Beranda / Romansa / Di Kejar Mantan Suami Arogan / Mungkin Jadi Yang Terakhir

Share

Mungkin Jadi Yang Terakhir

Penulis: Sugianti Bisri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 22:06:01

"Hei....apakah kau ingin menahanku di sini?"

Janus  sengaja menahan diri meskipun dia masih ingin melakukannya lagi. Tapi dia sudah janji pada Hawke, dia akan menjemputnya di bandara malam ini.

Jika  melihat ekspresi Fey  yang begitu memohon, dia tidak tega jika tidak membantu Fey melepas keinginannya.

Fey tersipu, tapi dia hanya bisa mencondongkan tubuh ke depan.  Menekan tubuhnya ke tubuh Janus lebih dalam. Dia ingin melahap  senjata pusaka Janus yang  besar itu dalam-dalam. Dia berkata dengan genit, “Kau yang  membuat aku  seperti ini."

"Aku?" Dia bertanya sambil mengerucutkan keningnya.

"Kau yang mau minta nambah, kenapa aku yang disalahkan?"

Tangan Janus segera meraih pergelangan tangan Fey dan membuatnya menyentuh  miliknya.

Fey  memegang  tongkat pusaka yang sudah mengeras  itu sambil menatap Janus dengan mata yang berkaca-kaca.  Sentuhan jari-jarinya yang lembut rupanya juga memberikan kenikmatan  bagi Janus.

"Kau tidak menyukainya?”

"Aku harus pergi. Hawke sudah menunggu aku di bandara. Jika kau masih mau lagi, cepat selesaikan,"

Sikap Janus yang menahan diri untuk tidak tergoda  itu membuat Fey tersipu. Matanya berkabut, dan dia benar-benar kewalahan oleh hasrat dalam dirinya yang sudah tidak bisa dia tahan. Dia selalu menginginkan lebih setiap sentuhan yang diberikan Janus  padanya.

Akhirnya, melihat penampilan yang sudah tidak terkendali, Janus  tidak kuasa untuk bertahan. Ketika Fey menekan senjatanya dan menggoyang  pinggulnya dengan lembut,  membuat dia memejamkan matanya.  Dia dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Kenikmatan yang ada di depan mata atau segera bertemu dengan wanita pujaannya yang sudah lama hilang entah kemana?

Janus  sebenarnya menyukai sikap Fey saat melayani dirinya di tempat tidur. Selama hampir  tiga tahun bersama, tidak ada kata lelah jika mereka sudah terlibat dalam permainan yang panas ini.

Dia merasa  tidak cukup jika hanya satu kali. Selalu begitu. Jika dia tidak ada janji, dia juga masih ingin bersama Fey lebih lama. Menikmati malam terakhir mereka dan memberikan kesan pada wanitanya bahwa kebersamaan mereka selama ini bukan suatu kesalahan mereka sama-sama butuh pasangan berkencan.

Fey sudah  seperti seorang musafir yang  haus di padang  pasir.

Janus membantunya dengan mengerahkan lebih banyak kekuatan, seolah-olah dia ingin mendapatkan semua penyelesaian yang tidak akan pernah dia alami lagi setelah malam ini.

Janus sudah hafal betul bagaimana membuat Fey  yang sudah tidak berdaya itu menuju puncak kebahagiaannya. Dia membiarkan Fey melakukan apapun pada dirinya hingga mereka beberapa menit kemudian, tubuh mereka merasakan getaran  yang luar biasa. 

Ketika mereka sudah sama-sama tidak terkendalikan, konsentrasi keduanya menjadi buyar begitu mendengar suara panggilan yang menggema di seluruh ruang kamar.

Fey kaget. Dia melihat hp Janus yang tergeletak di meja, di samping  tempat tidur, tidak hanya bergetar tapi juga menyala dan mengeluarkan suara yang begitu memekakkan telinga.

Tidak biasanya Janus membuat moda ponselnya begini. Hp yang  bisanya selalu berasa di moda silent itu nyaris membuat Janus tidak mendengar jika ada pesan atau panggilan yang masuk.

Kali ini?

