Home / Romansa / Di Bawah Kekuasaan sang Mafia / Saat Hanya Kita Berdua

Share

Saat Hanya Kita Berdua

Author: yourbby
last update Last Updated: 2025-07-14 22:14:15

Hujan tipis mengguyur Seoul malam itu. Jendela kamar hotel mereka dipenuhi embun, dan gemerlap kota tampak kabur dari balik kaca. Isabelle berdiri di depan jendela, mengenakan kimono hotel berwarna putih gading. Rambutnya digerai, basah karena hujan yang sempat membasahinya beberapa menit lalu saat mereka kembali dari dinner.

Dario mendekat dari belakang, membungkus tubuh Isabelle dengan selimut hangat, lalu melingkarkan kedua lengannya di pinggang istrinya. Dada Dario bersandar ringan di punggungnya.

“Kau menggigil,” bisiknya.

“Sedikit,” jawab Isabelle, tersenyum kecil.

Suasana hening beberapa saat, hanya suara hujan yang menetes di luar. Kehangatan pelukan itu terasa menyusup hingga ke pori-pori.

“Aku rindu seperti ini,” gumam Isabelle, matanya masih menatap ke luar jendela.

“Seperti apa?”

“Seperti menjadi perempuan yang bukan hanya pekerja di kantormu. Bukan hanya perempuan yang harus kuat setiap saat. Tapi menjadi perempuan yang hanya ingin jatuh cinta padamu lagi dan lagi.”

Dario
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Permainan Dario

    Dario membuka sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah mansionnya. Sebuah ruangan yang sudah lama tidak dibuka oleh lelaki itu. Dario menyalakan lampu ruangan yang temaram untuk memberikan sedikit penerangan.Lelaki berkaos hitam itu menatap seorang perempuan dengan rambut acak-acakan. Kedua tangan wanita itu terikat secara terentang di kanan dan kiri. Dario lalu mendekat ke sebuah lemari yang ada di sudut ruangan.Ia menarik kain yang menutupi benda tersebut. Di dalam lemari kaca tersebut terpampang berbagai senjata tajam yang mampu membuat orang yang melihatnya merinding. Dario memandangi benda yang sudah lama tidak digunakannya itu.Pandangan Dario beralih dengan perempuan yang ada di hadapannya. Perempuan itu sudah berlinang air mata. Dario dengan langkah pastinya mendekat ke arah perempuan tersebut.“Maafkan saya, Tuan,” Sera memohon dengan tangisannya.Sedangkan Dario hanya memandang perempuan tersebut dengan tatapan dinginnya. Ia hanya melihat apa yang sedang dilakukan ol

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sisi Asli Dario Mulai Terbuka

    Isabelle masih bersimpuh di depan kanvas lukisannya yang sudah rusak. Karya yang sudah dibuatnya dengan sepenuh hati itu bahkan sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Perasaannya campur aduk.Dario memasuki ruang lukis Isabelle itu dengan langkah besarnya. Di belakangnya sudah ada orang-orang berbadan besar yang merupakan suruhannya. Dario ikut bersimpuh di samping Isabelle.Emosi lelaki itu berada di atas ubun-ubun. Amarahnya membara karena mengetahui ada orang yang berani melakukan hal ini terhadap istrinya. Namun, Dario berusaha untuk bersikap tenang-tidak ingin membuat Isabelle merasa takut.“Saras,” panggilnya lembut.Isabelle dengan wajah masih berlinang air mata menoleh ke arah suaminya. Ia menyandarkan kepalanya ke lengan kekar Dario. Lelaki dengan kaos hitam itu mengganti posisinya menjadi memeluk Isabelle dari samping.“Aku sudah menemukan pelakunya,” ujar Dario dengan tenang.“Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk pelakunya?” tanya.“Apapun, Kak. Buat dia jera,” Isabelle be

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Tangisan Isabelle

    “Sarapan dulu, Kak,” ujar Isabelle pada Dario yang sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur mereka.Wanita itu datang dengan membawa nampan berisi satu set makanan di atasnya. Ia membawakan semangkuk bubur yang disiapkan oleh juru masak mereka. Isabelle menyodorkan mangkuk tersebut kepada Dario. Namun, laki-laki itu tidak bergegas menerimanya.Isabelle mendengus kecil. Ia mengerti maksud suaminya itu. Isabelle mengambil sesendok bubur dan menyuapkannya kepada Dario. Lelaki itu tersenyum tipis dan menerimanya.“Sepertinya aku harus tetap bekerja hari ini, Saras,” ujar Dario di sela menikmati sarapannya.“Apa ga bisa libur dulu,Kak? Kamu itu masih belum pulih loh, Kak,” protes Isabelle“Kau tahu sendiri Saras, sedang ada masalah keuangan di kantor. Aku harus turun tangan sendiri,” jelas Dario.“Bagaimana kamu bisa cepat sembuh kalau sedang sakit masih banyak pikiran?” wajah Isabelle berubah sendu, tetapi sedikit.“Aku hanya demam, Saras,” Dario menoel pipi Isabelle sekilas.Namun

