Share

Emily Rose Carter

Penulis: agneslovely2014
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-10 16:34:39

*20 tahun kemudian*

Siang itu ruang sidang begitu hening ketika jaksa penuntut umum membacakan tuntutannya terhadap terdakwa di sidang pemerkosaan seorang gadis 17 tahun.

"Bapak Hakim Yang Terhormat, setelah Jaksa Penuntut Umum mempelajari barang bukti, saksi ahli dan wawancara persidangan dengan terdakwa, saya memutuskan untuk memberikan tuntutan hukuman maksimum penjara seumur hidup kepada terdakwa," ucap Emily dengan tegas membacakan tuntutan vonis untuk terdakwa.

Pria botak bertato yang duduk di bangku terdakwa itu berlari membabi buta ke arah Emily untuk menyerangnya. Emily berkelit mundur ketika tangan penjahat itu ingin mencekik lehernya. Petugas keamanan pengadilan segera merengut tubuh penjahat itu dan menyetrumnya dengan senjata penyetrum listrik.

Ruang sidang yang hening sontak menjadi ribut karena kejadian penyerangan itu. Hakim pun mengetuk-ngetukkan palunya berusaha menenangkan ruang sidang yang kacau.

"Harap tenang!" seru Hakim tua berambut penuh uban itu seraya mengetukkan palunya.

"Tuntutan dikabulkan. Terdakwa menerima hukuman maksimum penjara seumur hidup," ujar Hakim tersebut kemudian mengetukkan palunya menandai putusan vonis pengadilan. Dia pun meninggalkan ruang persidangan yang ramai berdengung karena obrolan-obrolan di antara pengunjung persidangan.

Emily menyunggingkan senyum kemenangan. Dia merasa puas dengan vonis hakim baru saja. Bajingan pemerkosa dan pembunuh remaja itu memang pantas membusuk di penjara seumur hidup.

Dia pun berjalan ke ruang kantornya yang terletak di pojok barat lantai 2 bangunan pengadilan kota Chicago. Emily sudah menempati ruangan itu 3 tahun belakangan ini. Ratusan kasus kriminal telah dia tangani, dengan vonis terberat yang bisa dia ajukan kepada hakim.

Emily Rosalyn Carter adalah puteri tunggal dari jaksa penuntut umum legendaris di negara bagian Chicago, United States. Sosok ayahnya yang begitu melegenda di ruang sidang dengan reputasinya yang tak bercela sepanjang karirnya telah memberikan Emily Rose kemudahan menapaki tangga karirnya dengan profesi yang sama seperti ayahnya yang kini telah menikmati masa pensiunnya dengan tenang.

"Like father like daughter." Pepatah itulah yang disematkan kolega-kolega seniornya kepada Emily Rose. Profesionalisme yang dimiliki oleh Emily sama baiknya dengan ayahnya. Luar biasa malahan, dia tidak pernah memilih-milih kasus dan segera menyelesaikan setiap kasus yang mampir ke mejanya.

Para pesakitan di meja hijau selalu gentar ketika menghadapi sosok Emily Rose. Jaksa cantik itu bagaikan malaikat penunggu gerbang neraka yang siap memberikan vonis maksimum bagi mereka yang bersalah. Tetapi Emily Rose adalah malaikat pembela keadilan bagi mereka yang tertindas dan terluka.

Namun, tidak banyak yang mengetahui sisi kehidupan asmara jaksa cantik itu. Permainan cintanya yang tertutup rapat dari konsumsi publik dan paparazi. Sederet pria-pria luar biasa yang bertekuk lutut di hadapan pesona seorang Emily Rosalyn Carter. 

Bercinta adalah cara Emily untuk melepaskan tekanan beratnya persidangan, membuatnya merasakan sisi manusiawi yang lembut. Kekejaman para pelaku kriminal itu membuatnya seolah kehilangan sisi kelembutan jiwanya. Foto-foto bukti kejahatan mengoyak jiwa polosnya semenjak Emily melangkahkan kakinya ke dunia karir jaksa penuntut umum.

Sore ini Emily memiliki janji untuk berlatih satu sesi tarung bebas dengan mentornya sekaligus partner ranjangnya, Maximillian Darren Levine. 

Pria itu adalah pemilik sasana martial art besar di Chicago. Dia kadang masih menjalani pertandingan pertarungan bebas profesional atau yang biasa disingkat MMA (Mixed Martial Art).

