Home / Romansa / Diana, The Virgin Wife / Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

Share

Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

Author: Jessie White
last update Last Updated: 2021-08-21 12:59:06

Dino dan Liana segera memaksa Diana dan Richard masuk ke dalam kamar Diana. Liana mematikan lampunya dan berpesan kalau Diana dan Richard menyalakan lampunya, maka mereka akan dipaksa berciuman depan orang tua Diana.

"Sungguh kejam! Emang kita anak-anak," batin Diana. Tapi mereka ngga punya pilihan lain. Dino dan Liana bisa menjadi sangat keras kepala kalau sudah ambil keputusan.

Richard memilih duduk di ujung tempat tidur dan Diana juga duduk di ujung satunya lagi. Mereka berdua duduk dalam keheningan. Ketertarikan seksual diantara keduanya hampir memuncak. Dengan adanya sedikit cahaya dari arah luar kamar yang menembus ke jendela, Richard sesekali melihat bibir Diana dan menelan ludahnya. Dia melihat sosok Diana yang sangat menarik di matanya. Sayangnya, Diana tidak bergeming. Richard pun menahan dirinya.

"Hmm, Diana?"

Diana menjawab, "Iya Richard."

"Agak aneh sih kalau kita diem-dieman gini. Tujuh menit lumayan lama lho. Gimana kalau kita tanya jawab biar kita juga lebih saling mengenal?"

"Okay boleh, Richard. Aku juga ngrasa aneh sih kalau diem-dieman kayak gini," jawab Diana sambil tersenyum. Hati Richard terasa meleleh melihat senyuman indah itu.

Richard memulainya, "Hmm okay, aku duluan ya..., Kamu suka warna apa Diana?"

"Merah. Kalau kamu?"

"Aku suka hitam. Oh ya, kalau boleh tahu merahnya seperti mawar?"

"Iya. Kok tahu?"

"Di ruang tamu kan ada lukisan bunga mawar. Tadi aku berpikir pasti salah satu diantara kalian menyukai bunga mawar merah."

Diana tersenyum mendengarnya. Pengamatan Richard ternyata detail juga. Richard membalasnya dengan senyuman juga. 

"Kenapa kamu suka warna hitam? Aku kira putih. Kan Luscious Foods dicat putih," tanya Diana.

"Almarhum ayahku paling suka melukis menggunakan dengan dasar cat warna hitam. Beliau berkata warna hitam adalah warna netral yang melekat dan bekerja dengan baik apabila dikombinasikan dengan warna lain. Kombinasi hitam dengan warna lainnya menimbulkan harmoni visual yang kuat. Contoh gampangnya logo Blackpink, mereka pakai warna pink yang feminin dicampur warna hitam yang kuat. Orang-orang jadi tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Selain itu, hitam juga berarti berani, kuat, dan sedikit misterius."

Diana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku ngga tahu pandanganmu tentang warna sampai sedetail itu. Tapi memang bener sih, logo Channel yang hanya hitam dan putih malah memenangkan persaingan industri fashion dibandingkan dengan logo yang beraneka warna."

Richard tersenyum dan berkata kepada Diana, "Iya betul. Walaupun warna ada yang hitam dan yang putih, tapi hidup manusia ngga ada yang benar-benar hitam maupun putih. Makanya, manusia tertarik pada warna-warna yang kuat dan berdefinisi tersebut. Mereka berharap kalau mereka akan kuat dan punya karakter tegas seperti warna itu. Termasuk aku."

Diana tertawa. Dia menoleh ke arah Richard, "Lalu kenapa Luscious Foods kamu cat putih?"

Richard segera berdiri. Diana menatapnya tanpa berkedip. Richard melangkan dan duduk kembali tepat di samping Diana, "Sorry Diana, tadi aku ngrasa kita jauh-jauhan. Akan lebih nyaman kalau aku duduk disini. Is it okay?"

Jantung Diana berdegub kencang. Dia mengangguk pelan dan menjawab, "It's okay."

