Ekspresi Colin langsung berubah, wajahnya terlihat agak masam.Hari ini, Colin memang tidak membawa dompet. Meskipun bisa transfer, dia tidak rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk Felita. Bagi Colin, menghamburkan uang sebanyak itu sama saja dengan pemborosan."Kak Colin, aku nggak mau direndahkan seperti ini!" Felita menarik pergelangan tangan Colin dengan manja.Nicholas tersenyum jijik, seolah menghina Colin yang tak mampu membeli baju semurah itu.Colin menarik napas panjang, lalu menjawab, "Aku masih ada urusan lain ....""Kak Colin, kok kamu gitu?" Felita pun kesal."Jangan ribut!" Colin menegur Felita, lalu membuka pintu dan pergi.Nicholas mengangkat kedua bahunya dan berkata kepada Sica, "Beri tahu manajemen tokomu untuk mencari manajer yang baru, manajer yang pintar dan bisa menilai orang. Jangan membiarkan orang yang hanya mau mencoba pakaian, tapi tidak mampu membelinya. Pembeli-pembeli sepertiku malas membeli pakaian yang sudah bekas dicoba.""Tuan, maafkan aku ...." L
"Hahaha. Oh iya, aku merasa manajer toko kurang cekatan. Ada satu pelayan yang bernama Sica, dia lumayan pintar dan memberikan pelayanan yang bagus.""Baik, aku akan segera membereskannya," jawab Yasmine.Setelah menutup telepon, Nicholas menatap Karen yang berdiri tidak jauh darinya. Nicholas tertawa saat melihat Karen yang masih tampak cemas. Dia merasa sikap Karen sangat menggemaskan."Aku baru mendapatkan informasi, baju-baju yang dibeli terlalu banyak dan cukup mahal. Jadi, biaya pengirimannya juga cukup tinggi. Biaya pengantaran ke rumah sakit sekitar 40 juta," kata Nicholas."Hah? Mahal banget! Bagaimana kalau kita bawa sendiri? Tidak perlu diantar." Wajah Karen terlihat sangat pucat."Hah? Kita bawa sendiri? Bagaimana caranya? Sebenarnya, aku tidak masalah, tapi kondisimu masih lemah. Kamu yakin mampu menenteng belanjaan sebanyak itu?" Nicholas berjalan sambil menyeringai licik.Karen sangat cemas, dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Untuk makan saja susah, bagaimana membayar
"Aku tidak bisa membantumu, semua ini keputusan yang di atas. Sebaiknya kamu segera pergi. Kalau tidak, aku akan memanggil satpam," jawab Erina dengan ketus."Bu Erina ...." Lea menangis sambil menggenggam tangan Erina. Namun, Erina tidak memedulikan dan langsung mengempaskan tangannya.Lea jatuh tersungkur, dia terlihat seperti orang gila. "Tidak, tidak! Kenapa semua jadi seperti ini?"Sica berdiri di samping sambil berusaha menyembunyikan kegembiraannya."Bu, tolong segera tinggalkan tempat ini. Jangan sampai aku memanggil satpam," Sica berkata dengan arogan."Sica, wanita tidak tahu diri!" teriak Lea."Panggil satpam, usir dia!" Sica memerintahkan beberapa pelayan yang lain."Baik!" Beberapa pelayan yang lain langsung mengangguk. Walaupun terkejut, Sica telah menjadi manajer yang baru, sedangkan Lea sudah tidak memiliki kekuasaan.Tak berapa lama, beberapa satpam masuk dan langsung menyeret Lea.Melihat karma yang diterima oleh Lea, Sica merasa sangat puas. Akhirnya, Lea mendapatkan
[ Mencintaimu? ]Nicholas penasaran, skenario apa lagi yang ingin dimainkan Felita?[ Nic, ternyata Colin bajingan, aku tidak bahagia bersamanya. Aku sangat sedih, apakah kamu mau menemaniku? Aku cuma mau ditemani jalan-jalan. ][ Boleh, di mana? ][ Aku menunggumu di Danau Rembulan. ][ Ok, aku segera ke sana. ]Setelah membalas pesan Felita, Nicholas menyimpan ponselnya sambil tersenyum licik.Danau Rembulan adalah tempat Nicholas dan Felita bertemu pertama kali. Sebelum Felita berkhianat, tempat itu memiliki kenangan yang spesial dan indah ....Namun, sekarang tempat itu bagaikan malapetaka, Nicholas bahkan enggan mengingat kenangan itu."Huh, tunggu saja sampai kucing bertanduk. Aku nggak akan pergi," Nicholas bergumam.Nicholas menoleh setelah menyadari Karen yang sedang mengamatinya. Karen memiliki bulu mata yang lentik, wajah yang mulus, kulit yang bersih, leher yang jenjang, dan mata yang bulat. Rambut yang terurai membuatnya terlihat semakin memesona.Nicholas tercengang seben
