"Ibu ada urusan sebentar." Jawab Noorma keadanya sambil tersenyum. Nadia terlihat begitu suka dengan suasana taman tersebut, suasana hijau dilengkapi dengan warna-warni bunga, dan kicauan burung serta kupu-kupu yang berterbangan. "Kau ingin ada taman seperti ini di rumah kita?" Tawar Gio yang meng
Nadia memandang anak laki-laki yang dipanggilnya Alta tersebut. Dia hanya diam, entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Sedangkan Gio tak bisa menutupi rasa kecewanya, dia bisa menerima kehadiran anak Leo di tengah-tengah mereka, dan dia pun bersedia menganggap anak Leo sebagai anaknya sendiri
"Akak." Pelan Alta bocah kecil itu berucap, dia memberontak meminta lepas dari pangkuan Nadia. Setelah Nadia melepaskannya bocah itu, Alta berjalan sedikit berlari menghambur pada Hanna. Dua perempuan yang selama ini bersahabat, saling berpandangan dengan pandangan yang sulit diartikan. Keduanya s
Mobil yang membawa Nadia dan Gio melaju dengan kencang membelah jalan raya yang sedikit lengang. Melihat istrinya sedang menangis dan juga suasana hatinya yang sedang tidak baik membuat Gio tidak fokus dalam mengemudikan mobil. Alasan keamanan, akhirnya Gio memilih untuk menepi ke pinggir jalan. Pas
Hanna sedang asyik bermain bersama Alta anaknya, dipandanginya ranjang yang sudah ditata sedemikian rupa indahnya dengan taburan bunga berbentuk hati, ranjang itulah yang telah disiapkan untuk malam pertamanya nanti bersama Gio. Awalnya Helena menginginkan kamar utama yang biasanya ditempati oleh Na
"Kita hadapi ini bersama, Dia." Nadia menganggukkan kepalanya tanda sepakat dengan sang suami. Gio mendekatkan kepalanya ke telinga Nadia, lalu membisikkan sesuatu. "Terima kasih semalam sudah merecharge semangatku." Gio tersenyum menggoda dihadapan istrinya tersebut.Nadia tersipu malu, hingga rona
Gio membuka pintu kamar tamu, dilihatnya Hanna yang terlihat cantik dan anggun dengan dandanannya, di sisi lain kamar itu dilihatnya Alta yang sedang bermain bola. Senyum merekah di bibir Gio, membuat Hanna merasakan adanya getaran di dadanya yang tak bisa dia bendung. Gio memandang lekat wajah Alt
Gio tersenyum menyeringai dan menatap dingin kepada Hanna. "Kemarin aku memberimu kesempatan untuk berpikir, jadi gunakan setiap waktu yang ada untuk berpikir, karena dalam hal ini bisa jadi pada akhirnya kau yang mundur, bukan aku." Hanna memalingkan mukanya, dia menyadari kesalahannya, tetapi di