Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.”
“Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro.
Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla.
Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?”
“Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.”
“Tidak, Pak. Kami ingin bertemu di ruang tamu saja, siapa tahu kita bisa ngobrol bersama,” kata Juan. Pak Pedro meminta Rosla untuk memanggil Joe. Joe yang seharian di dalam kamar pun keluar kamar menemui Juan dan Ranny.
Ketika Joe tiba di ruang tamu Pak Pedro–Ayahnya,berkata, “Joe, Ranny dan Juan ingin menemuimu.” Joe memberikan salam kepada Juan dan Ranny,“ Selamat Sore Kak Ranny dan Juan.”
“Selamat Sore juga, Joe,” Jawab Juan dan Kak Ranny bersamaan. “Maaf, Pak Pedro dan Joe, Ranny dan Juan ingin tahu, megapa Joe tidak mengikuti sekolah daring,” kata Ranny,“Tadi juga Juan menyampaikan bahwa Joe tidak mengumpulkan tugas matematika, Juan tahu waktu Pak Fikri mengumumkan nama-nama anak yang belum mengumpulkan tugas matematika di grup whatssap sekolah.”
“Trima kasih, Ranny dan Juan sudah peduli dengan Juan. Juan tidak mengikuti sekolah online dan tidak dapat mengirimkan tugas karena iphone miliknya hilang,” kata Pak Pedro, “Semalam kami kemalingan, sebab bukan hanya Joe yang mengalami kehilangan iphone tatapi Pak Pedro juga mengalami kehilangan gelang emas.”
“Maaf, Pak Pedro dan Joe, Ranny dan Juan mengira Joe tidak tidak mengikuti sekolah online dan tidak mengirim tugas matematika karena Joe sekit, sehingga Ranny dan Juan ingin mengunjunginya,” kata Juan.
sambil mengerutkan dahi Ranny berkata,“Pagi tadi, dari kamar Ranny di lantai atas rumah Ranny, Ranny melihat, seorang perempuan keluar dari halaman rumah Pak Pedro, dia menjinjing kantong kresek berwarna biru dan menggandeng seorang anak kecil.“Joe, apakah kamu tahu, siapa yang pagi-pagi sudah ada di halaman rumah? tanya Pak Pedro kepada Juan sambil mengerutkan dahinya, Pak Pedro berpikir keras siapa yang biasa datang pagi-pagi ke rumahnya.
“Juan, tidak tahu, Pak,” jawab Joe. Pak Pedro terus berpikir siapa sosok yang Ranny sampaikan tadi. “ Joe, tolong panggilkan Rosla,” kata Pak Pedro.
“ Baik, Pak, ” jawab Joe, sambil berjalan ke arah dapur untuk memanggil Rosla, “Kak, Rosla, dipangil Ayah.” Rosla segera meninggalkan pekerjaannya di dapur dan pergi menemui Pak Padro. Di dapur Rosla bergumam, “Kesalahan apa yang Rosla lakukan sehingga sore ini, tuan memanggil saya?” Rosla merasakan jantungnya berdetak kencang dan sedikit gugup ketika Rosla dihadapan Pak Pedro. “Rosla, apakah pagi tadi, kamu melihat seorang perempuan yang menggandeng seorang anak kecil di halaman rumah ini?” tanya Pak Pedro.
“Tadi pagi, Rosla membuang sampah di kotak sampa di depan jalan, Rosla tidak pernah berjumpa atau melihat seorang perempuan.” jawab Rosla dengan gugup.
“Kalau begitu, Rosla silakan kembali ke dapur,” ujar Pak Pedro.
Rosla kembali ke dapur dengan bergumam “Semoga saja, tindakan Rosla semalam dan pagi tadi tidak diketahui orang terkhusus anggota keluarga ini, Syukur bahwa Waty, adik saya itu memeiliki strategi yang keren pakai gandeng anak segala. anak siapa yang dia gandeng? Waty kan belum berkeluarga, belum memiliki anak. Ah, yang penting Waty sudah memiliki iphone untuk sekolah online. Wati dapat menelpon Rosla, kami dapat chatingan nantinya. Rosla harus ekstra hati-hati.”
“Ibu Resti, di mana?” tanya Juan kepada Pak Pedro yang kelihatan masih penasaran dengan sosok perempuan sesuai cerita Ranny.
