"Maaf Boss, Nona Emily dilempar dari atas tebing ke laut—" Anak buah Rayden yang seharusnya menjaga Emily Carter melaporkan pekerjaannya yang terkesan gagal.Saking terkejutnya, Rayden tertegun beberapa saat sebelum amarahnya meledak. Dia menggampar wajah anak buahnya itu dengan keras hingga mulut pria itu memuncratkan darah mendarat di lantai penthousenya."Bodoh! Kau masih berani melaporkan hal sefatal itu kepadaku?!" teriak Rayden sarat akan emosi dan hatinya seolah teremas kuat begitu sakit.Dengan merangkak ketakutan ke kaki Rayden karena takut bosnya kalap menembak kepalanya, Enrico Guiterez mengatakan, "Ada beberapa pria yang menolongnya dari dasar laut, Tuan Dabusche. Wanita itu masih hidup, hanya saja kami kehilangan jejaknya setelah dari rumah sakit."Mata Rayden memicing lalu berkata dengan nada mengerikan yang menaikkan bulu kuduk, "Kalau kau berani membohongiku maka akan kupastikan nyawamu melayang langsung menuju gerbang neraka, Enrico!"Dia memiliki rencana untuk menemu
"Emily—" Murat memanggil nama kekasihnya itu sembari membuka pintu ruang kerja jaksa. Namun, ruangan itu kosong melompong tak ada orang. Dia pun masuk dan berjalan ke meja kerja Emily. Tas kerja dan ponsel wanita itu masih ada di atas meja, tetapi kemana Emily? pikir Murat. Dia lalu melirik ke bunga mawar segar yang ada di vas kaca. Kemudian sebuah amplop berwarna merah jambu itu menarik perhatian Murat, ia membaca isi surat di dalamnya."Tuan Dabusche sepertinya melakukan kebiasaan lamanya, menculik Emily!" ujar Murat dengan nada sedikit kesal bercampur setitik kelegaan. Lebih baik Emily bersama Rayden daripada ditangkap atau dicelakai oleh pembunuh suruhan keluarga Crawford lagi. Sepertinya ia harus sedikit bersabar kali ini.Menurutnya, bila Emily ingin menjadi pendamping hidupnya, wanita itu harus menyelesaikan segala hubungannya dengan pria-pria menarik di masa lalunya. Max Levine, fighter pro MMA itu juga terkadang masih menghubungi Emily serta sesekali menemuinya. Besok seusai
Pagi itu Rayden mengantar Emily berangkat kerja ke balai kota Chicago. Wanita itu memaksa Rayden untuk bangun pagi karena persidangan akan dilangsungkan pukul 09.00 waktu Chicago. Tentunya Emily memiliki banyak hal yang harus ia persiapkan sebelum melenggang ke ruang sidang."Hey, Baby ... ingat kau harus pulang ke penthouseku. Nanti sore aku akan menjemputmu lagi," pesan Rayden sebelum Emily turun dari mobil Lambhorgini miliknya. Dia meraih wajah wanita itu lalu melumat bibirnya dengan begitu posesif. "Katakan kau mencintaiku, Emily!" tuntutnya.Emily menepis segala keengganannya karena dia butuh untuk cepat turun dari mobil pria Perancis sialan itu. "I love you, Ray. Sayang, sampai nanti sore, oke?" ujar Emily dengan nada lembut semaksimal yang dapat ia usahakan.Rupanya usahanya tak sia-sia dan Rayden mulai melunak. Pria itu menjawab, "I love you too, Emily. Pergilah bekerja, sampai nanti sore!"Maka Emily pun memasang senyumnya dan segera turun dari mobil sport mahal itu. Dia ber
"Yang Mulia Hakim Malcom, saya ingin memanggil saksi pertama Brent Cunningham untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait kasus pembunuhan berencana mendiang Ronald Banning dan Thomas Simpson serta keluarga Cassandra Olivia Barnes," ujar Emily berdiri di balik meja jaksa penuntut umum menghadap Hakim Malcom."Silakan panggil saksi Brent Cunningham," jawab Hakim Malcom mengabulkan permohonan Emily.Pria berambut pirang cepak dengan postur tegap ala perwira kepolisian itu dihadirkan di kursi saksi. Dengan segera Emily melangkah ke hadapan Brent Cunningham dan bertanya, "Selamat pagi, Brent. Anda harus menjawab sejujur-jujurnya dan berpijak pada kebenaran sesuai sumpah saksi persidangan. Saya ingin bertanya apa benar Tuan Gordon Crawford yang memerintahkan beberapa pembunuhan atas korban Ronald Banning dan Thomas Simpson, serta keluarga Barnes?"Sebenarnya Brent Cunningham takut untuk bicara jujur, senator itu bisa menghabisi nyawanya. Namun, bila dia menimbang-nimbang lagi maka jauh lebi
