Home / Lainnya / Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut / Bab 5. Kalian Jual, Aku Beli!

Share

Bab 5. Kalian Jual, Aku Beli!

last update Last Updated: 2023-10-21 19:27:49

Tepat pukul delapan, aku sudah kembali ke rumah, dan mengistirahatkan tubuhku lagi sebelum mandi. Aku memilih duduk di pekarangan sebelah kanan, yang bersebelahan dengan pagar rumah Ibu Kumala. Tempat itu tertutup dari jalanan, jadi tak akan ada yang melihatku sedang beristirahat di sana.

Aku memang sengaja duduk di sana, karena aku yakin sebentar lagi Ibu Kumala akan berkumpul dengan dua penggosip lainnya di lapak Mang Al. Aku mau mendengar apa yang akan dia bahas kali ini. Dan, benar saja dugaanku.

“Eh, tahu gak! Tadi pagi si Mendy joging, lho! Pakai pakaian olahraga SMA!” ucap Ibu Kumala setengah berbisik.

Aku mengamati dari celah-celah pagar yang terhalang tanaman sirih. Aku bisa melihat wajah Ibu Kumala yang terkesan mengejek apa yang aku lakukan.

“Eh, jinja?” celetuk Ibu Yoona dengan aksen Korea dibuat-buat.

Jinja, jinja! Jijay sama kalian!

“Yang benar saja, kakak ibu? Perempuan pemalas begitu juga bisa bangun pagi dan olahraga? Tumben sekali!” timpal Ibu Sharlotta Mersedes.

Astaga! Bisa-bisanya aku dibilang perempuan pemalas!

Seketika, aku mendengar Ibu Kumala terkekeh. “Nah, bener kan! Malah pakai pakaian olahraga SMA lagi! Aku kok curiga, ya!”

Aku melihat wajah Ibu Yoona dan Ibu Sharlotta tampak penasaran dengan ucapan Ibu Kumala barusan.

“Curiga kenapa, eonni?” tanya Ibu Yoona.

Ibu Kumala menatap ke arah pintu pagarku, mungkin memastikan jika ibu belum keluar untuk membeli sayur.

“Aku curiga, dia itu sedang ketemu laki-laki! Berlagak jadi anak SMA! Mungkin, mau menggaet cowok SMA atau kuliahan!” jawab Ibu Kumala dengan bibir berkelok-kelok.

Aku memejamkan mata dengan perasaan kesal. Sudah dituduh pengangguran, pemalas, sekarang malah mengatakan aku menjebak laki-laki! Mereka benar-benar sinting!

Bagaimana kalau mereka tahu tadi pagi aku baru saja berkenalan dengan seorang pria tampan? Tapi, bukan aku yang mendekati pria itu, melainkan dia yang datang padaku? Bisa-bisa aku dibilang pakai pelet!

“Eh, masa?!” celetuk Ibu Sharlotta. “Tidak mungkin lah! Perempuan pemalas begitu, laki-laki tidak suka! Biar dia pakai seragam SD juga, tidak akan ada yang melirik! Tampang tidak bisa berbohong!”

“Bener itu, eonni!” sahut Ibu Yoona menyetujui.

Seketika, aku semakin kesal mendengar ucapan kedua ibu itu. Apa mereka pikir, aku tidak bisa memiliki pacar? Huh! Lihat saja, suatu saat aku akan punya pacar tampan, berkulit putih dan membuat kalian semua iri! Eh, kok ciri-cirinya mirip Lionel, ya! Yah, kecuali si Lionel! Sekali lagi, dia bukan tipeku!

“Duh, untung saja Britney-ku tidak seperti dia! Britney anak yang pintar, cantik, dan pekerja keras! Britney juga tampil seperti usianya! Bahkan, begitu saja banyak yang memuji dia seperti anak SMA! Bukan memancing dengan pakaian SMA!” ucap Ibu Kumala.

Ya, Tuhan! Sabarkanlah aku agar tidak mencaci-maki mereka, karena kesabaranku tidak seluas samudera, tapi hanya selebar daun kelor dan setipis tisu toilet.

“Aku yakin, kalau pun misalnya si Mendy itu punya pacar, paling juga orang enggak jelas pekerjaannya kayak dia! Berbeda dengan Britney, sekarang saja yang antre sudah banyak! Dan semuanya rata-rata PNS!”