Emily pertama kali berkenalan dengan Max Levine ketika menangani kasus tuduhan pelecehan seksual seorang wanita paruh baya. Kala itu Emily menemukan banyak kejanggalan dari bukti dan juga saksi yang ternyata telah dimanipulasi oleh wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual itu. 

Emily memutuskan bahwa Max Levine tidak bersalah. Suatu kasus yang jarang terjadi di sepanjang karirnya sebagai jaksa penuntut umum.

Sejak saat itu mereka berdua pun menjadi teman dekat. Max menawarkan dirinya untuk menjadi personal trainer bela diri Emily. Menurutnya profesi Emily adalah profesi yang rentan mengalami bahaya kekerasan dan penyerangan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan tuntutan hukum darinya.

Emily memiliki darah Latin dari mamanya yang berkewarganegaraan Puerto Rico. Rambut berwarna cokelat keemasan seperti madu murni, wajah berbentuk oval dengan tulang pipi dan rahang yang runcing. Sepasang mata berwarna hazel dengan bulu mata lentik nan lebat dan sepasang alis berbentuk bulan sabit. Hidung mungil panjang yang tidak terlalu mancung dan bibir merah muda sensual yang mengundang ciuman.

Emily membuka jubah hitam seragam persidangan yang tadi dia kenakan. Di balik seragam itu dia biasa mengenakan chiffon sleeveless blouse dan short skirt. Penampilan yang sangat seksi dan menantang di mata kaum Adam.

Pakaian itu memamerkan lekuk tubuhnya yang indah. Dadanya yang padat berisi memang tertutupi oleh longgarnya lapisan kain chiffon bermodel halter neck, tetapi mengekspose kulit lengannya yang mulus yang berwarna kecoklatan seperti caramel. Short skirtnya biasanya berwarna merah atau hitam yang membalut ketat bokongnya yang membulat penuh sepanjang setengah pahanya.

Emily tidak merasa malu berpenampilan seksi dan menantang seperti itu. Baginya sebagian besar pria akan memilih untuk berlama-lama menatap tubuh indahnya sementara otaknya sendiri dapat berpikir dengan waktu ekstra ketika berbicara dengan lawan bicaranya. Suatu pertukaran yang sepadan menurutnya.

Dalam kondisi tertentu, Emily pun selalu membawa pistol Glock 21 SF miliknya untuk berjaga-jaga di dalam tas tangannya. Pistol itu sangat nyaman dipakai untuk pengguna senjata api bertangan kecil seperti dirinya. 

Emily sering melakukan latihan menembak di tempat latihan tembak kepolisian Chicago, dia harus mengasah ketajamannya menembak untuk menjaga dirinya sendiri. Sekalipun dia memiliki 2 ajudan yang mengawalnya kemana pun. Chicago adalah kota yang keras dengan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi.

"Tok tok tok." Pintu kantornya diketuk oleh seseorang. 

"Masuk!" seru Emily dari dalam ruangan kantornya.

Ternyata Ronald Banning yang mengetuk pintu kantornya, salah satu ajudannya yang berusia 41 tahun.

 

Pria itu telah menikah dan memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa kesempatan pria paruh baya itu telah menjaga nyawa Emily dari ancaman penyerangan. Menahan beberapa tembakan peluru nyasar dengan tubuhnya. Emily sangat menghormati dan menyayangi ajudannya itu.

"Halo Ron. Ada apa?" sapa Emily seraya tersenyum ramah.

Ronald duduk di hadapan meja Emily lalu berkata, "Apa rencanamu sore ini, Em?"

"Aku sudah membuat janji untuk menjalani sesi latihan sore bersama Maxie di sasananya. Kau bisa mengantarku lalu meninggalkanku di sana. Nanti dia akan mengantarku pulang ke apartment," jawab Emily sambil memasukkan ponsel dan buku notesnya ke dalam tas tangannya.

Ronald pun mengangguk-anggukkan kepalanya tidak mendebat Emily. Dia mengenal pria itu dengan baik. Max Levine cukup populer di kalangan pecinta MMA. 

"Ayo kita berangkat, Ron. Aku tidak ingin membuat Maxie menunggu lama," ucap Emily seraya bergegas meninggalkan ruangan kerjanya.

Jalanan kota Chicago sore itu sangat padat, mobil dengan berbagai merk berjubel di tengah kemacetan lalu lintas berjuang untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing, bunyi klakson tak sabar bersahut-sahutan menambah hiruk pikuk jalanan.

