tempat biasa, kan?”

            “Iya sayang, jangan lupa dandan yang cantik. Nanti Mas kirimin dress, ya,”

            Aku mengangguk. Setelahnya, Mas Heru berpamitan dan hilang dari pandangan. Aku sudah menunggu hari ini dan memikirkan semuanya matang-matang. Keputusan untuk berpisah pun sudah bulat, tak lagi bisa diubah.

            “Bun, Lintang berangkat sekolah dulu, ya.” Suara Lintang membuyarkan lamunanku.

            “Iya sayang, belajar yang rajin ya, nurut sama Ibu Guru,” pesanku.

            Lintang tersenyum. Ia mencium punggung tanganku lembut. “Iya Bunda.”

            Setelahnya, Lintang berangkat sekolah. Aku menatap kepergiannya dengan senyum tipis. Pikiranku berkecamuk, memikirkan bagaimana perasaannya jika sampai tahu kalau aku dan Mas Heru akan berpisah. Sanggupkah aku menjelaskan semuanya pada Lintang?

            “Kamu harus kuat Kelana, demi Lintang,” gumamku menguatkan diri.

***

            Setelah melaksanakan ibadah salat isya, aku memoles wajah dengan riasan tipis. Aku ingin tampil cantik, sesuai permintaan Mas Heru. Dress panjang berwarna marun, menempel sempurna ditubuh rampingku. Tak lupa, rambut panjang yang biasanya tergerai begitu saja, malam ini disanggul dengan menyisakan helaian tipis di sisi kanan dan kirinya.

            Aku sudah selesai bersiap. Sebelum pergi, kutatap pantulan diriku di depan cermin sekali lagi. “Sempurna,” pujiku pada diri sendiri seraya memakai high heels berwarna senada.

            Mobil jemputan yang dikirim Mas Heru sudah tiba. Aku masuk ke dalamnya dengan langkah anggun. Tanpa banyak bicara, sang sopir membawaku ke tempat tujuan.

            Tak sampai tiga puluh menit, mobil tersebut berhenti di salah satu restoran milik Mas Heru. Pelayan di sana menyambut kehadiranku dengan hangat. “Selamat malam, Bu.”

“Malam. Bapak belum datang?” tanyaku.

            “Belum Bu, mungkin sebentar lagi. Bapak berpesan supaya Ibu menunggu,” ucap pelayan itu memberitahu.

            “Baik.”

            Aku menunggu Mas Heru di ruangan yang berada di lantai teratas restoran itu. Gemerlapnya ibukota, terlihat jelas dari posisiku saat ini. Lilin dan buket bunga mawar berukuran besar, serta hidangan pembuka sudah tersaji di atas meja. Aromatherapy yang sangat menyegarkan menusuk indera penciumanku. Cahaya temaram semakin menambah kesan romantis, aku cukup takjub dengan kejutan yang disiapkan Mas Heru.

            Aku mendekat dan mencium bunga tersebut, menghirup aromanya dalam-dalam, sebuah catatan tertulis di sana. “Terima kasih untuk sembilan tahunnya, istriku.”

            Saat itulah sebuah tangan besar melingkari pinggangku, tangan itu hangat, sehangat kecupan singkatnya di pundakku. “I love you Kelana Maharani,” ucap Mas Heru lembut.

            Ungkapan cintanya menggetarkan jiwaku. Kalau saja tak ingat pengkhianatannya, sudah tentu aku menjadi wanita paling bahagia saat ini. “Terima kasih, Mas.”

            “Mas ada hadiah buat Lana,” ungkapnya seraya mengeluarkan kotak beludru dari saku, dan membuka kotak tersebut.

            Sebuah kalung berlian, terlihat berkilau. Aku tak percaya Mas Heru memberikan hadiah tersebut untukku. “Ini buat Lana, Mas?”

Mas Heru mengangguk. Tangan besarnya mengambil benda tersebut, dan memasangkan tepat di leherku. Bersamaan dengan itu, alunan musik syahdu terdengar. Belum selesai keterkejutanku dengan pemberiannya, Mas Heru mengajakku berdansa, benar-benar di luar kebiasaannya.