Peter terkejut mendengar jawaban Citra.Berdasarkan informasi Yasmine, Nicholas memintanya untuk datang ke rumah sakit."Maaf, bisa tolong dicek lagi? Tuan Nicholas yang memintaku ke sini," Peter berbicara dengan lembut."Aku sudah bilang, nggak ada yang namanya Nicholas!" Citra marah dan memukul meja. "Ini rumah sakit, bangsal VIP! Memangnya ini rumahmu?"Wajah Peter terlihat sangat muram. Setelah melihat penampilannya, Peter pun mengerti kenapa perawat ini bersikap ketus. Dalam sekejap, wajah Peter langsung menjadi dingin, dia tidak lagi bersikap ramah seperti di awal."Tidak ada yang bernama Nicholas?" Peter kembali bertanya."Kamu sakit, ya? Aku sudah bilang, nggak ada!" Citra berteriak.Peter mengerutkan alis, ekspresinya terlihat sangat dingin. Sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Kota Mano, Peter tidak terima diperlakukan seperti ini. Meskipun mengenakan pakaian yang biasa, kharismanya tidak bisa berbohong.Sebenarnya, Citra merasakan aura yang sangat mengintimidasi, t
Sebagai perawat di lantai VIP, Citra tidak pernah memusingkan perawat yang bertugas di bangsal biasa. Namun, berbeda dengan Rudy, dia adalah wakil kepala rumah sakit!Bagaimana pria miskin itu bisa mengenal Rudy? Siapa dia? Kenapa Rudy begitu mematuhinya dan benar-benar datang menemuinya?"Kenapa membiarkannya menunggu di lorong?" Rudy tampak marah.Citra tersenyum kaku dan menjawab, "I ... ini kan bangsal VIP, sembarang orang tidak boleh masuk. Jadi, aku mengusirnya ke lorong.""Kamus udah gila? Kamu mengusirnya ke lorong? Cepat, cari dia!" Rudy terlihat semakin emosi. Dia menunjuk Citra dan berteriak, "Sepertinya kamu sudah bosan bekerja di sini. Kalau sudah tidak mau bekerja, pergi sana!"Sekujur tubuh Citra gemetaran dan matanya berkaca-kaca. Dia merasa tidak melakukan kesalahan, ini adalah bangsal VIP, dia harus menyaring setiap orang yang masuk."Cepat, cari orangnya dan minta maaf. Kalau Tuan Peter marah, tamatlah riwayatmu." Rudy merenggangkan dasinya. Dia sudah tidak dapat men
Kamar Karen dipenuhi tumpukan baju yang berserakan. Kagetnya, baju-baju tersebut adalah pakaian yang sangat mahal. Kenapa pakaian semahal ini dibiarkan berantakan?Selain itu, penampilan Peter terlihat sangat sederhana. Dia tampak seperti penjaga kios yang berjualan di tepi jalan, sama sekali tidak ada tampang pengusaha. Yang paling mengejutkan, Peter membungkuk ke arah Nicholas, sedangkan Nicholas asyik berbaring di atas sofa sambil bermain game.Rudy terkejut melihat pemandangan ini. Dia membuka mulut tanpa tahu harus berkata apa.Nicholas melirik ke arah Rudy, lalu mengerutkan alis dan bertanya, "Ada apa?"Rudy menelan air liurnya, dia masih tidak dapat memahami apa yang terjadi."Hmm?" Nicholas mengulang pertanyaannya."Aku ... aku mencari Tuan Peter," Rudy menjawab secara terbata-bata."Oh, cari kamu tuh." Nicholas melirik ke arah Peter.Peter menjawab, "Tadi aku memang menghubunginya untuk menanyakan nomor kamar, tapi setelah Yasmine memberitahuku, aku langsung datang. Aku tidak
"Tuan Nicholas, tolong pertimbangkan permintaanku." Peter membungkukkan badan.Nicholas tersenyum dan bertanya, "Kamu mau menghadiri perjamuan dengan menggunakan identitas apa?"Peter tertegun sejenak. Kemudian, matanya memancarkan cahaya yang berbinar-binar. "Dengan menggunakan identitas sebagai bawahan Anda ....""Pulang dan pertimbangkanlah dulu. Sekarang, kondisi sedang rumit, tidak akan menguntungkan untukmu. Setelah kamu memutuskannya, hubungi Yasmine untuk memberitahuku. Aku bisa mempertimbangkan untuk membawamu ...." Nicholas tersenyum sinis."Terima kasih, Tuan Nicholas." Wajah Peter terlihat sangat bahagia.Nicholas mengangguk sambil melambaikan tangan.Bagi Nicholas, ini bukanlah masalah besar. Kalaupun Nicholas membawa beberapa teman, tidak ada aturan yang melarangnya. Hanay saja, setelah mendengar permintaan Peter, Nicholas bisa melihat keteguhan hatinya.Membentuk kubu!Keluarga Winata mempunyai kebiasaan untuk membentuk kubu. Tradisi ini sudah ada sejak belasan tahun ya