Kilatan kamera wartawan menyerbu sosok Emily yang mendadak populer karena keberaniannya menyeret senator yang berkuasa 3 periode berturut-turut ke meja hijau. Selama ini belum ada satu pun jaksa maupun hakim yang berhasil menyidangkan kasus kejahatan Senator Gordon Crawford sekalipun ada berderet daftar kejahatan yang telah pria itu lakukan di masa lampau sejak ia menjabat sebagai senator.Bahwasanya menghilangkan nyawa orang hanya seperti melenyapkan nyamuk atau lalat pengganggu. Nyawa seolah murah di hadapan pria itu. Namun, Emily Carter membuat perbedaan kali ini, dia jaksa wanita pemberani yang sanggup menerima semua ancaman pembunuhan atas dirinya selama waktu-waktu jelang sidang.Murat melindungi tubuh Emily dari desakan para wartawan yang ganas memburu berita panas itu dibantu petugas keamanan pengadilan yang berjaga di ruang sidang tadi.Akhirnya mereka terlepas dari kejaran wartawan dan berhasil turun ke lantai 1 tempat Emily berkantor. Murat mengunci pintunya dari dalam. Kem
Mendengar pertanyaan Murat tentang apakah dia mau memperjuangkan cinta mereka? Emily pun menjawab, "Ya, Murat. Aku akan berjuang demi cinta kita. Kumohon bertahanlah untukku, kali ini kau harus merelakanku berada di sisi Rayden seusai bekerja hingga pagi."Rasanya jantung Murat seperti ditusuk sembilu, dia benci harus melepaskan wanita yang ia cintai ke pelukan pria lain. Dimana logikanya pria yang mau melakukan pengorbanan sebesar itu? Menyiksa diri sendiri demi prinsip sialan yang dipegang teguh oleh sang kekasih, haruskah?Namun, Murat telah menjalani yang jauh lebih buruk di masa lalunya ketika keluarganya dibantai oleh kaum pemberontak. Dia pun berkata, "Aku akan menunggumu, Emily. Berjanjilah bahwa cintamu hanya ada untukku sepenuhnya."Tatapan mata hazel itu terselimuti oleh selapis kaca bening yang perlahan retak dan luruh menjadi butir-butir kristal di pipi halusnya. Telapak tangan Emily menangkup wajah Murat lalu ia menjawab, "Terima kasih, Kekasihku. Aku janji seluruh cinta
"Pejamkan saja matamu, Emily!" pinta Rayden sembari memasang penutup mata kain warna hitam ke mata wanita itu.Setelah itu ia juga mengikat pergelangan tangan Emily dengan tali khusus yang memang dipakai untuk bondage couple sexual activity, kuat tapi tidak mencederai kulit. Rayden menarik lepas handuk yang melilit tubuh Emily hingga wanita itu telanjang di hadapannya. Begitu menggoda indera penglihatannya setiap lekukan feminin yang ada di tubuh Emily, sebuah ciptaan Tuhan yang sangat sesuai untuk memuaskan gairah seorang pria.Di tengah kamar tidur Rayden, wanita itu berdiri dengan kedua tangan terikat di balik punggungnya, matanya tertutup, detak jantungnya berpacu oleh sebuah rasa excitement. Namun, Emily terdiam tak ingin mengatakan apapun, dia hanyalah budak seksual bagi pria Perancis itu.Kulitnya meremang kala sentuhan ringan seperti bulu menuruni tubuhnya dari lehernya ke lembah di antara buah dadanya lalu ke rusuk serta perutnya. Rayden mengamati reaksi Emily dengan bulu ang
Sidang kedua kasus Crawford pagi itu dimulai dengan sesi pemaparan barang bukti berupa rekaman pembicaraan telepon antara Gordon Crawford dengan Douglas Archer yang isinya tak lain adalah perintah melenyapkan nyawa Cecilia Sommerhalder yang memberikan ancaman bagi karier Henry Crawford, puteranya yang akan maju di bursa pemilihan senator periode selanjutnya."Bisa dipastikan bahwa Tuan Douglas Archer statusnya masih buronan kepolisian Chicago atas tuduhan pembunuhan terhadap Cecilia Sommerhalder dan dua orang pria di toilet sebuah bar yang berlokasi di tengah kota Chicago," ujar Emily dengan jelas dan lugas.Selanjutnya rekaman pembicaraan telepon Gordon Crawford kembali diperdengarkan kali ini kepada Kapten Ryan Falderson yang menyuruh perwira tinggi kepolisian Chicago itu agar melenyapkan barang bukti di kantor Letnan Benjamin Roosevelt. Kemudian disusul dengan rekaman percakapan dengan Brent dan Louis untuk menembak mati Ronald Banning dan Thomas Simpson, dua mendiang ajudan Emily