Share

Di gereja kala itu

Author: Jenang gula
last update Last Updated: 2025-03-04 23:24:25

Dokter yang sibuk dengan komputer di depannya itu, melepas kaca mata, dan mempersilakan duduk.

Erica menarik napas panjang dan dalam sebelum mengajukan pertanyaan, “Aku tidak tahu di mana dan kenapa Jaxx tertembak, tetapi ini bukan pertama kalinya, dan aku yakin ini juga bukan yang ke dua kalinya, kan? Kemarin kamu yang menangani Jaxx, kurasa kalian saling kenal, sedangkan aku hanya orang asing yang mencintai Jaxx saja. Bolehkah aku tahu ada apa sebenarnya?”

Dokter itu tersenyum, “Sebenarnya aku bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Aku hanya membantu Jaxx selama ini dan kebetulan saja dia mempercayaiku. Jaxx punya gangguan tidur yang parah, aku memberinya obat tidur dosis tinggi awalnya, lalu menurunkan dosis seiring berjalannya waktu, dan kurasa dia mulai terbiasa.”

Erica menyimak dengan saksama.

“Jaxx sempat protes dan minta dosisnya dikembalikan, tetapi Bill bercerita kalau dia akhir-akhir ini bisa tidur tanpa obat itu, dan kurasa karena kehadiranmu.” Dokter tersen
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Tampan. bolehkah aku menciummu?

    Erica menoleh dan tersenyum kecut, “Sangat sulit, tetapi aku harus melakukannya, kan?” Kembali melahap makanannya karena Jaxx sudah keluar dari restoran itu. Jessie terkekeh, “Bagaimana pun dia memang cinta pertamamu, kan? Hanya satu yang kupikirkan, apa jika Hans tahu? Kamu siap dengan semua konsekuensinya?” Erica jadi bimbang, “Dia sangat baik dan pengertian, apa yang selama ini kujalani dengan Hans, seperti angin segar yang memberiku hidup sebenarnya. Aku memimpikan pria sepertinya dulu, tetapi Jaxx membuat semuanya berantakan. Aku ... tidak bisa menolaknya, Jessie.” “Aku cukup mengerti perasaanmu, Erica. Sekarang apa rencanamu?” Erica diam sejenak, “Aku masih mengumpulkan uang, sepertinya aku punya rencana gila, aku tidak ingin menyakiti siapa pun, Jessie.” Menggapai tangan Erica yang di meja dan meremasnya, “Aku percaya padamu. Di mana pun kamu, jaga kesehatan, aku akan mendoakan kesuksesanmu dari sini.” Erica tersenyum, ucapan itu sangat hangat sekali, “Terima kasih, Jessi

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   E H J

    Dokter itu terkekeh, “Aku benar-benar tidak menyukainya. Kalau kamu suka, simpan dia untukmu sendiri, lain kali kukenalkan ke cewekku kalau kau punya banyak waktu. Sudah sana, pulanglah! Pasienku banyak yang antre. Kamu mengganggu saja.” Jaxx terkekeh dan pergi. Sepertinya dia punya ide agar hidupnya ini tidak datar. “Ayo!” Mengajak Abi kembali ke Aganta. Hans ... baru saja tiba di rumah Rose, “Sudah berangkat?” tanyanya mendapati rumah besar ini tidak ada pemiliknya. “Lukisan yang dibeli madam Rose kemarin hanya berisi busa yang dibungkus dengan plastik hitam, jadi tadi pagi-pagi sekali madam Rose ke rumah Jaxx.” Sungguh keputusan yang berani, Hans tidak pernah menduganya, dia pun mengajak anak buahnya ke Aganta, sepertinya semua orang sudah berada di sana melanjutkan pencarian, dan benar saja, Hans sudah melihat Rose duduk seperti penguasa dikerumuni anak buahnya yang sibuk. Rose berdecap, “Jaxx memang gila. Kalau sekarang tidak ketemu, tinggal besok, dan kau harus menyeretnya