Musim panas di kota Chicago didominasi warna merah jingga daun pohon mapel yang berguguran tertiup angin di sepanjang kanan kiri jalan raya kota. Suatu pemandangan artistik seandainya diabadikan dalam sebuah lukisan kanvas cat air. 

Emily termenung larut dalam lamunannya sambil menatap keluar dari kaca mobilnya. Seorang pria tua gelandangan berjalan melewati mobil Emily, dia melangkah gontai seolah tak memiliki energi. Emily berpikir mungkin pria tua itu belum makan entah sejak kapan.

Dia pun mengambil selembar uang 10 dolar dari dalam dompetnya lalu menurunkan kaca mobilnya. Dia memanggil pria tua itu.

"Sir!! Mendekatlah ...," seru Emily yang langsung ditanggapi oleh pria tua itu.

Pria tua itu tersenyum lebar dengan giginya yang ompong di sana sini, dia menerima selembar uang 10 dolar dari Emily. 

"Terima kasih, Nyonya! Semoga Tuhan membalas kebaikan budimu," ujar pria tua itu seraya menundukkan kepalanya.

"Kembali kasih, Tuan. Belilah makanan yang sehat," pesan Emily kemudian menutup kembali kaca jendelanya seiring dengan laju mobil itu kembali terurai dari kemacetan lalu lintas kota Chicago sore itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Epilog: Pilihan yang Sempurna (THE END)

    Langkah-langkah kaki yang cepat itu terdengar di telinga Emily yang sedang membantu putera bungsunya mengenakan pakaian di kamar pangeran cilik tersebut."Darling, aku mencari-carimu sedari tadi!" ujar Sultan Murat berdiri di ambang pintu kamar putera kedua mereka."Ini kebiasaan rutinku di sore hari, memandikan putera-putera kita. Ada apa, Yang Mulia?" sahut Emily yang baru saja usai menyisir rambut Pangeran Fazil yang berusia 3 tahun di pangkuannya.Murat pun tersenyum memandangi putera-puteranya yang terawat dengan baik oleh istri tercintanya. Akan tetapi, dia membutuhkan Emily saja saat ini. Maka dia pun berkata, "Baiklah, aku yang kurang mengerti kebiasaanmu, Emily Sayang. Hmm ... ikutlah pergi berkereta bersamaku. Ini hari yang spesial untuk kita berdua. Titipkan anak-anak kepada pengasuh mereka!"Tawa geli meluncur dari bibir ranum berbelah milik Emily. Dia merasa curiga, suaminya akan mengajaknya bernostalgia penuh kemesraan bersamanya. "Siap, Yang Mulia. Keinginan Anda adalah

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Seorang Permaisuri Bagaikan Titisan Dewi Themis

    Seusai menanda tangani akte pernikahan bersama pria yang telah sah menjadi suaminya baru saja di balai kota, Emily berbicara empat mata dengan papanya."Pa, bagaimana dengan pekerjaanku sebagai jaksa wilayah di Illinois?" tanya Emily merasa bingung dengan segala perubahan statusnya yang mendadak serta rencana Murat yang akan membawanya ke Istanbul secepatnya. Lincoln Carter pun menjawab segala kegundahan hati puterinya, "Emily, papa akan memberimu nasihat. Terkait pekerjaanmu, ajukan pengunduran diri sesuai alasan terfaktual. Lembaga Kehakiman United States akan memaklumi alasan pengunduran dirimu yang terkesan mendadak ini.""Tapi, Pa—""Tidak ada kata tapi. Dengarkan papa, seorang pejuang yang baik saat dia mencapai puncak dari perjalanan panjang perjuangannya akan tahu kapan harus berhenti. Maka dari itu ada istilah gantung sarung tinju, hal itu pun sama untukmu, Emily. Biarlah kenangan baik tentangmu dan segala reputasi tak bercela sepanjang karir hukum yang kau torehkan akan dii

