Share

Bab 2

Penulis: Forest
Tengah malam, di ruang tamu tidak ada lagi suara gaduh tadi, aku termenung dan meringkuk di atas tempat tidur, tetap tidak bisa menahan air mata mengalir.

Aku mengambil foto di meja samping tempat tidur, menyentuhnya, berkhayal merasakan kembali kebahagiaan saat itu.

Aku tersenyum getir, Rio telah lama memblokirku dari Instagramnya.

Benar juga, pasangan yang bermesraan dengannya bukanlah aku, bagaimana mungkin akan membiarkanku mengetahuinya.

Aku mengira dia mencintai kepolosanku, ternyata yang dia cintai adalah kepercayaanku sepenuhnya padanya.

Sembilan tahun penuh... aku sama sekali tidak menyadarinya.

Tatapanku tertuju pada tabletnya, setelah memasukkan tanggal ulang tahun Nadia, akhirnya terbuka.

Melihat isi Instagram-nya, hatiku seperti tertusuk paku tajam.

Setiap tahun di hari ulang tahun pernikahan, dia selalu menggunakan pekerjaan sebagai alasan untuk bermesraan dengan Nadia.

Semua latar belakang layar obrolan adalah foto dirinya dan Nadia.

Yang menjadi milikku, hanyalah laporan pemeriksaan saat keguguran anak kami tahun itu yang terjadi secara tidak sengaja.

Kolom komentar penuh ucapan doa, tetapi juga tidak sedikit yang meragukan, Rio meninggalkan komentar dengan tegas.

[Pernikahan tidak seharusnya menjadi batasan, aku hanya ingin bersama orang yang benar-benar kucintai.]

Air mata membasahi layar dan mengaburkan pandanganku.

Aku dengan tangan dan kaki yang terasa dingin mematikan tablet, hatiku sangat sakit hingga kepalaku mati rasa.

Mengeluarkan laporan yang terlipat-lipat itu dan setelah melihat diagnosis yang kejam itu, aku tidak bisa menahan dan menangis lagi.

Aku berusaha menahan diri, menelepon sahabatku yang seorang pengacara.

“Melinda, Rio selingkuh... Aku akan kirimkan bukti yang sudah dikumpulkan padamu. Aku ingin bercerai dengannya, jika terjadi sesuatu, aku akan membawanya ke pengadilan.”

“Rio selingkuh?” seru Melinda terkejut, nada suaranya dipenuhi rasa tidak percaya.

Sejak menikah dengan Rio, aku menjadi ibu rumah tangga, benar-benar terisolasi dari dunia luar, satu-satunya temanku yang tersisa adalah Melinda.

Tiba-tiba malah menghubungi dan memberikan berita yang heboh.

Aku dengan tenang mengiyakan.

Demi Rio, aku sudah berkorban begitu banyak.

Melinda langsung menerima permintaanku, aku memotret dan menyimpan semua yang kulihat di Instagram Rio dan berencana menyewa sendiri tempat tinggal di luar.

Aku pun mulai mengemasi barang-barang di vila.

Rio sering sibuk bekerja, semalaman tidak pulang adalah hal yang biasa.

Barang yang bisa menghubungkanku dengannya tidak banyak, hanya ada sembilan pasang anting-anting di dalam lemari perhiasan.

Aku akhirnya mengerti arti dari sembilan pasang anting-anting ini.

Setiap satu kali Rio selingkuh, dia akan memberiku sepasang anting-anting.

Sembilan pasang anting-anting ini adalah simbol perselingkuhannya yang kesembilan tahun.

Aku berdiri di depan lemari, mulai merasa linglung.

Aku pernah mendengar tentang hubungan Rio dan Nadia, tapi aku pikir setelah menikah, tidak akan ada yang terjadi lagi.

Jelas-jelas Nadia yang mencampakkan Rio.

Ketika baru mengenalnya, dia terluka sangat dalam karena cinta, aku pikir kehadiranku membuat cintanya bangkit kembali, jadi aku pasti akan baik pada Rio.

Cinta Rio memang bangkit kembali, tetapi bukan padaku.

Ketika mengemasi koper, aku tidak sengaja melirik sebuah kotak kayu kecil di atas rak buku.

Terkunci dengan kata sandi, tetapi tetap adalah tanggal ulang tahun Nadia.

[Aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Jessica, tetapi aku memberi diriku waktu satu bulan, jika menyesal, aku akan menghancurkan surat perjanjian perceraian itu.]

[Tapi yang aku cintai tetap adalah Nadia, dia tidak bisa tanpaku.]

Setiap goresan tulisannya tercatat dengan rapi.

Ternyata di tempat yang tidak aku ketahui, Rio begitu merindukan Nadia.

Bahkan ada banyak barang yang kuinginkan tapi tidak pernah dia berikan kepadaku.

Dia sama sekali tidak pernah melupakan Nadia, hanya saja di tempat yang tidak terlihat olehku, diam diam mencintainya.

Di bagian paling bawah laci rak buku, ada surat perjanjian perceraian yang sejak awal dia sudah tidak sabar menandatanganinya.

Aku kehilangan semua tenaga untuk melawan.

Seolah berada di dalam gudang es, malam ini aku lewati dengan hati yang sangat sakit.

Langit perlahan terang, aku mengabulkan keinginannya, menandatangani surat perjanjian perceraian itu...
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 10

    Aku pun bertumpu pada tongkatku, berjalan dengan pelan namun pasti menuju ruang kemoterapi.Setidaknya sekarang aku masih bisa berjalan, masih bisa makan.Tidak lama lagi, aku hanya akan bisa terbaring di tempat tidur dengan selang-selang tertancap di seluruh tubuhku.Di hari-hari terakhir, aku sama sekali tidak ingin bertemu Rio.Tiba-tiba, aku menghentikan langkah kaki, berbalik dan berkata padanya, “Rio, sekarang aku memberimu dua pilihan.”“Yang pertama adalah sekarang ikut denganku ke Dinas Catatan Sipil untuk mengambil akta cerai, yang kedua adalah melakukan gugatan perceraian, pilihlah sendiri.”Setelah aku mengatakan ini, Rio benar-benar hancur.Setelah beberapa menit, sekelompok polisi bergegas tiba di rumah sakit.Nadia dan Rio pun dibawa pergi.Ketika Nadia berjalan melewatiku, dia kembali berteriak dengan kata-kata kasar padaku.Rambutnya berantakan, terlihat kesehatan mentalnya sedikit tidak normal.Rio memohon untuk menemaniku menyelesaikan pemeriksaan kali ini, aku langs

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 9

    Seluruh tubuh Rio bergemetar, Nadia memegangi tangannya, suaranya gemetar.“Rio, kamu jangan begini... Aku tidak bisa hidup tanpamu, kamu sudah tidak ingin menikahiku? Aku sedang hamil anakmu!”“Nadia, aku ingin menemani Jessica untuk mengobati penyakitnya.”Rio dengan tenang menatap Nadia.Nadia menggelengkan kepala, tidak bersedia menerima.“Rio, kamu bohong! Jadi semua janjimu padaku itu juga palsu? Aku melepaskan segalanya dan datang mencarimu, kamu malah begini padaku!”“Aku benci kamu! Aku benci kamu!”Aku menatap Nadia cukup lama, dia juga bisa dibilang adalah korban.Jika bukan karena semua janji Rio, bagaimana mungkin dia tanpa mempedulikan apapun datang mencarinya?Yang dicintai Rio hanya dirinya sendiri.Tidak peduli Nadia dan dia sudah menghabiskan berapa banyak waktu.Setelah dia tidak cinta lagi, seketika semua rasa cintanya bisa hilang.“Kenapa! Aku bersedia hamil karena kamu bilang menginginkan anak! Kamu bilang Jessica tidak bisa hamil anakmu, kamu sama sekali tidak me

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 8

    Saat Nadia melihatku, seketika wajahnya masam, dengan tatapan menantang dia menatap seluruh tubuhku dari atas hingga bawah.Dia dengan sepatu hak tingginya, melangkah dengan sombong lalu mengambil topi di atas kepalaku, detik berikutnya, dia tertawa terbahak-bahak.Wajahnya tampak jelas olehku, rasa malu melandaku.Dia dengan jijik menutup hidungnya, menertawakanku.“Jessica, rambutmu rontok semua? Hahaha… Kamu tidak bercermin dan melihat seperti apa dirimu sekarang?”“Dasar jalang, kenapa kamu tidak langsung mati saja? Kamu pasti sengaja!”“Aku sangat membencimu, sejak kamu pergi dari rumah, Rio terus melamun setiap hari.”“Kenapa kamu tidak mati saja!”Nadia marah sambil menunjukku, dadanya terlihat naik turun karena marah.Sementara aku meringkuk karena perut bagian bawahku sakit.Sialnya kali ini aku datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan, malah bertemu Nadia.Aku memaksakan diri untuk berdiri, bertatapan dengan Nadia.“Kembalikan topiku, aku tidak ada waktu untuk disia-siakan den