Sudah jelas kalau dia sangat menantikan panggilan itu.

Sepertinya Janus tidak ingin melewatkan panggilan dari wanita yang  begitu dia inginkan ada di sisinya sepanjang masa.

Fey hanya melirik,   dia  bisa melihat ID penelepon, dan  tertegun.

Sesuai apa yang dia pikirkan.

Nama "Hawke" langsung menusuk matanya.

Jadi Janus benar-benar takut dia tidak mendengar saat Hawke menelepon?

Apalagi ketika Janus langsung mencabut senjata pusakanya dan  langsung mengambil ponsel itu. Hatinya sakit.

Untuk sesaat, Fey hanya bisa tercengang. Dia bahkan tega melepas miliknya ketika mereka sudah ingin mencapai puncak kemenangan hanya karena panggilan telpon wanita itu.

Sekarang dia baru sadar, memiliki Janus dalam tiga tahun terakhir, bukan berarti dia bisa mendapatkan cintanya.  Mimpi yang dia rencanakan, Janus akan menerima dirinya seiring berjalannya waktu hanya ada dalam angannya saja.

Mimpi yang terlalu indah, yang dia bangun dalam pikirannya sehingga   sehingga dia tidak ingin bangun meskipun sudah saatnya untuk terjaga.

Fey tersenyum tak berdaya dan sedih.

Bagaimana bisa dia menahan Janus yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya.  Dia berbalik untuk melihat wajah tampan Janus yang tanpa ragu mengambil ponselnya.

Seakan sadar kalau dirinya akan membuat Janus jadi canggung, dia segera bangun dari tempat tidur.

"Baiklah, kau boleh pergi menjemputnya,"

Setelah berkata begitu, Fey langsung pergi ke kamar mandi.

Setelah Fey keluar dari kamar mandi, dia melihat Janus selesai menjawab panggilan dari Hawke. Dia langsung mengenakan pakaiannya.

Sosoknya sangat sempurna.  Bahunya lebar dan pinggangnya sempit tercetak sempurna di balik kemeja slim fit yang dikenakannya.

Otot-otot di tubuhnya menambah  keseksiannya. Penampilannya yang sangat tampan membuat Janus  menjadi pria  idaman berjuta wanita di luar sana.  Belum lagi Fey juga  harus mengakui kalau   pria ini sangat jago di ranjang.

Setelah mereka berhubungan badan selama  hampir tiga tahun lamanya, hari ini, saat mereka sama-sama terbakar dalam nafsu yang tidak terkendalikan,  dia harus mengikhlaskan Janus  dipanggil pergi oleh wanita lain. Perasaan ini sangat konyol.

“Aku pergi dulu. Besok Caelum akan mengantar kau ke rumah sakit. Aku ingin kau operasi selaput darah agar pria yang bersamamu kelak tidak kecewa dengan keadaanmu,"

Setelah mengenakan pakaiannya, Janus memperlihatkan  kembali  karakter aslinya. Dingin dan tanpa perasaan.  Seolah-olah tidak terjadi apapun diantara mereka.

 "Ya." Fey hanya mengangguk patuh dan tidak menolak.

“Minggu ini aku tidak  pulang. Jika Nenek tanya, bilang kalau aku banyak kerjaan. Ada proyek baru yang sedang aku tangani.” Suara Janus masih lembut, tapi tidak ada kehangatan sama sekali.

Fey sedikit terkejut.  Akhir-akhir ini mereka memang sering pulang di akhir pekan karena Nenek yang minta. Hanya karena wanita itu, Janus menjadi seorang  bajingan. Demi cinta sejatinya, Janus sudah berubah menjadi pria yang  berdarah dingin.

"Baik," sahut Fey sambil menelan ludahnya yang sudah kering.

Janus  kembali berkata  dengan tenang, "Kau tahu kalau Hawke kembali, kan?"

Fey hanya mengangguk pelan.

"Ya, aku tidak mau Nenek dan keluarga kita tahu.  Tolong jangan bilang apapun sampai aku sendiri yang akan menyampaikan kebenarannya,"

Fey  menyadari bahwa Janus  tidak pernah memberikan  tempat khusus di hatinya. Kebersamaan mereka selama ini hanya sebatas kebutuhan biologis semata.