Richard menoleh ke arah Diana dan melemparkan senyum kepadanya, "Okay, waktunya jawab pertanyaanmu. Kalau masalah restoran, ngga mungkin dong aku cat hitam semua. Apalagi pangsa pasarku anak-anak mahasiswa yang suka foto. Jadi konsepnya harus instagrammable dan ceria. Kalau hitam semua, bisa-bisa resto dikira studio foto atau parahnya tempat perkumpulan sekte sesat."

Diana tertawa keras. Dia mengangguk-anggukan kepalanya sambil tertawa. Richard tersenyum. Wajahnya memerah melihat Diana tertawa. Untungnya gelap, jadi tidak terlalu kentara.

Diana segera bertanya kepadanya, "Oh ya Richard, aku keinget pas tadi makan malam, Tadi kamu bilang, kalau gundul jadi ngga bisa godain cewek ya? Emang mantan kamu berapa?"

Richard terkejut Diana menanyakan mengenai mantan. Apa itu berarti Diana mulai menaruh rasa kepadanya?

Richard tersenyum lebar lalu menjawabnya,"Mantanku ada dua. Yang satunya teman sekolahku SMA dan satunya temen jurusanku di kuliah. Aku tipe orang yang bisa dibilang setia ya karena minimal pacaran itu dua tahunan. Pacar pertamaku 2 tahun dan pacar keduaku 3 tahun. Abis itu putus dan jomblo sampai sekarang."

Diana ikut tertawa dan berkata kepadanya, "Sorry Richard. Awalnya aku kira kamu playboy. Terus kalian putus kenapa?"

Richard berbisik di telinga Diana, "Karena aku ganteng ya makanya kamu sebut playboy?" Diana langsung menunduk. Wajahnya memerah. Richard menyenggolnya, "Aku cumen bercanda, Diana."

Diana tersenyum tipis. Richard menatap lurus ke depan dan menjawab pertanyaan Diana sebelumnya, "Karena mereka selingkuh dan selain itu juga mereka beda agama denganku."

"Oh, aku kira kamu atheis," kata Diana sambil tertawa.

Richard terlihat kesal. "Tuh kan pemikiranmu tentang aku salah semua. Untung kan ada kita ikutan truth or dare, jadi kita bisa saling kenalan lebih jauh. Gantian ah, kalau kamu gimana Diana?"

"Mantanku itu ada yg anak olimpiade, anak basket, sama anak band. Komplit lah. Penyebab putusnya pun beda-beda. Yang anak olimpiade putus karena aku gagal masuk lomba debat, yang anak basket putus karena dia gay, dan yang anak band," Diana berhenti bicara mendadak. Dia teringat masa-masa itu ketika dirinya putus dengan Adam.

"Ada apa Diana?" tanya Richard pelan. Diana menarik nafas panjang. Jangan sampai ingatannya tentang Adam merusak situasi sekarang.

"Sorry, tadi cumen keinget sesuatu. Jadi yang anak band, kami putus karena selingkuh di belakangku."

Diana sengaja tidak menginformasikan mengenai hubungan terlarangnya dengan Adam kala itu. "Memalukan!" pikir Diana.

Richard menangguk dan berkata lagi, "Lucu banget sih mantan-mantamu Di, tapi itu beneran ada yang gay? Kok bisa ketahuan?"

"Mereka berciuman dan kepergok olehku. Akhirnya aku interogasi dia dan dianya ngaku."

Richard tertawa lepas. Diana pun tertawa mengingat Ayden juga. Richard bertanya lagi kepada Diana, "Terakhir kamu kan pacaran waktu SMA. Pernah ada kepikiran buat buka hati lagi jalin hubungan baru?"

Suasanya menjadi hening. Diana belum menjawab apapun. Richard berkata dalam hati, "Kalau Diana bilang dia ngga mau buka hati, berarti riwayatku cumen sampe sini. Sekian dan terima kasih."

Richard menunggu jawaban Diana dengan sabar. Diana akhrinya menjawabnya, "Iya. Aku juga pengen pacar, tapi belum ketemu yang cocok."