Dengan gerakan alakadarnya, kami berdansa mengikuti alunan musik. Mas Heru tak henti menatapku. Tatapannya dalam dan menggetarkan. Aku nyaris berpikir ulang untuk berpisah darinya, hatiku kembali luluh karena perlakuan itu. “Lana cantik banget,” ucapnya lembut.

Aku tersipu melihat caranya melihatku malam ini. “Mas juga tampan,” pujiku.

Kami sama-sama hanyut dengan perasaan bahagia di hati masing-masing. Hingga Mas Heru mengatakan sesuatu yang membuat kakiku lemas seketika, tak bisa lagi menopang tubuh, dan akhirnya terjatuh.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Mude
paling benci terhalang kunci
goodnovel comment avatar
Mude
ceritanya bagus banget
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
suami mapan dan tampan tapi kau selama ini berpenampilan kayak babu. pantas aja diselingkuhi. salah sendiri terlalu penurut jafi g ada tantangan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Extra Part

    —PoV KelanaSatu bulan kemudian“Sayang, masuk, yuk, kita istirahat,” ajakku pada Lintang yang masih duduk di teras rumah dengan pandangan kosong. Meskipun mengenakan pakaian berbahan tebal, aku tak mau dia kedinginan, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, ditambah hujan yang baru saja reda beberapa menit lalu.“Lintang masih mau di sini, Bun.”Aku mengambil tempat di sampingnya, mengamati wajah ayu putriku yang terlihat sendu. Satu bulan ini aku benar-benar memaksimalkan waktu bersama Lintang, menemaninya setiap hari, mengantarnya ke mana pun dia ingin pergi. Meskipun apa yang aku lakukan tidak bisa mengembalikan tangan Lintang, aku tetap bersyukur karena Tuhan memberi kesempatan berkali-kali untuk memperbaiki diri, dan yang terpenting Lintang masih di sini.“Bunda temenin, ya.”“Bunda belum ngantuk?”Aku menggeleng sebagai jawaban. Saat itulah Lintang tersenyum simpul dan menyandarkan kepalanya di pundakku. Tidak ada yang kami lakukan, hanya diam seraya menatap lang

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Status W******p (End)

    —PoV Kelana “Apa maksud kamu?”Lututku bergetar mendengar penuturan Mas Heru. Entah apa maksud lelaki itu mengatakan hal tersbut, padahal aku tahu betul Lintang sedang berlibur dengan Omanya. Tapi, mengapa tiba-tiba dia datang dan bilang Lintang sudah tidak ada? Jelas, aku tak bisa diam saja menanggapi omong kosong tersebut. "Jangan asal bicara!" tekanku.“Mas akan ceritakan di jalan, sekarang Lana ikut Mas ke rumah sakit, please,” balas Mas Heru.Rumah sakit? Untuk apa? Demi menjawab rasa penasaran tersebut, aku mengangguk setuju. Lagipula, aku pun merasa tak tenang, seperti ada yang janggal, tapi tidak tahu apa.Saat hendak menaiki mobil Mas Heru, Angga menghalangi langkahku. “Mau ke mana?”“Saya harus ke rumah sakit.”“Dengan dia?”“Ya.”“Mohon maaf, tapi Pak Daff berpesan supaya Anda tidak lagi berhubu

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Masih Ada?