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Dario Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Isabelle sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di ruang tengah. Kegiatan itu sengaja dipilih untuk mengisi waktu luang.“Saras,” suara yang sangat familiar terdengar di telinga Isabelle.Panggilan itu membuat Isabelle menoleh. Wanita itu cukup terkejut melihat suaminya sudah kembali ke rumah. Padahal hari masih siang, jarum pendek jam dindingnya baru menunjuk ke angka 11.“Kak, tumben udah pulang?” tanya Isabelle penasaran.Dario tidak menjawab. Pria itu berjalan menuju ke arah Isabelle. Lalu merebahkan diri di sofa yang sedang diduduki istrinya itu. Dario mendaratkan kepalanya di pangkuan Isabelle dan memejamkan kedua matanya.Isabelle heran melihat tingkah suaminya tersebut.“Kamu kenapa, Kak?” tanya Isabelle sembari membelai rambut Dario dengan jemarinya.Isabelle tersentak kaget ketika tangannya tak sengaja menyentuh kulit wajah Dario.“Kamu demam, Kak,” seru Isabelle khawatir.“Cuma agak pusing aja,” jawab Dario pelan.“Ayo pindah ke kamar, Kak. Istirahat di kamar,” Isabe

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Berkumpul Bersama

    “Kak, hari ini aku boleh pergi jalan-jalan ngga?” tanya Isabelle pada Dario ketika mereka berdua tengah menikmati sarapan di ruang makan.“Pergi kemana, Saras?” tanya Dario.“Ke mall, Kak. Rencana sama Kak Nindya. Tapi ga tau anak keuangan lainnya nyusul atau ga,” jelas Isabelle.“Leon?” tanya Dario.“Ga tau, Kak,” Isabelle mengedikkan bahu.“Aku hubungi dia dulu. Setidaknya ada yang jaga kamu,” ucap Dario.“Pengawal pribadi kamu juga harus tetap ikut,” lanjut lelaki itu.“Boleh, Kak?” tanya Isabelle antusias.“Iya, tapi dengan pengawal dan Leon,” jawab Dario.“Ada satu syarat,” laki-laki dengan kaos biru itu memandang Isabelle.“Apa syaratnya, Kak?” tanya Isabelle penasaran.“Harus sampai rumah sebelum jam makan malam. Aku tunggu kamu di rumah,” ucap lelaki itu tegas.“Oke, Kak. Syarat diterima,” jawab Isabelle dengan senyum merekah di bibirnya.Selanjutnya, Dario merogoh dompet yang ada di sakunya. Ia menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam kepada Isabelle.“Untuk belanja nanti,” uc

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Mulai Waspada

    [Beritahu Dario untuk lebih waspada Belle]Isabelle membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Keningnya berkerut karena penasaran dengan maksud pesan tersebut. Tanpa berpikir panjang, Isabelle langsung memencet logo telepon berwarna hijau untuk menghubungi si pengirim pesan.“Halo, maksudnya gimana, Kak Leon?” tanya Isabelle langsung pada inti pembicaraan ketika sudah terhubung dengan Leon, sepupunya.“Kacau, Belle,” suara Leon yang berada di sambungan telepon lebih mirip seperti orang yang sedang berbisik.“Apanya yang kacau, Kak?” Isabelle mulai penasaran.“Ada yang mencurangi penggunaan dana proyek pengadaan gedung. Dario bisa rugi jika ini dibiarkan,” Leon menjelaskan dengan serius.“Siapa pelakunya, Kak?” Isabelle mulai penasaran.“Belum tahu, Belle. Aku masih coba bantu selidiki diam-diam. Yang penting kamu peringatkan Dario untuk waspada,” jelas Leon.“Oke, Kak Leon. Makasih infonya,” ujar Isabelle.“Aku tutup dulu telponnya,” setelah itu Leon mematikan sambungan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status