Tanpa mereka sadari, tiba-tiba Dani yang sudah datang dan memakirkan motornya, masuk dan langsung bergabung dengan mereka.
"Wah...sepertinya lagi seru nih" kata dani dengan datar.
Wawan yang masih dalam posisi memeluk Icha, secara perlahan melepaskannya dan berkata,
" Kok kamu udah pulang, Dan ?"
Dani terduduk lesu di kursi paling ujung. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam tasnya kemudian mengambil satu batang dan siap membakarnya.
" Hai...disini banyak anak cewek, apakah kau akan membunuh kami dengan menghisapnya disini" protes Icha mengingatkan.
Dani menyeringai, " sejak kapan kau anti asap rokok, bukankah mulut Wawan tidak lebih wangi dari asbak ini" jawab Dani tidak terlalu serius.
"Seenggaknya kamu menghargai tamu yang baru sekali berkunjung kesini, dong" lanjut Icha seraya melirik Carine.
"Oke, aku akan mencari tempat lain untuk merokok" kata Dani seraya akan berdiri. Namun tiba-tiba Carine mencegahnya.
"Ga
Dani memasukan kembali sebatang rokok ke dalam bungkusnya, dia mengurungkan niatnya untuk merokok."Kok gak jadi ?" Protes Idha.Wawan cuma bisa tersenyum getir, "aku lupa kalau disini ada tuan putri yang anti rokok" kilahnya." Jangan mulai ya, aku cukup memberimu toleransi untuk bisa merokok disini, kenapa kau masih saja mengibarkan bendera perang kepadaku" Carine kembali berbicara dengan lantang seperti biasanya."Hai...!!! Siapa yang mengibarkan bendera perang ?, Bukankah aku tidak jadi merokok disini ?""Lalu kenapa kau masih menggunakan kata 'Tuan Putri' untuk menyebutku, bukankah itu sangat mengejekku""Lalu aku mesti memanggil kamu apa? Istriku ? Atau sayangku ? "" Dasar sinting kamu ya " maki Carine kepada Dani. Lain halnya dengan semua yang ada disitu, mereka menahan tawa mendengar pembicaraan mereka."Bisa gak sih kalian tidak ribut kalau bertemu" Idha menyela perdebatan mereka.Dalam hati Carine sebene
Sesaat semua mematung, lalu Dani tiba-tiba berdiri dan mendekati Carine, dia menyodorkan tangannya seraya berkata,"Kenalkan, Namaku Dani Prasetya"Carine belum sepenuhnya pulih dari perasaan aneh yang menggerogoti hatinya, namun Idha yang duduk disebelahnya dengan sengaja menendang kakinya dan menyadarkannya.Tanpa berdiri, Carine menyambut uluran tangan Dani seraya berkata,"Namaku Carine Pramusawari, kau cukup memanggilku Carine saja"Mereka saling tatap tanpa buru-buru melepaskan tangan mereka yang masih saling genggam.Wawan yang melihat adegan itu segera pura-pura terbatuk."Uhuk...uhuk !!!""Ada pertunjukan sinetron gratis, nih"Menyadari akan hal itu, dengan tersipu Carine menarik tangannya, begitupun Dani. Dia segera menarik tangannya dan mundur kembali ke tempat duduknya semula.Idha bersenandung kecil, " sepertinya cuma aku yang tak punya pasangan untuk membuat drama, kalau begitu sebaiknya aku pu
Wawan menggeleng, "nanti aku coba cari info ke anggota yang lain, mungkin ada yang bisa memberi solusi"."Bagaimana kalau aku coba meminjam ke kantor Papa, biasanya para tentara punya inventaris tenda yang banyak, dari segi kualitas juga aku rasa tenda milik tentara sangat bagus, lebih tebal dan sangat kuat, aku rasa meminjam 2 buah bukanlah suatu masalah." Ucap Carine dengan antusias."Selama kau bisa melakukannya, aku rasa itu ide yang bagus" kata Wawan menanggapi."Tidak masalah, sekalian aku mau minta ijin Papa untuk mengikuti kegiatan ini, selama kegiatan berhubungan dengan kampus, aku yakin Papa akan mengijinkanku."Wawan menoleh ke arah Dani, "bagaimana menurutmu, Dan ?"Dani menjawab dengan bersemangat,"Oke, berarti masalah kita sudah terpecahkan, berarti lusa kita sudah bisa mengumpulkan para peserta untuk gladi bersih sebelum hari keberangkatan".Semua tersenyum dengan perasaan lega.