Dia tersenyum dan berkata dengan suara lembut, “Iya aku tidak akan mengatakan apapun tentang Hawke. Kau tidak perlu khawatir,"

Setelah rapi, Janus membungkuk dan mencium kening Fey dengan lembut. Dia berkata dengan suara yang nyaris tidak terdengar, "Aku percaya, kau tidak pernah mengecewakan aku, Fey."

Kelembutan itu bak silet yang tajam dan menyeset hati Fey  pelan dan berulang-ulang.

Sakit sekali mendengar kata-katanya itu tapi Fey memang  gadis yang selalu bisa menyembunyikan perasaannya. Dia masih bisa tersenyum dan membalas dengan lembut dan meyakinkan,"Ya, kau bisa mempercayai aku,"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Gara-Gara Si Otak Mesum

    Fey tidak ingin membahas kehamilannya sekarang. Dia belum siap dengan tanggapan Janus dan dia juga belum tahu apa yang akan terjadi kedepannya karena ada perasaan yang mengganjal dihatinya tapi dia sendiri tidak bisa menerka.“Tidak usah. Aku cukup nyaman kok mengenakannya.Tidak usah dilonggarkan lagi,”“Oke,"Nahlah langsung mengangguk. Janus pun merasa lega. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto mereka di cermin. Fey kaget, ini untuk pertama kalinya Janus melakukan selfi dengannya. Janus memperlihatkan hasilnya pada Fey, "Serasi, kan?”Dalam foto itu, Fey meletakkan tangannya di punggung karena dia ingin membuka gaunnya sedangkan Janus tersenyum melihat ke arah kamera. Fey hanya tersenyum. Pada saat itu mereka punya pikiran sendiri-sendiri tentang itu.*****Setelah mencoba gaun pengantin, Janus mengantar Fey kembali ke rumah. Fey tidak ada kegiatan apapun selain melakukan revisi skripsi Janus yang sudah dia selesaikan semalam.Perbaikannya sudah dia kirim dan men

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Menjawab Keraguanmu

    Keduanya segera membantu Fey mengenakan gaun. Janus tersenyum dan menundukkan kepalanya. Dia mencium punggung Fey dengan penuh cinta. “Jangan kau pikirkan apa yang dikatakan Terra. Yang paling penting saat ini, aku sedang mencoba gaun pengantin bersama orang yang paling aku cintai,”Fey tersenyum. Meskipun dia tahu kalau Janus hanya menghiburnya, dia merasa bahagia. Setidaknya Janus menunjukkan pada kedua staf itu kalau tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan saat ini.Fey sudah melepas bluesnya, ketika dia minta staf yang memegang gaun pengantin untuk membantunya, Janus menghentikannya. Tubuhnya yang tinggi dia gunakan untuk mengurung Fey hingga tak tersentuh oleh siapapun. “Aku sudah bilang kalau aku yang akan membantu kau mencoba gaun ini, kau tidak membutuhkan orang lain,”Janus sangat tidak berdaya melihat punggung Fey yang terbuka. Dari pantulan kaca, dia juga melihat dada Fey yang membusung. Dia sering melihat pemandangan seperti ini, bahkan dia juga kerap melihat F

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Fitting

    Gaun pengantin itu sangat cantik, model terbaru yang baru saja dikerjakan oleh perancang terkenal di negeri ini. Ini serasa mimpi, Fey hanya bisa memandanginya, seakan itu adalah barang berharga yang takut untuk di sentuhnya.Gaun itu berlengan pendek yang mengikuti bordir bunga pada ujungnya hingga membentuk lengan yang cantik pada manakin itu. Leher yang berbentuk V dikelilingi berlian yang berkilau, “Cantik sekali,” Fey tidak tahan untuk tidak memujinya.Pada bagian pinggangnya dirancang sangat ketat dan pasti akan menampilkan sosok yang bagus bagi siapapun yang memakainya. Rok panjang yang menjuntai hingga ke lantai dibuat mengembang seperti payung.Saat dikenakan, pasti akan bergoyang-goyang karena bahannya yang halus dan lembut.Bagian ujung gaun itu tertutup payet dan memantulkan kemilau yang indah di bawah cahaya ruang yang sangat terang pada saat itu. “Ini pasti sangat mahal,” Fey menafsir harganya ketika seorang staf datang mengagetkannya.“Gaun ini dipesan oleh Pak Janus d

