Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.
Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue, beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran. Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu. Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah, Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue. Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan koran paling bawah, gelang emas dan sebuah iphone, tangisnya pecah.
Pagi harinya, tetangga Ranny, pemilik rumah besar itu gaduh. Suara Pak Pedro menggelegar terdengar. " Kamu, cari sampai dapat!, gelang dan iphon itu saya beli di Paris". " Papa..., " Perempuan itu berteriak kencang memanggil suaminya. Joe menatap Ibu tirinya sekilas, lalu masuk ke kamarnya. Joe masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.
Joe memandang arlojinya menunjukkan pukul 09:00, waktunya untuk mengirimkan tugas matematika ke Pak Fikri – guru matapelajaran. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Joe,sebab iphone miliknya hilang. Juan mengetahui bahwa Joe tidak mengirim tugas matematika, ketika Pak Fikri, mengirim nama-nama siswa yang belum mengumpulkan tugas matematika di akun group Whatsap sekolah. “Ah...! Juan tak habis pikir, mengapa Joe tidak mengirimkan tugas matematika? Padahal, kemarin sore Joe dengan girangnya bercerita kepada Juan bahwa tugas matematika, sudah ia selesaikan,”gumam Juan, “Setahu Juan, Joe itu anak yang cerdas.” Memikirkan Joe, Juan menjadi tidak konsentrasi saat mengikuti pelajaran secara daring.
Ranny tidak konsentrasi mengikuti perkuliahan jarak jauh atau daring. Ranny masih membayangkan perempuan yang di lihatnya tadi pagi. Wajah perempuan itu terus menganggu pikiran Ranny. Ketika perempuan itu hilang dari penglihatan Ranny, terdengar keributan di rumah Pak Pedro. Selasai mengikuti perkuliahan dan sekolah online hari itu, Ranny dan Juan serta Tante Tinna duduk santai di teras. Tante Tinna bertanya kepada Juan dan Ranny, “Juan dan Ranny, bagaimana pengalaman kalian dalam perkuliahan dan sekolah daring hari ini?” Juan menjawab, “Sekolah online hari ini lancar tidak mengalami gangguan jaringan internet seperti kemarin, tadi, Pak Fikri mengumumkan di whatssapp group sekolah mengenai siswa yang belum mengumpulkan tugas matematika, salah satu siswa yang tidak mengumpulkan tugas adalah Joe teman Juan anak Pak Pedro.”
“Anak Pak Pedro, tetangga samping rumah ini?” tanya Tante Tina menyelidik.
“ Iya, Tante Tina,” jawab Juan.
“Rany, bagaimana Pengalama kuliah daring hari ini?” tanya Tante Tinna.
“Ranny, tidak konsentrasi,” jawab Ranny, “Ranny, tadi saat kuliah sedang memperhatikan seorang perempuan, pergi meninggalkan rumah Joe dengan membawa sekantung kresek, saat perempuan itu menjauh, terjadi keributan di rumah Joe, mungkin saja, apa yang dikatakan oleh Juan tadi bahwa Joe tidak mengumpulkan tugas ada hubungannya dengan apa yang Ranny lihat tadi pagi.”
Mendengar pengalaman Ranny Tante Tinna, menegur Ranny, “Ranny jangan berkesimpulan begitu. Nanti kalau ada waktu, kalian bertemu dengan Joe, saat itu kalian tanyakan mengapa Joe tidak mengumpulkan tugas matematika.”
***
Waktunya makan siang. Menu masakan telah tersedia di atas meja makan. Tante Tina menyajikan di atas meja, sebelum bersantai dengan Juan dan ranny di teras depan. Tante tina berkata kepada Juan, “Juan, tolong panggilkan, Kakek Rinto di kamarnya, sampaikan sudah waktunya makan siang.” Juan ke kamar Kakek Rinto dan menyampaikan kepada Kakek Rinto bahwa waktunya makan siang. Kakek Rinto keluar kamar bergegas ke ruang makan, Juan mengikutinya dari belakang. Ketika Kakek Rinto tiba di Ruang makan, Tante Tina dan Ranny sudah ada di sana.
Saat makan siang bersama, Kakek Rinto berkata, “Saat ini dampak pandemi Covid-19 mulai kita rasakan dalam semua aspek kehidupan kita sehari-hari, mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya, tak terkecuali pendidikan. Sebelum terjadinya pandemi ini, kita melakukan kegiatan sehari-hari secara normal, bekerja di kantor, mengajar di sekolah atau kampus, berdagang ke pasar, belanja atau sekedar nongkrong di mall. Kini, semenjak tragedi pandemik menguji negeri kita ini, semua aktivitas kita menjadi tidak biasa atau tidak normal. Kita diminta bekerja dari rumah, bahkan belanja kebutuhan sehari-haripun dari rumah. Untuk melakukan itu semua, kini kita sangat bergantung kepada perangkat mobile atau laptop, kini kita semakin sangat bergantung pada koneksi internet untuk bisa beraktivitas secara online.”