Bangga sekali Ibu Kumala mengatakan hal itu. Aku hanya memutar bola mataku dengan malas. Kalau banyak yang mengantre, kenapa tidak pernah melihat Britney membawa pacarnya?

“Iya lah, eonni! Perempuan macam si Mendy, enggak mungkin lah ada anak orang kaya yang bakal melirik! Entar kalau sudah nikah, cuma bisa habiskan duit suami saja!” timpal Ibu Yoona, lantas mereka tertawa bersama.

Aku mengintip Mang Al yang sejak tadi hanya menggelengkan kepala, mendengar gosip TTM itu.

Tunggu saja! Kalau aku sudah punya pacar tampan dan kaya raya, akan kuajak dia berpawai keliling kompleks! Biar mata kalian terbuka! Kalian terlalu memandang rendah diriku!

Tak berapa lama, aku melihat ibu sudah bergabung dengan para TTM itu. Seperti biasa, mereka akan tersenyum ramah ketika ada ibu.

“Masak apa hari ini, Bu?” tanya Ibu Kumala berbasa-basi.

“Masak cah kangkung saja, kesukaannya Mendy,” jawab ibuku santai.

“Oh, iya Bu Ida! Kok tiba-tiba Mendy joging tadi pagi? Apa dia sudah mulai berubah, ya?” tanya Ibu Kumala.

Kulihat ibu hanya tersenyum. “Tidak masalah kan, Bu!”

Jawaban Ibu berhasil membungkam mulut Ibu Kumala, walau untuk sesaat saja. Karena, seakan lidahnya tak bisa diam sebentar, Ibu Kumala kembali berkotek tentang diriku.

“Tapi, Bu. Kayaknya ibu harus hati-hati, deh! Soalnya nih, ya! Kalau tiba-tiba anak perempuan kita yang biasanya di rumah saja, keluyuran pagi-pagi sekali, kemungkinan dia bertemu cowok, lho! Apa lagi, Mendy pakai pakaian olahraga SMA!” ucap Ibu Kumala sok tahu sekali. Dan lagi-lagi, dia selalu menekankan seragam olahraga SMA!

“Iya benar, Bu Ida! Apa lagi, Mendy kan sudah lama menjomblo! Takutnya, ada cowok tak jelas minta kenalan, dia langsung mengiyakan karena ingin punya pacar!” timpal Ibu Yoona.

Ya, Tuhan! Apakah hina sekali diriku yang lama menjomblo, sehingga mereka berpikir sampai seperti itu tentangku? Semoga mereka tidak mengetahui tentang Lionel.

Tapi, aku benar-benar sudah gerah! Aku tak bisa lagi membiarkan mereka terus membicarakan diriku yang tidak-tidak.

Aku sudah akan bangkit berdiri untuk membalas ucapan mereka, tapi aku menghentikan niatku karena jawaban ibu pada mereka.

“Maaf ya, Bu-ibu! Mungkin anak-anak Bu-ibu yang seperti itu, jadi perlu diwaspadai. Tapi, Mendy saya tidak sembarangan seperti itu. Saya kenal anak saya lebih dari Bu-ibu. Terus tentang pakaian olahraganya, itu karena dia tidak punya pakaian olahraga lain, makanya dia memakai pakaian SMA-nya. Banyak kok yang begitu, kenapa harus dipermasalahkan? Permisi, ya! Saya duluan!" ucap Ibu sambil tersenyum ramah, lalu pergi dari hadapan para penggosip itu, setelah ibu selesai membeli bahan-bahan untuk dimasak.

Sejujurnya, aku benar-benar terharu dengan ucapan ibu. Meski beliau terlihat tenang, tapi kata-katanya terkadang menusuk. Buktinya, aku bisa mendengar cibiran Ibu Kumala yang tak terima dengan perkataan ibuku.

Halah, sok membela anaknya yang tak tahu diri! Memangnya dia bersama anaknya? Dia tahu apa kalau anaknya keluar sendiri?!” gerutu Ibu Kumala.

“Tapi, memangnya kakak ibu tahu, apa yang Mendy lakukan sendiri? Kakak ibu selalu ikuti si Mendy?” Ku dengar Ibu Sharlotta menanyakan sesuatu yang cukup menggelitikku.

“Ya, enggaklah! Memangnya aku kurang kerjaan ikuti dia?!” sahut Ibu Kumala terdengar judes.

“Makanya, kalau enggak tahu apa-apa, jangan sok tahu, Bu!” timpalku sambil keluar dari persembunyian.

Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Ibu Kumala bersama kedua rekannya, juga Mang Al.

“Dari pada Ibu sibuk urusi hidup saya, mending Ibu urusi anak Ibu si Britney! Tanyain dia, mau enggak jadi babu saya! Saya masih buka lowongan, lho! Atau ibu aja, biar ada kesibukannya?!” imbuhku sambil berlalu dari hadapan mereka.

“KURANG AJAR! JAGA MULUT KAMU, YA!”

Aku mendengar teriakan Ibu Kumala padaku, tapi aku tetap berlalu. Biar saja! Jika dia bisa dengan seenaknya mengatakan yang tidak-tidak tentangku dan ibu, aku pun bisa melakukan hal yang sama pada anaknya.

Maaf saja! Aku bukan wanita-wanita lemah dan baik hati seperti di sinetron, yang hanya masuk ke kamar dan menangisi perkataan orang lain.

Kalian jual, aku beli, sayang!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 21. Berangkat ke Bali

    “Bagaimana, Bu? Persiapannya sudah selesai?” tanya Mendy yang sudah bersiap dengan kopernya. Tampak Ibu Ida keluar dari kamar, dengan membawa sebuah koper juga. Bahkan, Ibu Ida sudah mengenakan sebuah blus bercorak pantai, seakan mau menunjukkan kalau Ibu Ida mau ke pantai. Ya, pantai-pantai di Bali. “Sudah! Semua beres!” jawab Ibu Ida. Mendy terkejut dengan pakaian yang digunakan mamanya, juga kacamata hitam serta topi bundar. Benar-benar kayak orang mau piknik ke pantai. “Aduh, Bu! Bajunya diganti saja, deh!” ucap Mendy yang memikirkan bagaimana tanggapan komplotan Ibu Kumala nantinya. “Lho, kita kan mau ke Bali, jadi ibu pakai baju pantai, dong! Memangnya salah?” Mendy menepuk jidatnya. Pasalnya kan, ke Bali masih naik pesawat, bukan tiba-tiba langsung sampai saja di Bali. Mendy enggak mau ibunya jadi bahan tertawaan para tetangga Medusa, atau penumpang pesawat lainnya. “Bu, please deh!” celetuk Mendy. “Pakai baju biasa saja. Kan kita masih naik pesawat. Nanti, kalau sudah di

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 20. Rencana Liburan

    Aku baru saja menyelesaikan desain milik Tuan Lime, setelah beberapa hari berkutat dengan revisi. Pada akhirnya, hari ini Tuan Lime menerima hasil desainku. Dan, upah yang sudah kunantikan dibayar lunas. Aku berlari keluar dari kamar mencari ibu yang sedang mencuci piring di dapur. “IBU, IBU!” seruku, membuat ibu terkejut menatapku. “Duh, Mendy! Kalau kamu selalu teriak begini, bisa-bisa ibu jantungan, lho!” jawab ibu. Aku langsung memeluk ibu dengan erat, membuat ibu bertanya apa yang terjadi padaku. “Selesai ini, ibu ganti baju! Lalu, siapkan beberapa pakaian, dan kita akan ke Bali selama 3 hari!” ucapku membuat ibu melongo. “Bali? Kita ke Bali?” tanya ibu seakan tidak percaya dengan kata-kataku barusan. Aku berputar di hadapan ibu seperti permainan gasing, karena geregetan dengan ibu. “Iya, Bu! Ke Bali! Mendy akan pesankan tiketnya hari ini juga!” seruku tak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Tak menjawabku, ibu malah membilas tangannya, dan menarikku ke meja makan. “Jelask

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 19. Kebetulan dan drama

    Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00. Para Medusa, Britney dan Edy sudah pulang sejak pukul 12:00 tadi. Kini, hanya aku bersama Ibu dan Lionel. Mbak Dewi juga sudah disuruh ibu untuk pulang. "Hari ini sampai di sini saja dulu, ya! Nak Lionel, kamu boleh pulang. Biar ibu dan Mendy yang melanjutkan sisanya," ucap ibu pada Lionel yang baru selesai memajang beberapa pakaian.Aku hanya terdiam dengan tampang cemberut level dewa. Bisa-bisanya dia masih di sini, setelah tadi dia berbisik manja dengan Britney! Dasar pengkhianat! Padahal, hari-hari sebelumnya, dia menempel padaku! Bahkan, sedetik sebelum berbisik dengan Britney, dia masih tersenyum padaku! Tapi, dalam sekejap dia sudah beralih pada Britney! Huh!Eh, tapi kok aku kesal, ya? Seharusnya kan aku senang, karena si Lionel bersatu dengan sejenisnya! Dengan begitu, dia tak lagi menggangguku! Tetap saja! Selama dia masih berkeliaran di dekat ibu, aku tak rela! Kalau mau mengikuti Britney, jangan ada lagi di sekitarku maupun ibu! Berg

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 18. Permintaan Britney?