"Emang kamu suka cowok yang seperti apa Diana?"

"Baaaaaaaa!!!!!!!" tiba-tiba pintu kamar terbuka. Liana dan Dino segera menyalakan lampunya. Diana bernafas lega karena dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Richard tadi.

Dino bertanya kepada mereka, "Jadi dari tadi kalian ngapain? Kok masih pake baju?"

Diana segera mengambil bantal dan melemparkannya ke muka Dino, " Dasar mesum!" Dino tertawa terpingkal-pingkal.

Liana berkata, "Kalian tau ngga kalian di dalem itu uda dua puluh menitan dan kita diem aja karena takut ganggu kalian."

Richard terkejut dan segera melihat jam tangannya. Dia berkata kepada ketiga sahabat karib itu, "Aku pulang duluan ya. Masih harus ke resto ini karena besok ada pesenan. Kasian temen-temen yang nglembur disana."

Diana kecewa. Dia berharap bisa bersama Richard lebih lama lagi. Diana berkata kepada Richard, "Ya udah, aku anterin kamu ke depan ya."

Richard mengangguk. Dino akhinya juga berkata, "Kalau gitu gue pamit sekalian aja ya. Uda malem."

Liana menjawab, "Ih ngga seru, malah pada pulang cepet."

"Lain kali kita main lagi. Gue juga masih kudu cari jurnal online nih. Dosen gue minta lusa dikasih referensi-referensinya."

"Ya uda deh. Gue anterin juga ke depan," kata Liana. 

Mereka pun sampe ke depan rumah. Richard berkata pada Dino, "Kosanmu mana, No? Mau aku sekalian anterin?"

Dino menggeleng dan menunjukkan rumah kosannya, "Ngga perlu. Itu kosanku. Deket kan?"

Richard pun berkata kepada Diana, "Tolong pamitin ke om tante ya."

Diana mengangguk.

"Aku pulang dulu ya semuanya." Richard melambaikan tangan dan segera masuk ke mobil sedannya.

"Hati-hati ya Richard," kata Diana sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Richard melemparkan senyum kepada Diana dari dalam mobil.

Begitu mobil Richard pergi, Liana langsung menyenggol Diana, "Misi kita sukses malam ini Diana. Tos dulu!". Liana menaikkan tangannya.

"Tos!" kata Diana sambil menepuk telapak tangan Liana.

Dino melihat mereka sambil geleng-geleng, "Temen-temen gue kayak anak TK."

"Bodo amat," jawab Liana sewot.

"Udah ya gue pulang duluan. Selamat beberes rumah, para wanita!" Dino melambaikan tangan dan berjalan ke arah kosannya.

"Ati-ati ya No," teriak Liana. Dino hanya mengacungkan ibu jarinya ke atas kepalanya.

Diana dan Liana segera masuk kembali ke dalam rumah untuk beres-beres rumah. Diana bagian membereskan dan mengelap meja sedangkan Liana bagian cuci piring. Karena mereka terbiasa bekerja sama untuk membersihkan rumah, jadi mereka sudah tahu tugas masing-masing. Mereka juga menyimpan snack-snack yang masih tersisa dan sisa-sisa minuman yang masih ada. 

Setelah semuanya selesai, Diana dan Liana segera masuk kamar masing-masing untuk beristirahat. Diana ganti baju dan merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dirinya terbayang-bayang Richard. Penilaiannya tentang Richard salah besar. Dibalik ketampanannya, ternyata dia adalah pria yang sangat cerdas dan punya filosofi kehidupan yang dalam. Jarang ada pria yang demikian.

Diana segera melirik hpnya dan terlihat ada notifikasi. Jantungnya berdebar-debar.

RICHARD : Hi Diana. Aku sudah sampai resto. Masih harus nglembur nih. Kamu istirahat aja ya. Sweet dream!

Diana tersenyum-senyum sendiri membaca pesan Richard. Dia mulai mengetik.

DIANA: Semangat ya lemburnya. Jaga kesehatan disana. Besok aku mampir restomu buat bicarain menu tadi. See you Richard!