“Ibu Resti, seperti biasa urusan bisnis emping jagung di pasar tradisional, sehingga belum pulang,” jawab Pak Pedro.
“Untuk cerita Ranny tadi, Pak Pedro jangan pikirkan. Jika Lebih baik, Pak Pedro dapat membeli iphone yang baru untuk Joe. Karena sekarang ini, Iphone, menjadi suatu kebutuhan. Jika, Pak Pedro tidak menyediakan iphone yangbaru, boleh jadi esok, Joe tidak dapat mengikuti sekolah online lagi, kata Ranny.
“Pak Pedro akan pikirkan usulan Ranny untuk membeli iphone yang baru untuk Joe,” kata Pak Pedro.
“Maaf, Pak Pedro dan Juan, Juan dan Kak Ranny masih ingin diskusi, tetapi karena waktu sudah pukul 17.30, kami pamit pulang,” kata Joe.
Pak Pedro dan Juan menghantar menghantar Juan dan Ranny di depan pintuh rumah. Kepada Juan dan Ranny Pak Pedro berkata, “Terima untuk Juan dan Ranny, sudah datang berkunjung ke rumah kami.” Ranny dan Juan melangkahkan kaki meninggalkan halaman rumah Pak Pedro.
***
Ranny dan Joe belum jau dari pandangan Pak Pedro, Joe sudah meminta kepada Ayahnya untuk membelikannya iphone baru. Ayahnya menyetujui permintaan anak laki-lakinya itu. beberapa menit kemudian keduanya sudah rapih dan wanggi. Joe dan Pedro tidak menunggu waktu lama, keduanya langsung menujuh kompleks pertokoan. Mereka menuju salah satu toko di perepatan jalan, yang menjual berbagai merek ponsel. Keduanya masuk ke dalam toko sebelumnya mereka memarkir sepeda motor di tempat parkir. Juan dan pedro melihat-lihat merek, model serta harga ponsel yang dipajang pada etalase. Pak Pedro bertanya kepada Juan yang sedang mengamati ponsel yang terpajang di etalase,“Joe, kamu mau yang mana?” “Yang ini Ayah,” jawab Juan sambil menunjukkan jari ke arah ponsel di dalam etalase.
“Pak Pedro memperhatikan harga yang terpajang dari iphone keinginan Joe tersebut, segera Pak Pedro meminta penjaga toko mengeluarkan iphone dari etalase. “Yang ini, Pak? tanya penjaga toko.
“Iya, Non, yang itu,” jawab Pak Pedro
Kepada Pak Pedro, penjaga toko bertanya,“Apakah langsung diregis atau nanti diregis sendiri?”
“Langsung diregis, Non,” kata Pak Pedro
“Boleh minta kartu keluarganya?” kata penjaga toko. Pak Pedro memberikan kartu keluarga kepada penjaga toko
“Tunggu sebentar ya, Pak.”
Tidak menunggu waktu lama, penjaga toko berkata kepada Pedro, “Registrasinya sudah berhasil, silakan ke kasir untuk membayar.”
Pedro membayar di kasir dan keduanya keluar dari toko. Sepeda motor milik Pak Pedro memeninggalkan area parkir pertokoan dan mengaspal pulang ke rumah. Joe kelihatan bahagia, ada senyum di pipihnya. Pedro bahagia melihat kebahagiaan dari anaknya itu.
***
Malam, suasana di rumah Joe tidak seperti biasa, tidak ada keceriaan di dalam rumah. Joe memperhatikan orang tuanya, tidak saling menyapa. Joe yang duduk di samping ibunya memeluk ibunya dan bebisik, “Ibu, Juan mohon maaf, Joe sadar, Joe yang salah.”
“Joe tidak salah, Ibu yang salah,” jawab Rikka
Melihat Joe dan Rikka saling berpelukan, Pedro pun memohon maaf kepada Rikka, mereka akhirnya saling berpelukan.
Situasi rumah kembali ceria, ada senyum dan tawa. “Joe ingin menyampaikan kepada Juan dan Kak Ranny bahwa Juan sudah punya iphone yang baru, tetapi Joe tidak memiliki nomornya Juan dan Kak Ranny,” gumam Joe, “Joe tanyakan kepada Ayah atau Ibu, mungkin nomor kontak Kak Ranny atau nomor kontak Juan telah Ayah dan Ibu miliki.”