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Tanyakan Dulu

    “Nenek ada apa?” tanyanya begitu mengangkat panggilan. Suara Janus terdengar sedikit tidak ramah.“Ada apa?” balas Nenek dengan suara yang terheran-heran. “Janus… Bisa-bisanya kau bilang begitu pada Nenekmu?” sergahnya. Suaranya dipenuhi amarah. Bagaimana tidak, ini sudah malam. Dia dan anak mantunya sudah berkumpul di rumah, berharap Janus datang untuk menjelaskan ini semua tapi pikirannya itu salah.Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Janus malah tidak pulang. Tidak memberi kabar apapun tentang rencana besarnya itu. Siapa yang tidak emosi kalau punya cucu yang kelewatan begini.“Apa kau merasa terganggu kalau nenek menelponmu? Apa kau sangat sibuk hingga….,”“Iya, Nek. Ada apa? Apa nenek tidak salah bertanya begitu? Bukan sekarang saja Nenek menelpon aku dan tidak pernah mau tahu aku sedang apa, kan?”“Apa kau masih menganggap wanita tua ini sebagai nenekmu?”“Heh…ada apa lagi ini?” Janus sudah bisa menebak apa yang ingin ditanyakan Neneknya makanya tiba-tiba menelpon, marah-marah

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Ingin Kunikmati Perasaan ini

    Suaranya terdengar sangat menyenangkan, seperti seorang bapak yang tengah membujuk anaknya untuk makan. Magnetis dan dalam. Membuat Fey terhipnotis.Tanpa diminta lagi, Fey membuka mulutnya, Janus menyuapkan makanan itu dengan sangat hati-hati. Perasaan yang tidak bisa Fey gambarkan segera merayap dalam pikirannya. Andai Janus semanis ini memperlakukannya, dia pasti akan mencintai pria ini lebih dalam lagi. "Tapi apakah dia melakukan ini hanya karena aku sedang kesal dengannya. Apa karena dia ingin menebus rasa bersalahnya?” tanya Fey pada dirinya sendiri.Apapun yang Janus pikirkan sampai dia mau melakukan ini, Fey ingin menutup mata dan telinganya. Dia ingin menikmati perhatian Janus yang mungkin akan dia lakukan sekali ini saja. Dia ingin bahagia, ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai. Menikmati bagaimana rasanya dimanjakan oleh orang yang dicintai walaupun dia tidak yakin kalau Janus melakukannya dengan hati.Saat dia memikirkan itu, tanpa terasa air mata jatuh dari sudut

  • Di Kejar Mantan Suami Arogan   Sindiran Halus

    Karena Janus sudah berjanji tidak akan menyentuhnya, dia cukup tahu apa maksud dari ucapan Fey itu. Dia menahan langkahnya, sampai Fey benar-benar masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, barulah Janus berbalik. Dia tidak meninggalkan kamar itu tapi memilih duduk di sisi tempat tidur dan mengeluarkan ponselnya. Janus memesan makan malam untuk mereka berdua.Dia hanya tersenyum getir ketika mendengar suara gemercik air. Dia tahu kalau Fey sudah membohonginya. Dia sebenarnya tidak ingin buang air besar tapi mandi.Ya, wajar dia melakukan itu. Selama mereka menikah, Janus tidak pernah sepeduli ini padanya. Dia datang ke kamar ini ketika dia membutuhkan tubuhnya, dia akan pergi setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Dia tidak pernah bertanya, apakah Fey capek atau tidak karena banyak tugas-tugas dari dosen yang harus diselesaikan, bukan hanya tugasnya sendiri tapi harus menyelesaikan semua tugasnya.“Apa pernah dia memperhatikan apa yang Fey lakukan setelah mereka bercinta. Berdiam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status