"Rasanya tidak perlu, Pak. Lebih baik aku pulang," jawab Agatha seraya memutar tubuhnya."Kenapa??" tanya Dirga ingin tahu alasan gadis itu."Tidak ada gunanya, Pak. Kacamata usang ini lebih baik, Pak." Agatha memaksa pergi namun Dirga langsung menariknya, tetapi pria bule itu tidak memaksanya hanya saja meminta Agatha untuk ikut dengannya kembali pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan menuju ke rumahnya, Dirga terus memandangi wajah polos Agatha, di situ terlihat jelas sekali bahwa memang ada sesuatu hal yang disembunyikan Agatha. Bak sebuah luka yang tidak bisa diungkapkan namun sangat dirasakan. Tidak ingin sampai mencari masalah, maka Dirga meminta sopirnya untuk mengantar Agatha pulang ke rumahnya, ya mobil mereka harus putar balik. Agatha tidak pernah tahu bila Zio dan Dirga itu memiliki sebuah hubungan dekat. Hal itulah yang membuat Dirga sedikit khawatir. Baru satu minggu menjadi asisten Dirga, ia baru menyadari bahwa Dirga dan mantan kekasihnya memiliki sebuah hubungan de
"Wah, kau memang the best, Bela," puji Dirga dengan senyuman yang mengembang dari sudut bibirnya."Siapa dulu kalau bukan Bela gitu," jawab perempuan seksi itu balas tersenyum. Dirga tak pernah berhenti menatap kecantikan Agatha, rambut panjang yang disanggul hingga menampilkan jenjang leher putihnya dengan gaun malam berwarna silver yang membalut tubuh putihnya, meski sedikit terlihat lekukan di dadanya. Dia menyentuh kedua bahu Agatha dan berkata,"Harus aku akui, kau terlihat cantik sekali malam ini!" puji Dirga berbisik padanya. Agatha tertegun pada kecantikan dirinya sendiri apalagi di saat Dirga yang terus saja menatapnya begitu tajam membuatnya sedikit salah tingkah. "Ayo, kita pergi ke pesta sekarang," ajak Dirga tersenyum padanya. Usai menunggu Dirga mengganti pakaiannya, pria itu langsung membukakan pintu mobil dan mempersilakan Agatha masuk ke dalam."Kenapa Bapak bersikap seperti ini?" tanya Agatha merasa tak enak melihat Dirga seperti itu."Tidak apa-apa, malam
Pria itu lekas mencengkram tangan Agatha begitu kuat dengan tatapan yang bego tajam laykanya seekor harimau yang akan menerkam mangsanya, "Aku berjanji padamu, apa pun yang terjadi kau adalah tanggung jawabku," ucap Dirga seraya mengangkat tangannya seraya menyentuh rambut Agatha. Awalnya, Agatha merasakan keseriusan dari Dirga namun bayang-bayang sang mantan kekasih membuat gadis itu tak kuasa lagi menahan air matanya. Dirga menangkupkan wajah Agatha, mengetahui gadis di depannya berlinang air mata maka pria itu langsung memeluknya. Pria itu lekas mencengkeram tangan Agatha begitu kuat dengan tatapan yang begitu tajam layaknya seekor harimau yang akan menerkam mangsanya, "Aku berjanji padamu, apa pun yang terjadi kau adalah tanggung jawabku," ucap Dirga seraya mengangkat tangannya untuk menyentuh rambut Agatha. Awalnya, Agatha merasakan keseriusan dari Dirga namun bayang-bayang sang mantan kekasih membuat gadis itu tak kuasa lagi menahan air matanya. Dirga menan
Agatha menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengoleskan lipstik berwarna merah terang sebagai simbol keberaniannya. Hari ini dia ingin tampil berbeda, dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Dirga. Pria itu harus tahu kalau Agatha bukanlah gadis lemah yang akan langsung bertekuk lutut di hadapan Dirga hanya karena Dirga merenggut kesuciannya.“Argh! Kalo aku memakai lipstik merah bisa-bisa Pak Dirga berpikir kalau aku ingin menggodanya,” gumam Agatha. Gadis itu bergidik ngeri. Membayangkannya saja sudah membuat Agatha mual, apalagi jika benar-benar terjadi. “Lebih baik aku mengganti warna lipstikku.” Gadis tersebut mengambil tisu basah, lalu menghapus lipstik merah meronanya dan menggantinya dengan warna lipstik yang jauh lebih gelap. Pilihannya ada di warna merah anggur. Dengan lipstik ini, Agatha akan terlihat kuat tapi juga tidak sedang menggoda pria mana pun. Agatha memeriksa penampilannya sekali lagi sembari tersenyum di depan cermin. Jika Dirga pikir pria it