RICHARD: Okay Diana. Tak enteni tekamu sesuk (saya tunggu kedatanganmu besok)

Diana tertawa membaca pesan Richard. Dia geli sendiri kalau ingat Richard. Wajah kebule-bulean tapi ngomong bahasa jawa. Mungkin Richard memang lebih mirip almarhum ayahnya. Kalau ibunya sama kakaknya kayak gimana ya? Diana juga bertanya-tanya mengenai hal itu.

"Ah Diana, baru juga ketemu Richard kemarin uda berharap ditemuin sama keluarganya!", kata Diana dalam hati.

Diana berusaha memejamkan matanya dan akhirnya dia tertidur pulas.

Tanpa diketahui Diana, nun jauh disana, di Resto Luscious Foods, Richard sedang merayakan keberhasilannya menaklukkan hati orang tua Diana bersama Bono.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 30. Keputusan Richard

    Diana menarik nafas panjang. Dirinya melihat ke arah Pak Putu yang sedang sibuk menandatangani dokumen di meja kerjanya."Diana, ada apa?"Diana hanya tersenyum dan menggeleng. Pak Putu heran melihat sikap Diana yang tak biasanya."Kenapa Diana? Kelihatannya kamu ada sesuatu?"Diana menggeleng dan menjawab, "Maaf, belum pak. Saya ngga ada masalah apa-apa kok. Saya hanya kagum sama bapak, itu dokumennya banyak sekali," kata Diana sambil menunjuk dokumen-dokumen di atas meja Pak Putu. Pak Putu tertawa mendengarnya.Diana berkata lagi, "Richard sudah pulang ke Jogja karena ada masalah dengan bisnisnya."Pak Putu mengernyitkan dahinya, "Masalah apa Diana?"Diana menggeleng, "Saya juga kurang tahu pak. Dia begitu mendadak dan setiap saya tanya dia hanya bilang semua akan baik-baik saja. Katanya dia bisa menangani semuanya.""Bapak percaya kok pacarmu bisa mengatur semua masalahnya. Yang penting kamu tetap ada di sisinya baik dalam s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 29. Berita Luscious

    Baru saja Diana mau menceritakan permasalahannya, tiba-tiba pintu kamar Diana digedor. Richard dan Diana langsung menoleh ke arah pintu. Hati Diana berdegub kencang. Richard memegang tangan Diana dan mencoba menenangkannya."Sebentar baby. Aku buka dulu pintunya," kata Richard kepada Diana.Diana mengangguk. Richard segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depan Richard terlihat Dino berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Bajunya basah keringat dan rambutnya terlihat sangat berantakan. Richard mengernyitkan dahinya."Dino, abis ngapain?"Dino memegang gagang pintu kamar dan mencoba mengatur nafasnya, "Gue lari dari Club. Takutnya ngga keburu kalau naik taksi. Gimana Diana?" tanya Dino lagi tanpa basa-basi.Richard tersenyum dan berkata kepada Dino, " Dia udah baikan kok. Aku juga uda ngomong baik-baik sama dia. Dia ngerti kok.""Syukurlah. Gue ngga mau Diana kenapa-kenapa. Richard, wanita itu gila. Masak dia bilang dia masih cinta sa

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 28. Masa Lalu Richard

    "Di, lo ngga coba ke dokter aja?" Tanya Liana kepada sahabatnya yang masih bercucuran air mata."Ngga mungkin dong Li kalau gue ke dokter dan bilang kalau gue ngga bisa berhubungan seks. Kita hidup di timur. Pasti tuh dokter mikir macem-macem tentang gue," sahut Diana.Liana menghela nafas panjang. Dia berkata pelan dan sejelas mungkin,"Di, sekarang seks bukan hal yang tabu lagi. Lo berhak tau apa yang terjadi sama tubuh lo."Diana menatap mata Liana tajam kemudian menggeleng, "Ngga Li. Tetep aja pasti dokter bakalan mikir macem-macem. Sekarang tenang aja. Kemungkinan karena gue ngga relaks. Gue pasti akan nemu jalannya nanti. Mungkin sama Richard akan beda ceritanya. Mungkin dia bisa bikin gue nyaman yang bikin gue bisa berhubungan sama dia."Liana tersenyum dan mengangguk, "Moga-moga aja ya Di karena itu. Gue harap Richard beneran bisa bikin lo bahagia."Setelah berkata demikian, Liana menarik nafas panjang dan berharap di kemudian hari benar-ben