    —PoV Kelana Aku bergerak gelisah, tidurku terasa berbeda malam ini. Aku berpikir, mungkin karena tak ada Lintang. Ya, pasalnya ini kali pertama kami berjauhan. Tepat pukul dua dini hari, mataku terbuka sempurna. Entah karena alasan apa, keringat dingin membasahi tubuhku, ditambah tenggorokan yang terasa kering, padahal aku tak merasa demam. Hal pertama yang kulakukan adalah meraba tempat di sebelahku, ternyata tak ada siapa pun di sana. Sembari mengelap keringat yang terus mengucur, aku bergerak mencari Daffa. Ruangan pertama yang kusambangi adalah kamar mandi, kemudian ruang kerja, dan terakhir dapur. Namun, tak kutemukan sosok itu. Ke mana dia pergi dini hari begini? Apa menemui Nisha lagi? Lihat saja, kalau sampai itu terjadi, jangankan memberi maaf, melihat wajahnya saja aku tak sudi. Langkah kakiku bergerak menuju paviliun belakang, melihat apakah suamiku berada di sana atau tidak. Malam menjelang pagi yang dingin dan sepi, tak m

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Terungkap (3)

    —PoV Author“Selesaikan!” titah Rachel pada sosok laki-laki yang sejak tadi mengamatinya sambil bersandar di dinding dengan tangan terlipat di depan dada. Marsel mengangkat sudut bibirnya, tampak puas dengan kinerja Rachel yang tak pernah mengecewakan.“Tentu sayang, istirahatlah, bersihkan dirimu, tunggu aku di kamar,” sahut Marsel.Tanpa memedulikan percikan darah yang mengenai baju dan wajah Rachel, Marsel memeluk mesra wanita itu, disusul kecupan singkat di bibirnya. Keduanya saling berbalas senyum lebar, merasa bangga dengan apa yang sudah mereka lewati hingga sampai di titik ini.“Aku harus menemui tua bangka itu dulu,” ucap Rachel.“Baiklah,” jawab Marsel. “Kau bahagia, hmm?” sambungnya.“Tentu, aku sangat bahagia, apalagi jika menyaksikan Kelana meraung-raung karena putri tercintanya tewas ditanganku,” balas Rachel seakan tak peduli dan tak

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Terungkap (2)

    –PoV Author Sret, bugh!Lintang didorong sampai jatuh terjerembab. Ia meringis saat tubuh mungilnya bersentuhan langsung dengan dinginnya keramik malam ini. Lintang bingung, seingatnya tadi ia masih berada di depan mansion, mengapa sekarang di ruangan pengap dan gelap ini? Di mana Oma, Risya, dan Daren?Lintang menatap sekeliling, mencari keberadaan mereka. Namun, sejauh mata memandang ia tak menemukan siapapun di sana, selain dirinya dan manusia yang tadi mendorong tubuhnya dengan kasar.“Si-siapa ka-kamu?” tanya Lintang. Suaranya terbata-bata, ia merasakan aura mencekam dan tatapan tajam dari sosok di depannya.“Hai, Lintang, sudah lama tak bertemu, masih ingat Tante?”Deg!Lintang tahu pemilik suara itu tanpa perlu melihat wajahnya. Hanya saja, ia bingung mengapa mereka harus bertemu dengan cara seperti ini? Padahal, Rachel bisa datang ke rumahnya dan menemui ia, Pap

  • Di Balik Status WhatsApp Suamiku   Lelaki Bodoh

    --PoV Heru“Lana, ayo dong jawab,” ucapku seraya berjalan kesana-kemari. Sudah lebih dari tiga kali aku menghubungi Kelana, namun tak ada satupun panggilanku yang dijawab. Padahal, ada hal penting yang ingin kuberitahu pada mantan istriku itu. “Ahs! Sial! Aku harus ke rumahnya sekarang!”Aku bergegas menuju rumah Kelana dan Daffa yang berjarak cukup jauh, memakan waktu kurang lebih empat puluh menit untuk sampai di sana.Tepat pukul sepuluh malam, aku tiba di rumah itu. Namun, ada yang aneh menurutku, penjagaan di sana sangat ketat, entah apa yang membuat Daffa sampai mengerahkan lebih dari lima pengawal untuk menjaga rumah mereka.“Saya mau bertemu Daffa dan istrinya!” ucapku pada salah satu penjaga berbadan tegap dengan kepala plontos dan tatapan tajamnya.“Mereka sedang istirahat, Tuan, silakan kembali lagi besok,” balas penjaga itu.“Tidak bisa, ada hal penting yang h

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status