Sungguh begitu terkejutnya Dirga mendengar hal itu, dia tidak menyangka bila Agatha mampu berkata seperti itu padanya, "Tidak ada yang mustahil di dunia ini," sambung Dirga menatap wajah gadis itu."Please, hentikan pembahasan masalah ini!Jika ti--" Agatha langsung mengatupkan bibirnya ketika melihat pria bule itu langsung saja memeluknya."Jika tidak apa coba?" tanya Dirga seraya membelai rambut gadis itu. Merasa risih karena pelukan pria bule itu maka Agatha berusaha kuat untuk memberontak dan melepaskan pelukannya. Namun, tetap saja kekuatan Dirga lebih kuat darinya. Agatha adalah gadis yang pantang menyerah dan ia tidak ingin sampai terbawa suasana cinta yang pernah melukai hatinya hingga mengalami keterpurukan setelah putus dari Zio."Jangan sentuh aku!" teriak Agatha histeris hingga membuat seisi kantor mulai gempar."Aku berniat baik padamu, Tha," sambung Dirga menarik tangannya."Pembahasan masalah ini diluar masalah kantor, jika Anda ingin aku tetap menjadi asiste
Dirga menatap Agatha dari sudut matanya namun pria itu masih tak kunjung menjawab pertanyaan Agatha. Dia melangkahkan kakinya diikuti oleh Agatha di belakangnya namun tidak terlalu jauh darinya. Diam-diam dia tersenyum miring. Wajah Agatha saat penasaran rupanya cukup menggemaskan di mata Dirga. Ingin sekali Dirga mencubit pipi Agatha namun dia gengsi untuk melakukannya. Bisa-bisa Agatha semakin mengamuk kepadanya.“Apakah aku ada jadwal meeting di luar lagi selain dengan perusahaan tidak jelas itu?” Bukannya menjawab pertanyaan Agatha, Dirga justru balik bertanya. Agatha membuka buku agenda yang dia bawa kemudian menjawab, “Tidak, Pak. Anda tidak memiliki jadwal meeting apa-apa lagi setelah ini. Apakah kita akan langsung kembali ke kantor atau Anda memiliki janji di luar pekerjaan, Pak?”“Tidak. Kita pulang saja setelah ini,” ucap Dirga singkat.“Pulang? Memangnya hari ini kita tidak akan bekerja?” seru Agatha sambil mengerutkan keningnya. Dirga melirik ke arah Agatha, h
Sungguh sikap Dirga membuat Agatha kesal karena sejak perempuan itu datang, Dirga sama sekali tidak memerhatikan Agatha. "Dasar pria, kalau udah ada perempuan cantik lupa sama yang lama," umpat Agatha sangat kesal. Dirga menghentikan langkahnya ketika melihat ada sesuatu yang kurang, menoleh ke belakang dan nampak Agatha berdiri di belakangnya dengan jarak yang lumayan jauh membuat pria itu langsung berjalan mendekati Agatha dan menarik tangannya."Sorry!" Berkali-kali Dirga mengucapkan itu. Perempuan cantik yang bersama Dirga tadi nampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, melihat Dirga memegang tangan Agatha dengan lembut dansedikit mesra."Ada hubungan apa Dirga dengan perempuan ini?! Apakah pantas seorang pemimpin bersikap seperti itu pada asistennya?" Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam pikiran perempuan itu. Dirga meminta Agatha untuk duduk bersama dengannya di saat makan namun Agatha menolak dengan alasan tidak ingin menganggu keakraban dua orang itu. S
Beberapa hari telah berlalu. Semenjak hari di mana Dirga dan Agatha tak sengaja bertemu Cika di luar restoran keadaan keduanya semakin canggung. Bukan, bukan. Alasannya bukan karena Agatha cemburu pada Cika lalu marah pada Dirga, tapi kali ini Dirga yang tampak menjaga jarak dari Agatha. Pria keturunan Italia itu tidak tahu bagaimana dia harus bersikap di depan asisten pribadinya. Setiap harinya, Dirga memilih untuk menghindar dari Agatha karena jantungnya terus saja berpacu dengan sangat cepat setiap kali dia berada di dekat Agatha. Sebagai pria yang tidak pernah mengenal apa itu cinta sebelumnya, Dirga bingung dengan perasaannya. Hatinya selalu berdesir setiap kali ia melihat Agatha tersenyum atau menyapanya, seolah ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya. Seperti hari ini contohnya. Agatha datang ke kantor dalam keadaan rambutnya berantakan dan sedikit basah. Bukannya menunjukkan kekhawatirannya, dia malah mengomel pada Agatha.“Agatha, kenapa rambutmu basah sepe