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Anak emas

    ‘Bruk!’ “Apa ini?! Buka itu, cepat!!” Napas Rose memburu, itu terlalu empuk untuk menggambarkan uang yang dibalut plastik hitam. “Ma-madam Rose?” anak buah Rose gemetar menunjukkan apa yang dipegangnya. Itu adalah buntalan yang sama dengan yang dipegang Rose dan masih ada banyak di dalam kanvas sana. Rose langsung menyambar buntalan itu dan cepat membukanya, “Apa ini? Apa ini?!” Merusak plastik hingga tercabik-cabik dan melempar setelah hanya menemukan busa di sana, “Kalian berani membodohiku. Kau akan tahu akibatnya, Jaxx. Kau akan tahu akibatnya.” Rose bersumpah akan membuat Jaxx menyesal sudah menjebaknya begini. *** Pagi ini Erica bangun lebih pagi. Entah, tidurnya tak nyenyak sedikit pun, meski begitu dia juga tak melakukan apa-apa untuk mengawali hari. Hans membuka mata perlahan dan tersenyum sambil mencium pipi Erica, “Sudah bangun?” Erica menoleh, “Apa Jane tidak keberatan kalau aku tinggal di sini?” “Apa kamu memikirkan itu semalaman? Padahal itu bukan hal yang pentin

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Robekan kanvas

    Erica mendekat dengan membawa dua minuman hangat, “Makanannya dua puluh menit lagi siap.” Meletakkan minuman di meja dan ikut duduk. Jane mengangguk, “Apa kamu suka masak, Erica?” “Tidak terlalu, Hans bilang ingin punya restoran, dia sering membuat sesuatu, jadi aku tertarik untuk coba memasak.” Jane tersenyum, ternyata diam-diam Hans mempersiapkan diri untuk usaha yang sudah dibangun. “Bagaimana pekerjaanmu, Erica?” Lupakan sejenak tentang Hans, Jane lebih tertarik dengan Erica, kemarin saja dia tidak menyangka kalau Erica berani mengakui status sosial yang bertolak belakang itu. Erica tersenyum lebar, “Lukisanku dibeli orang hari ini dan dia ingin aku membuatkan lukisan lagi untuk proyek selanjutnya, sepertinya agar sulit, dan aku kurang yakin bisa menyelesaikannya berapa lama.” Jane mengangguk, “Bukankah di sini cukup sejuk? Kebun buah dan sayur setiap pagi dan sore mengirim wangi yang segar, seharusnya kamu bisa melukis di sana dengan baik. Aku tidak memaksa, hanya menawarkan

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Pulang?

    Setelah anak buahnya pergi, Hans berbalik dan menemui Erica, dia melihat wanita itu tetap sibuk di depan kanvas, “Bukankah hari ini semua seniman libur? Mereka ikut menikmati pameran di luar, kan?” Mendekat dan melihat lukisan yang masih sketsa. Erica tersenyum, “Aku hanya akan bingung kalau berdiam diri di luar.” Setelah membersihkan kekacauan dengan Jaxx, Erica memang mulai melukis, dia ingin menuangkan sesuatu yang indah di kanvas. Hans tersenyum, sepertinya Erica sengaja bersembunyi untuk menghindari Jaxx, “Aku akan pulang, kalau kamu memang libur, maukah kamu pulang bersamaku sekarang?” Erica menoleh dan tersenyum, “Ya, setelah menghabiskan catku.” Kembali memoles siluet demi siluet yang sudah terbayang akan menjadi gambar apa.” Hans lebih mendekat lagi dan memeluk Erica, “Apa aku bisa membantumu?” Mengusap lengan Erica hingga ke jemari. Erica terkekeh, “Hans, kenapa kamu menggodaku di sini?” Berusaha lebih cepat agar catnya segera habis. Hans malah terkekeh. Ganti mendonga

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Kegirangan

    Ana langsung menoleh, lukisan senja yang indah, siapa pun yang melihat, seolah benar-benar berada di pantai dan bisa merasakan hangat oleh sinar jingga itu. “Erica.” Nama yang bahkan tak pernah didengar sebelumnya oleh Ana. “Apa dia cantik? Dia keras kepala juga? Apa dia tahu Jaxx itu setengah gila?” Bill malah terkekeh, “Cari saja harta karunnya, Nona Ana. Aku kawatir Mr. Jaxx datang sebelum kita menemukan apa pun dan menimbulkan masalah baru.” Bill menjauh meski masih berjarak aman dan memeriksa lukisan lain yang berhubungan dengan air. Ana mencebikkan bibir. Dia cukup mengerti kenapa Bill tidak mau buka suara, mungkin karena kesetiaan atau semacamnya, yang jelas Ana benar-benar ingin tahu, seperti apa wanita bernama Erica itu. Rose ... hanya duduk dan sesekali memainkan ponsel, “Berapa lama lagi?” Rasanya sangat bosan sekali dan tetap tak ada yang memberinya kabar baik. “Kami masih berusaha, Madam.” semua orang menjawab serentak membuat orang lain yang tak tahu apa tujuan Rose

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status