Menanggapi pembicaraan Kakek Rinto, Tante Tina berkata, “Dampak Covid-19 bukan hanya terjadi di negeri kita, tetapi melanda hampir seluruh negara di dunia, semua negara sedang mengalami hal yang sama, dunia sedang melawan virus corona. Bayangkan jika hari ini koneksi internet seluru dunia padam! Orang tidak main f******k, orang tidak chatingan di whatssapp, orang tidak dapat mengirim email. Pihak pengelolah g****e, f******k, dan whatssapp merugi. meruginya tidak sedikit, miliran dolar saham USA, karena yang mengakses g****e, f******k dan whatssapp adalah semua orang di berbagai negara di dunia ini.”
“Apa yang Kakek dan Tante Tina itu, benar. Saat ini, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita dihimbau untuk melakukan semua secara online dari rumah, demi menjaga kesehatan lahir dan batin kita dari penularan covid-19,” kata Ranny, “Terkait aktivitas pendidikan, pemerinta kita mengeluarkan aturan untuk belajar dari rumah secara online. Terkait aktivitas bekerja sehari-hari, pemerinta kita menghimbau untuk melakukannya dari rumah, pun secara online.”
“Nah! Mereka yang melek teknologi tentu dapat dengan mudah melakukan adaptasi untuk kirim email, kirim dokumen pekerjaan lewat w******p, bahkan meething pun bisa dilakukan dengan video conference, kirim tugas melalui aplikasi g****e class room, interaksi melalui aplikasi meething room,” kata Tante Tina, “Tetapi, menjadi sangat sulit bagi mereka yang tidak melek teknologi. Sulit untuk mereka yang berada di daerah terdepan, terluar, terpencil yang tidak ada jaringan internet.Sulit untuk mereka yang sudah lanjut usia, mata mereka yang sudah kabur-kabur. Mereka yang tidak ingin ribet, sebab bekerja dengan menggunakan aplikasi butuh kesabaran”
Waktu hendak meninggalkan ruang makan karena waktu makan siang telah usai, Ranny berkata kepada Kakek Rinto, “Maaf, Kakek, Ranny hampir lupa. Ranny minta ijin, sore nanti, Juan dan Ranny pergi mengunjungi Joe, karena kata Juan, Joe tidak mengumpulkan tugas matematika dan tidak mengikuti sekolah online untuk hari ini.”
“Kakek, mengijinkan, itu tandanya cucu-cucu kakek peduli dengan tetangga, tetapi ingat taat protokol kesehatan,” jawab Kakek Rinto.
“Terima kasih, kakek,” ujar Juan.
Kakek Rinto ke kamarnya untuk istirahat siang. Tante Tina sudah lebih dulu ke kamarnya. Juan yang ada disamping Ranny bertanya kepada Ranny, “Kak Ranny, pukul berapa kita ke rumah Joe, sore nanti?”
Ranny menjawab,“Pukul 15.30, kita pergi ke rumah Joe.”
“Terima kasih, Kak Ranny,“ ” ujar Juan. Ranny dan Juan ke kamar mereka masing-masing untuk istirahat siang.
Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?” “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Kakek Rinto, dan Juan, sibuk membaca di ruang rekreasi, sedangkan Tante Tina dan Ranny asyik menonton menonton film kesukaan di televisi. Mereka sampi lupa waktunya makan siang. mereka disadarkan oleh bunyi lonceng gereja yang berdentangan tepat pukul 12.00 siang. Kakek yang sedang serius membaca koran berkata kepada Kakek Tina dan Ranny, “Tina, Ranny sudah waktunya makan siang, tutup televisinya. Mari, kita ke ruang makan.” “Aduh, nanggung Kakek, Film nya kren, tetapi Kakek menyuru unuk menutup tetevisi, ya, terpaksa,” ujar Ranny yang sedang penasaran dengan alur cerita dari film tersebut. “Selesai makan siang, bisa lanjut menonton,” kata Kakek Rinto, “Kakek sudah keroncong. Ayo, ke ruang makan.” Kakek Rinto, Juan, Tante Tina, Ranny bersama-sama ke ruang makan untuk makan bersama. di dalam keluarga Anre selalu diajarkan untuk makan bersama, jika semua anggota berada di rumah. Anggota keluarga dapat tidak hadir dalam makan bersama jika sakit
Telpon Rumah berdering. Ranny yang menerima telpon meneteskan air mata dan menampahkan raut wajah kesedihan. Ranny menangis histeris menggil-manggil Susan– Ibunya. Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto menatap Ranny dengan rada keheranan. Penasaran mengenai siapa yang menelpon Ranny, Tante Tina merampas gagang telpon dari tangan Ranny.“Halo, ini dengan siapa?” tanya Tante Tina“Kami dari pihak rumah sakit!“ suara dari balik telpon, “Kami ingin menginformasikan bahwa Ibu Susan, sudah tidak bisa tertolong lagi.”“Apa? tanya Tante Tina“Iya, Bu. Ibu susan sudah meninggal,” suara dari balik telpon, “Kami berharap pihak keluarga dapat datang ke rumah sakit untuk mendapat informasi lebih lanjut.”Tante Tina meneteskan airmata tangisnya pecah. Tante Tina menyampaikan kepada Kakek Rinto dan Juan bahwa yang menelpon Ranny dan terakhir berbicara dengan Tante Tina adalah pihak rumah sak
Matahari mulai condong ke barat, para petani sudah beranjak pulang dari ladang. Tante Tina, Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan jala –jalan ke pantai. Jarak rumah Anre dan pantai tidak jauh. Tante Tina Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan ingin keluar sebentar sebab sumpek di rumah. Dengan melakukan rekreasi di tepi pantai, Tante Tina dan Kakek Rinto berhadap dapat menghilangkan sedikit kesedihan yang keluarga Anre alami karena kehilangan sosok seorang Susan. Untuk itu, sebelum ke pantai Kaek Rinto, Tante Tina Anre, Ranny dan Juan bersiara ke makam Susan. Di makam Susan mereka membersikan makan dan duduk hening sejenak. Setelah itu, mereka pergi ke pantai.Sampai di pantai, mereka berlari-lari kecil di pantai. Ranny dan Juan bermain ombak. Anre, Ranny dan Juan dapat tertawa, teriak dengan bebas di pantai. Ranny, Juan dan Anre berteriak melawan derunya gelombang laut. Tante Tina memperhatiakn keceriaan Ranny, Juan dan Anre, dengan berkata kepada Kakek Rinto,
Masa cuti Anre telah berakhir. Anre kembali menjalani pekerjaan kantor sebagai sopir. Hari pertama masuk kantor setelah menjalani cuti, Anre dimutasi ke daerah. Anre menginformasikan kepada Ranny, Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto mengenai dirinya yang dimutasi ke daerah. Anre tidak lagi bekerja di kantor pusat yang sekota dengan keluarganya. Anre harus bersedia Anre meninggakan Ranny dan Juan bersama Kakek Rinto dan Tante Tina.Pagi hari, Resti hendak pergi ke kantor. Dalam perjalanan ke tempat kerja Resti bertemu dengan Anre Sopir sekampungnya. Anre dan Resti berbincang agak lama. Anre dan Resti saling saling menukar nomor whatssapp. Anre, tahu bahwa Resti sudah memiliki calon suami. Namun, semenjak pertemuan Anre dan Resti di kota, keduanya lebih sering chattingan melalui whatssapp.Semenjak kepergian Resti ke kota, Resti tidak mengabari Berto kekasihnya itu. Karena Resti tidak pernah mengabari keberadaannya kepada Berto maupun keluarga Berto, maka
Resepsi pernikahan Anre dan Resti di masa pandemi Covid–19 melanggar aturan pemerintah. Resepsi pernikahan Anre dan Resti menimbulkan kerumunan. Kerumunan saat resepsi Pernikahan memungkinkan akan memunculkan klaster baru penyebaran Covid–19. Untuk itu, peserta resepsi pernikahan Anre dan Resti, dihimbau untuk memeriksakan kesehatan di Puskesmas terdekat.Peserta resepsi pernikahan sebagian besar tidak datang ke Puskesmas, ketika pemeriksaan kesehatan. Mereka tidak datang ke Puskesmas untuk menjalani pemeriksaan kesehatan karena takut divonis terpapar Covid–19. Aulia, Pedro, Joe dan Rikka, tidak hadir dalam pemeriksaan kesehatan di Puskesmas. Sedangkan, Ranny dan Juan serta Tante Tina, Kakek Rinto, Anre, Resti dan Siti datang ke Puskesmas untuk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dengan metode repid test sebagai suatu metode untuk mengetahui terinveksi atau tidak terinveksi Covid–19. Hasil repid test, menunjukkan an