“Ibu, bolehkah Joe bertanya?” tanya Joe, “Apakah ibu mempnunyai nomor kontak kak Ranny atau Juan?”
“Ada tuh, nomor kontaknya, Juan.” ujar Resti, “Di ponsel yang satunya, ponselnya ada di dalam tas motif, di atas meja, di samping lemari pakaian.
“Bolehkah, Joe memperoleh nomor kontak Juan” pinta Juan, sesudah memberikan ponsel ibunya setelah mengambilnya dari dalam tas motif milik Resti. Resti membacakan nomor kontak milik Juan, Joe mencatatnya.
Melalui nomor kontak Juan, Joe menginformasikan kepada Juan bahwa Joe telah memiliki iphone baru. Joe, mengucapkan terima kasih atas kunjungan Juan dan Ranny. Kunjungan Ranny dan Juan itu sangat berharga karena mampu menyadarkan Ayahnya Joe, mengenai pentingnya sebuah iphone di zaman digital ini.
Saat makan malam, Juan menginformasikan kepada Ranny bahwa Joe sudah memiliki iphone baru. Mendengar kabar dari Juan bahwa Joe sudah memiliki iphone baru, Ranny ikut bahagia. Tante Tina dan Kakek Rinto ikut tersenyum, mendengar kabar dari Juan itu. “ Kunjungan Juan dan Ranny direspon positif oleh keluarga Pak Pedro,” kata Kakek Rinto
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Kakek Rinto, dan Juan, sibuk membaca di ruang rekreasi, sedangkan Tante Tina dan Ranny asyik menonton menonton film kesukaan di televisi. Mereka sampi lupa waktunya makan siang. mereka disadarkan oleh bunyi lonceng gereja yang berdentangan tepat pukul 12.00 siang. Kakek yang sedang serius membaca koran berkata kepada Kakek Tina dan Ranny, “Tina, Ranny sudah waktunya makan siang, tutup televisinya. Mari, kita ke ruang makan.” “Aduh, nanggung Kakek, Film nya kren, tetapi Kakek menyuru unuk menutup tetevisi, ya, terpaksa,” ujar Ranny yang sedang penasaran dengan alur cerita dari film tersebut. “Selesai makan siang, bisa lanjut menonton,” kata Kakek Rinto, “Kakek sudah keroncong. Ayo, ke ruang makan.” Kakek Rinto, Juan, Tante Tina, Ranny bersama-sama ke ruang makan untuk makan bersama. di dalam keluarga Anre selalu diajarkan untuk makan bersama, jika semua anggota berada di rumah. Anggota keluarga dapat tidak hadir dalam makan bersama jika sakit
Telpon Rumah berdering. Ranny yang menerima telpon meneteskan air mata dan menampahkan raut wajah kesedihan. Ranny menangis histeris menggil-manggil Susan– Ibunya. Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto menatap Ranny dengan rada keheranan. Penasaran mengenai siapa yang menelpon Ranny, Tante Tina merampas gagang telpon dari tangan Ranny.“Halo, ini dengan siapa?” tanya Tante Tina“Kami dari pihak rumah sakit!“ suara dari balik telpon, “Kami ingin menginformasikan bahwa Ibu Susan, sudah tidak bisa tertolong lagi.”“Apa? tanya Tante Tina“Iya, Bu. Ibu susan sudah meninggal,” suara dari balik telpon, “Kami berharap pihak keluarga dapat datang ke rumah sakit untuk mendapat informasi lebih lanjut.”Tante Tina meneteskan airmata tangisnya pecah. Tante Tina menyampaikan kepada Kakek Rinto dan Juan bahwa yang menelpon Ranny dan terakhir berbicara dengan Tante Tina adalah pihak rumah sak