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Membuka Lembaran Hidup Baru

    "Dokter, izinkan saya melihat Rayden untuk terakhir kalinya!" Emily meraih tangan Dokter Wilbur Anderson."Maaf, pesan beliau tadi seandainya tidak dapat bertahan hidup, Anda tidak diizinkan untuk melihat beliau lagi. Jenazah akan dikirim segera dengan pesawat ke Paris untuk dikebumikan. Mungkin Anda lebih baik pulang saja ke rumah, permisi!" jawab dokter poli IGD tersebut lalu membalikkan badan kembali ke tempat praktiknya.Lincoln Carter memeluk puterinya yang terisak-isak karena merasa sangat bersalah untuk segala keputusan tanpa hati yang dilakukannya semenjak awal undangan makan malam dari Rayden tiba di kantornya. "Emily Darling, lepaskan apa yang telah berlalu. Ingatlah kau harus tetap tenang demi janin yang hidup di rahimmu. Ibu yang stres dapat mengalami keguguran!" hibur mantan jaksa itu sembari membelai rambut panjang Emily."Kita pulang sekarang, Pa. Bolehkah aku mengambil cuti besok pagi?" ujar Emily seraya membersit hidungnya yang buntu oleh ingus."Tentu saja boleh. Kam

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Cinta Akan Kembali Kepada Tuannya

    "Miss Emily Carter, tolong datang ke poli IGD Rumah Sakit Umum Chicago. Pasien kecelakaan lalu lintas bernama Tuan Rayden Zinedine Dabusche membutuhkan kehadiran Anda segera. Kami menunggu kehadiran Anda!" tutur seorang wanita yang mengaku sebagai perawat jaga rumah sakit yang menerima korban tabrakan mobil mengenaskan malam ini.Mendengar permintaan wanita tak dikenal di telepon itu, Emily ragu untuk datang ke rumah sakit yang disebutkan. Namun, bila memang benar Rayden membutuhkan kehadirannya maka dia akan terbeban oleh perasaan bersalah bila menolak datang. "Baiklah, aku akan datang segera!" putus Emily mengikuti dorongan hati nuraninya. Dia berganti pakaian untuk pergi keluar rumah lalu membangunkan papanya untuk menemani dirinya ke rumah sakit.Lincoln Carter yang dibangunkan tengah malam buta oleh puterinya tidak banyak bertanya. Dia memilih untuk melihat situasi gawat apa yang tengah terjadi? Sementara naik taksi yang selalu stand by di depan apartment, Emily menjelaskan tent

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Kerinduan yang Tak Berbalas

    Ketika Murat selesai membaca email dari Emily yang mengabarkan bahwa wanita tersebut tengah hamil 6 bulan, dia merasa gelisah. Sang sultan baru negeri Ottoman ingin memboyong kekasihnya ke istana. Namun, pemerintahannya masih dilanda rendahnya tingkat kepercayaan kepada pimpinan dirinya. Kudeta demi kudeta harus dihadapi olehnya. Ancaman pembunuhan terhadap Murat dari kubu oposisi mengintai di setiap sudut istana. Beruntungnya karena Jendral Hersek dan para petinggi militer mendukung penuh pemerintahan Murat. Jaring pengaman diperketat demi menjaga keselamatan nyawa sang sultan baru.Di ujung fajar yang merekah, Murat berdiri di balkon kamar istana yang ada di lantai 3. Pemandangan laut lepas dengan ratusan kapal terapung di semenanjung terbentang di hadapannya. Kekuasaan atas seluruh Turki ada di genggaman tangannya. Sultan muda itu menghela napas panjang sembari mencengkeram besi susuran balkon, dia berteriak kencang melampiaskan rasa tertekannya. "Emily, aku merindukanmu. Aku jug

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Hamil Tanpa Suami

    Emily menjalani kehamilannya ditemani oleh ayah tercintanya, mantan jaksa Lincoln Carter di Chicago. Pria berumur itu yang menemani puteri tunggalnya ke mana-mana, beliau juga membantu Emily memeriksa berkas kasus yang akan disidangkan agar tidak kelelahan bekerja. Alasannya adalah dia masih bisa melakukan pekerjaan jaksa dan menganggur saat ini."Jadi kapan persidangan kasus Harvey Robinson disidangkan perdana, Emily?" tanya Lincoln Carter yang duduk bersebelahan di mobil dinas bersama puterinya. Mereka akan berangkat kerja ke balai kota Chicago pagi ini.Emily yang tadinya duduk melamunkan Murat sambil menatap sisi jalan yang dilalui mobil dinasnya lalu menoleh ke arah ayahnya, dia menjawab, "Lusa persidangan perdana kasus pembunuhan wanita prostitusi itu akan digelar. Hakim Louis Bernard Miller yang akan memimpin sidang, Pa.""Ohh, hakim muda itu. Dia pernah ingin melamarmu dulu sekitar lima tahun silam, tetapi Papa menolaknya karena tahu kamu sedang fokus mengejar kariermu sebagai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status