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 27. Awal Keterbukaan

    Diana, Richard, Liana, dan Dino menikmati malam mereka di salah satu kelab malam atau yang sering disebut club. Mereka menengguk alkohol ringan dan menari bersama di lantai dansa. Diana menari berpasangan dengan Richard sedangkan Liana berpasangan dengan Dino.Richard berbisik di telinga Diana,"Baby, aku sampe sekarang masih belum percaya lho kamu jadi pacarku."Diana tertawa mendengarnya. Dia lalu mendekati Richard dan mencium bibirnya. Richard pun membalas ciuman Diana sambil memeluk Diana lebih erat. Mereka berciuman dengan intens sampai Liana dan Dino menolehkan pandangan ke mereka dan Liana berdeham sambil terbatuk yang disengaja.Diana pun melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah Liana dan Dino sambil tersenyum. Liana mencoba berkata kepadanya namun Diana tidak dapat menangkapnya karena hingar bingar musik di sekelilingnya. Diana hanya memberi kode kepada Liana dan Liana pun segera menutup mulutnya.Diana dan Richard pun menari sambil menatap mata s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 26. Berdamai

    Dino dan Liana menunggu Richard di luar kamar Diana. Mereka berharap sekali Diana tidak lagi marah kepada mereka. Liana sesekali melamun mengingat momen-momen persahabatan mereka. Liana betul-betul tidak mau hubungan romantisnya dengan Dino menganggu persahabatan mereka bertiga yang sudah terjalin lama sekali.Begitu Richard keluar dari kamar Diana, mereka langsung menghampiri Richard. Tanpa basa basi, Dino bertanya kepadanya, "Bagaimana Diana? Apa dia mau maafin kita?"Richard tersenyum dan berkata kepada mereka berdua, "Dia butuh waktu. Biarkan dia menenangkan dirinya. Kalau dia sudah siap, dia pasti keluar."Liana tampak kecewa namun dia bisa menerimanya. Richard menepuk bahu Liana dan berusaha memberikannya semangat, "Sabar ya Liana. Diana pasti sebentar lagi keluar kok ketemu sama kalian. Dia tadi sudah tenang, hanya butuh waktu sebentar saja."Liana mengangguk. Hatinya sesak namun dia paham dengan perasaan Diana juga.Richard berusaha mengali

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 25. Cerita Kelly

    "Kowe ki jadian karo Diana ora kondo-kondo karo aku? Parah kowe Ric! (Kamu itu jadian dengan Diana tidak bilang-bilang ke saya? Parah kamu Ric!)" teriak Bono dari ujung telepon. Richard tertawa dan hanya meminta maaf kepada sahabat dekatnya itu."Sorry Bon. Lagian itu kejadian kemarin. Oh ya, thanks ya tipsnya."Bono tertawa di ujung sana, "Tuh kan beneran nasihat master Bono itu tokcer. Oh ya Ric, kasih tahu keluargamu juga, atau harus aku yang bilang ke Boni sama Sharon? Kamu beneran serius sama Diana kan? Bukan cumen main-main?"Richard terdiam sejenak lalu berkata ke Bono, "Serius lah! Aku ngga mau main-main sama dia. Dapetin dia aja uda susah. Nanti aku aja yang kasih tahu keluargaku dan aku mau bilang ke mereka kalau aku emang serius sama Diana.""Baru kali ini kamu kedengeran yakin banget sama cewek. Kamu kan baru pacaran Ric!""Ngga tau kenapa ya Bon. Tapi begitu ketemu Diana sejak pertama kali, aku tahu dia itu memang ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status