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 7

    “Jessica, kita tidak seharusnya berakhir seperti ini, sekarang aku hanya ingin menemanimu menjalani pengobatan dengan baik.”Sekarang apa pun yang dia katakan terdengar lemah dan tidak berdaya, aku menatap wajahnya yang kebingungan.Bibir Rio bergetar, jangan-jangan dia benar-benar merasa bersalah kepadaku?“Aku memang pernah berpikir untuk bercerai, tetapi aku tidak pernah benar-benar memutuskan, Jessica, jika aku benar tidak mencintaimu, aku pasti sudah mengeluarkan surat perjanjian perceraian sejak awal! Hubungan kita selama sembilan tahun, apa bisa begitu saja kamu buang?”“Ditambah kamu sekarang sedang sakit parah, kamu tidak bisa hidup tanpaku! Bagaimana mungkin aku tega meninggalkanmu sendirian?”“Tapi bukankah kamu sudah bilang, Nadia meninggalkan segalanya dan datang mencarimu, kamu harus memberinya sebuah keluarga, sekarang dia mengandung anakmu, kamu rela meninggalkannya?”“Tekadku sudah bulat, kamu jangan membujukku lagi, ambil saja akta cerai hari ini.”Melihatnya tidak be

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 6

    Itu adalah Nadia, begitu tidak sabar membawanya pulang?Lalu masih berpura-pura menelepon untuk mencoba mempertahankanku, apa maksudnya?“Jessica, Rio bekerja keras demimu akhir-akhir ini dan mendapatkan libur beberapa hari ini, kamu malah bersikap tidak masuk akal, bahkan mengarang cerita tentang kanker ovarium segala.”“Kamu tidak boleh menyia-nyiakan cinta tulus Rio.” Suara Nadia terdengar manja, sungguh munafik hingga membuat orang jijik.Kenapa aku seperti ini, di dalam hati Rio dan Nadia paling jelas.“Apa kalian tidak lelah berpura-pura? Rio, kamu yang ingin bercerai denganku, aku mengabulkannya, apa lagi yang masih membuatmu keberatan?”“Aku sudah menandatanganinya, jika waktunya sudah tiba, pergi ke Dinas Catatan Sipil untuk mendapatkan akta cerai.”Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup telepon dengan tegas.Setelah mengatakan semua ini, aku malah merasakan kelegaan yang belum pernah ada.Rio begitu mencintai Nadia, aku hanyalah orang yang hampir mati, mengalah sebelum

  • Diagnosis Kanker di Hari Ulang Tahun Pernikahan   Bab 5

    Aku mengusap mataku yang perih, ponsel yang terus bergetar membuatku semakin resah. Dia juga tidak berhenti menelepon, aku tidak punya pilihan selain menjawabnya.Suara cemas terdengar dari telepon.“Mulai main kabur-kaburan dari rumah lagi? Kamu kira dengan begini aku akan merasa bersalah?”“Siapa yang menyuruhmu seenaknya membuka rak bukuku, aku tidak akan mengakui surat perjanjian itu!”Rio sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk menyela.Bukankah dia yang paling menginginkan perceraian? Kenapa sekarang dia mempertanyakan aku yang menandatanganinya?Aku menghela napas panjang, menahan rasa tidak nyaman di tubuhku.Akhir-akhir ini nafsu makanku tidak bagus, kadang bahkan muntah darah tanpa sebab, aku tahu aku tidak punya banyak waktu lagi...Nadaku tenang, berbicara dan menyela Rio, “Aku hanya saja tiba-tiba merasa perceraian lebih baik untuk aku dan kamu.”Rio terdiam beberapa detik, kemudian dengan marah membentakku, “Omong kosong!”“Jessica, jika ada yang membuatmu tidak sen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status