    “Wah, wah! Tumben sekali melihat kamu di sini!” sindirku pada Britney yang sedang asyik membantu Lionel.Mendengar suaraku, Britney dan Lionel langsung mengangkat kepalanya, dan menatapku. Sejurus kemudian, Britney sudah berdiri di sampingku sambi tersenyum, diikuti Lionel. Aku berkacak pinggang melihat keduanya.“Kamu juga di sini? Harusnya, aku yang heran lihat kamu di sini!” Entah kenapa Britney terlihat heran karena kehadiranku.“Biasanya kamu enggak ada, tuh! Kok, tumben banget hari ini kamu di sini?” tanya Britney lagi.Aku mengerutkan kening. Apa artinya ini? Memangnya, Britney selalu ke sini?“Kenapa? Ada yang salah?” balasku ketus. “Ini kan butik ibuku! Aku mau ke sini kapan saja, terserah aku, dong! Kok situ yang sewot? Kecuali, aku yang menanyakan kehadiran kamu?! Untuk apa ke sini? Buat ngutang?!” Terang-terangan aku bertanya di depan Lionel. Wajah Britney seketika memerah dan gelagapan.“Aduh, Mendy ini suka bercanda! Jangan dengarkan dia, Lionel!” jawab Britney sam

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 17. Lah, kok malah ....

    “Pergi!” Aku membuka pintu keluar, dan menyuruh Lionel untuk segera keluar dari butik ibu. Siapa dia, sih sampai ibu bela-belain dia untuk membantu ibu? Padahal, dia tidak punya hubungan apa-apa dengan kita! Cuma karena pernah menolongku sekali, ibu langsung menganggap Lionel adalah orang yang baik. Padahal, ibu tidak tahu saja kalau si Lionel itu penguntit! Aku yakin, dia punya rencana busuk mendekati ibu! Atau, jangan-jangan .... Aku menggelengkan kepalaku, tak mau memikirkan apa yang baru terlintas. Enggak, enggak! Enggak mungkin kan, Lionel suka sama ibuku? Dia mendekati ibu, supaya bisa meraup keuntungan dari bisnis ibu?! Aku semakin kesal pada Lionel, karena pikiranku sendiri. “Mendy, kamu ini kenapa, sih?” tanya ibu sembari mendekatiku. Di belakang ibh, Lionel sedang menundukkan kepala, seperti seorang bocah yang kena tangkap mencuri. “Bu, dia siapa sih, sampai ibu selalu bersama dia?! Pakai minta bantuan dia buat beres-beres begini?!” jawabku, sesekali menunjuk ke arah

  • Di Gosip Para Tetangga, Namaku Disebut    Bab 16. Kekesalan Mendy

    “Selamat pagi, Kak Mendy.”Aku mengangkat wajahku pada sumber suara. Tampak Edi – anak kedua Ibu Kumala, yang entah kenapa berbeda 180 derajat dengan Ibu Kumala dan Britney – menyapaku.Yang aku tahu, Edi bekerja di luar kota sebagai karyawan asuransi. Mungkin, saat ini dia sedang cuti jadi pulang ke rumah.Edi adalah sosok yang jarang bicara. Yah, tipe introvert begitu lah! Tapi, itu dulu. Ketika dia masih jadi anak sekolah, setiap melihatku maka Edi akan pura-pura mencabut rumput. Dia tak menegurku sama sekali.Tapi, setelah bekerja, dia mulai jadi orang yang ramah pada semua tetangga. Berbeda dengan ibu dan sang kakak.Kalau si anak ketiga – Heri – sikapnya rada-rada mirip Britney alias suka pamer. Saat ini, Heri yang berbeda 5 tahun dariku, sudah bekerja di salah satu kantor pemerintahan di kota lain. Setelah tamat SMA waktu itu, dia mengikuti tes yang dibuka, dan rupanya dia lulus.Bayangkan bagaimana senangnya Ibu Kumala dan Britney. Selama satu bulan, pembicaraan mereka h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status