"Sepertinya kita sudah melewatkan jam makan siang, apakah kalian tidak ada yang lapar ?" Suara Carine kembali memecah keheningan sesaat.Idha secara refleks melihat jam yang ada di pergelangan tangan kirinya, " gawat, sudah hampir jam 2, aku lupa kalau masih ada praktikum jam 2 nanti ".Dani mengernyitkan keningnya, "apakah Wawan tidak menawari kalian untuk makan ?""Orang sedang pacaran mana ingat dengan rasa lapar" sungut Idha.Wawan terpaksa tersenyum sambil menggaruk kepalanya, "he..he...maaf aku lupa, dari tadi kita keasikan ngobrol.""Apakah kalian mau aku pesankan makanan ?" Kata Wawan kemudian.Idha melambaikan tangan, " lupakan saja, aku sudah tidak punya waktu buat makan, aku harus segera kembali ke kampus, lagi pula aku masih bisa menahan rasa laparku""Baiklah, tanpa bermaksud mengusirmu, sebaiknya kau segera kembali ke kampus, jangan sampai kegiatan kita mengganggu kuliahmu" kata Dani kemudian."Apakah kau mau aku
"Hey...lalu nasibku bagaimana ?" Kata Carine dengan nada putus asa.Wawan melirik ke arah Dani, Dani pun mengerti maksud lirikan Wawan yang seperti sebuah pertanyaan yang tak tersampaikan."Ok, sebaiknya kita tidak menggangu Wawan dan Icha untuk berduaan." Ucap Dani kemudian."Apakah kau ingin aku pesankan taksi online, atau aku temani untuk makan siang, Carine ?" Tanya Dani tanpa nada rayuan.Carine mendesah, "kenapa kau tak menawarkan untuk mengantarku untuk pulang ke rumah?Dani agak terkejut dengan pertanyaan balik Carine."Sebenarnya aku ingin mengatakannya, tapi aku tidak punya cukup keberanian, paling juga kau akan menolaknya" jawab Dani kemudian.Carine menghela nafas, " sebenarnya aku juga masih belum mau pulang sih, jam segini di rumah mau ngapain. Bagaimana kalau kau pergi kita makan siang dulu ?""Woy...masih ada aku dan Icha disini, bagaimana bisa kalian mengabaikan kami" protes Wawan."Sepertinya kita sudah
Dani duduk diatas motornya dan belum menghidupkan mesinnya, sementara Carine juga masih berdiri menunggu Dani menyuruhnya naik."Kamu ingin makan dimana ?" Kata Dani sambil menatap Carine dengan tak acuh.Carine mengangkat bahunya sambil berkata, " terserah kamu saja, aku tak terbiasa makan di luar soalnya".Dani berpikir sesejenak, kemudia berkata,"Sebenarnya aku ingin mengusulkan suatu tempat, tapi aku tidak yakin apakah menunya cocok dengan lidahmu."Carine melambaikan tangannya, "kalau begitu bawa saja aku kesana. Aku ingin merasakan suasana makan yang berbeda""Baiklah" kata Dani sambil menyalakan mesin motornya."Ayo naik"Carine segera naik dan duduk di belakang Dani , meskipun dia berusaha untuk membuat jarak, namun jok sepeda motor sport memang dirancang posisi penumpang agak tinggi, jadi cara kerjanya, jok itu akan memaksa posisi penumpang untuk duduk lebih rapat dengan pengendara.Carine merasa canggung jika
Dani membawa motornya memasuki sebuah rumah makan di kawasan Ungaran. Sebuah daerah perbukitan di pinggiran Kota Semarang. Hal yang paling menarik dari tempat ini adalah memiliki bangunan-bangunan terpisah yang disebut Joglo untuk pelanggan yang akan makan di tempat itu.Joglo-joglo itu memiliki view pemandangan perbukitan dan menghadap langsung ke Danau Rawa Pening, sebuah danau yang menjadi icon Kota Semarang karena memiliki legenda yang di kenal seluruh masyarakat Indonesia.Dani mengambil salah satu Joglo sebagai tempat untuknya makan, dengan perasaan takjub, Carine masih berdiri dengan mata tak henti-hentinya menikmati hamparan hijau bukit Ungaran."Apakah kau sering ke tempat ini, Dan?" Tanya Carine tanpa menoleh ke arah Dani.Dani yang duduk membelakangi Carine menjawab dengan sedikit acuh, "Enggak juga, hanya sesekali saja kalau pikiran sedang kalut".Carine menoleh ke arah Dani, "apakah saat ini pikiranmu sedang kalut juga, makanya mengaja
Dani terkejut mendengar pertanyaan Carine, dia merasa salah tingkah ketika matanya bertemu langsung dengan tatapan mata Carine."Sial, pasti mulut bocor Wawan yang memceritakan masalah pribadinya kepada Carine " umpat Dani dalam hati."Tebakanku tidak salah,kan" lanjut Carine.Dani hanya menggeleng tanpa gairah, "bukan sesuatu yang bagus untuk di bahas,lagi pula darimana kau tau tentang Novi ? Apakah Wawan yang mengatakan padamu ?"Carine tersenyum"Aku tak perlu memberitahu dari mana aku tahu, karna kau sudah jawabannya.""Tapi benar, kan. fikiranmu sedang kalut karna masalah Novi ?"Dani menarik nafas dengan berat, "kau ini terlalu ingin tau urusanku" Dani berusaha tak ingin membahas masalah pribadinya, namun faktanya dia berkata,"Dia pindah Universitas yang berada jauh dari kota ini, mungkin aku akan sulit menemuinya, tapi justru itu bukan menjadi masalah bagiku, setidaknya dia tinggal bersama keluarga yang akan menjaganya"