Matahari mulai condong ke barat, para petani sudah beranjak pulang dari ladang. Tante Tina, Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan jala –jalan ke pantai. Jarak rumah Anre dan pantai tidak jauh. Tante Tina Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan ingin keluar sebentar sebab sumpek di rumah. Dengan melakukan rekreasi di tepi pantai, Tante Tina dan Kakek Rinto berhadap dapat menghilangkan sedikit kesedihan yang keluarga Anre alami karena kehilangan sosok seorang Susan. Untuk itu, sebelum ke pantai Kaek Rinto, Tante Tina Anre, Ranny dan Juan bersiara ke makam Susan. Di makam Susan mereka membersikan makan dan duduk hening sejenak. Setelah itu, mereka pergi ke pantai.Sampai di pantai, mereka berlari-lari kecil di pantai. Ranny dan Juan bermain ombak. Anre, Ranny dan Juan dapat tertawa, teriak dengan bebas di pantai. Ranny, Juan dan Anre berteriak melawan derunya gelombang laut. Tante Tina memperhatiakn keceriaan Ranny, Juan dan Anre, dengan berkata kepada Kakek Rinto,
Masa cuti Anre telah berakhir. Anre kembali menjalani pekerjaan kantor sebagai sopir. Hari pertama masuk kantor setelah menjalani cuti, Anre dimutasi ke daerah. Anre menginformasikan kepada Ranny, Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto mengenai dirinya yang dimutasi ke daerah. Anre tidak lagi bekerja di kantor pusat yang sekota dengan keluarganya. Anre harus bersedia Anre meninggakan Ranny dan Juan bersama Kakek Rinto dan Tante Tina.Pagi hari, Resti hendak pergi ke kantor. Dalam perjalanan ke tempat kerja Resti bertemu dengan Anre Sopir sekampungnya. Anre dan Resti berbincang agak lama. Anre dan Resti saling saling menukar nomor whatssapp. Anre, tahu bahwa Resti sudah memiliki calon suami. Namun, semenjak pertemuan Anre dan Resti di kota, keduanya lebih sering chattingan melalui whatssapp.Semenjak kepergian Resti ke kota, Resti tidak mengabari Berto kekasihnya itu. Karena Resti tidak pernah mengabari keberadaannya kepada Berto maupun keluarga Berto, maka
Resepsi pernikahan Anre dan Resti di masa pandemi Covid–19 melanggar aturan pemerintah. Resepsi pernikahan Anre dan Resti menimbulkan kerumunan. Kerumunan saat resepsi Pernikahan memungkinkan akan memunculkan klaster baru penyebaran Covid–19. Untuk itu, peserta resepsi pernikahan Anre dan Resti, dihimbau untuk memeriksakan kesehatan di Puskesmas terdekat.Peserta resepsi pernikahan sebagian besar tidak datang ke Puskesmas, ketika pemeriksaan kesehatan. Mereka tidak datang ke Puskesmas untuk menjalani pemeriksaan kesehatan karena takut divonis terpapar Covid–19. Aulia, Pedro, Joe dan Rikka, tidak hadir dalam pemeriksaan kesehatan di Puskesmas. Sedangkan, Ranny dan Juan serta Tante Tina, Kakek Rinto, Anre, Resti dan Siti datang ke Puskesmas untuk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dengan metode repid test sebagai suatu metode untuk mengetahui terinveksi atau tidak terinveksi Covid–19. Hasil repid test, menunjukkan an
“Eh, padahal Resti hamil,” kata Ibu Rina, “Usia kehamilan sudah lima bulan.” “Ah, Ibu Rina, jangan fitna,” kata Ibu Fatima. “Ibu Rina dan Ibu Fatima, kalian berdua bincang apa, kelihatan bahas hal yang serius,” kata Ibu Asni. “Ibu Asni ada isu panas,” kata Ibu Fatima, “Itu, Si Resti, anaknya Anre dan Susan, sudah hamil lima bulan.” “Astaga! Serius Resti hamil?” ujar Ibu Asni “Ibu Rina sampaikan begitu,” kata Ibu Fatima. Isu mengenai kehamilan Ranny menjadi buah bibir orang-orang di di lingkungan Rany. Isu itu berkembang dari mulut Ibu-Ibu arisan hingga komunitas-komunitas lainnya di lingkungan Ranny. Ranny tidak peduli dengan isu yang berkembang yang membicarakan tentang dirinya Isu kehamilan Ranny, menjadikan orang-orang di sekitarnya, memandang rendah diri Ranny. Ranny tetap tersenyum dan berbuat baik kepada Ibu-Ibu arisan yang selalu bergosip tentang kehamilannya.Isu mengenai kehamillan Ranny sampai ke telingga orang yang paling pen