"Rasanya tidak perlu, Pak. Lebih baik aku pulang," jawab Agatha seraya memutar tubuhnya.
"Kenapa??" tanya Dirga ingin tahu alasan gadis itu."Tidak ada gunanya, Pak. Kacamata usang ini lebih baik, Pak." Agatha memaksa pergi namun Dirga langsung menariknya, tetapi pria bule itu tidak memaksanya hanya saja meminta Agatha untuk ikut dengannya kembali pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan menuju ke rumahnya, Dirga terus memandangi wajah polos Agatha, di situ terlihat jelas sekali bahwa memang ada sesuatu hal yang disembunyikan Agatha. Bak sebuah luka yang tidak bisa diungkapkan namun sangat dirasakan. Tidak ingin sampai mencari masalah, maka Dirga meminta sopirnya untuk mengantar Agatha pulang ke rumahnya, ya mobil mereka harus putar balik. Agatha tidak pernah tahu bila Zio dan Dirga itu memiliki sebuah hubungan dekat. Hal itulah yang membuat Dirga sedikit khawatir. Baru satu minggu menjadi asisten Dirga, ia baru menyadari bahwa Dirga dan mantan kekasihnya memiliki sebuah hubungan dekat. Hari itu semua terbongkar begitu cepat, ketika Agatha disuruh oleh Dirga untuk ke rumahnya seraya menjemputnya, alangkah terkejutnya Agatha ketika dia mendapati sebuah potret foto keluarga Dirga yang terpampang begitu rapi di ruang tamu. Ia menghentikan langkahnya sejenak sembari memandangi potret tersebut dengan seksama, berulang kali dia mengucek kedua matanya, bila saja apa yang dia lihat itu salah."Bolehkah saya tahu, siapa perempuan ini?" tanya Agatha seraya menunjuk sebuah foto yang terpampang jelas di ruang tamu. Dirga yang sedang memasang kaos kakinya pun seketika menelan salivanya karena mendengar pertanyaan sang asisten."Perempuan itu adalah adik tiriku," balas Dirga langsung berdiri dan menatap Agatha yang seolah terkejut dengan apa yang dikatakannya. Agatha langsung memutar tubuhnya dan menyambar tas kerja Dirga, "Ayo, Pak kita pergi sekarang," ajaknya langsung berjalan lebih dulu ke mobil."Bagaimana bisa Pak Dirga dan Zio ada hubungan keluarga? Bukankah itu akan membuatku semakin sulit melupakan pria brengsek itu," umpatnya kesal. Dirga yang terus memandangi wajah Agatha yang nampak sedih pun langsung menanyakan hal itu, namun gadis itu tetap menutupi kisah masa lalu yang begitu menyakitkan. Meski sebenarnya Dirga sudah mengetahui bahwa Zio adalah mantan kekasih asisten pribadinya itu. Sejak saat itu, Agatha sedikit berubah sikap pada Dirga. Dia lebih dingin pada pria itu karena dia piki semua pria itu sama dengan mantan kekasihnya itu. Hal itu membuat Dirga nampak heran dan kini pria itu langsung memanggil asisten pribadinya itu ke dalam ruangannnya, "Apakah ada sesuatu hal yang terjadi, Tha? Mengapa kau begitu dingin padaku? Apakah karena adik tiriku itu?" Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Dirga pada gadis itu, entah kenapa sejak bertemu dengan Agatha. Pria bule itu merasa bahwa ada sesuatu hal yang berbeda telah dirasakannya. Berada di dekat Agatha dan selalu memandangi wajah gadis itu membuat Dirga merasa tenang."Bukankah kau Anda sudah tahu apa yang terjadi padaku, tetapi itu bukanlah hal yang penting kok," jawab Agatha berusaha menahan air mata yang hendak jatuh. Dirga memasang sepatunya dengan cepat ketika melihat Agatha berjalan keluar dari rumah mewahnya. Sebetunya dia takut bila gadis sederhana itu akan kabur dan pergi meninggalkannya namun ketka langkah kaki Dirga dipercepat ternyata Agatha masih berdiri di depan pintu seraya menunggunya, "Apakah Anda sudah siap, Pak?" tanya Agatha spontan ketika mendapati Dirga di hadapannya. Tanpa menunggu jawaban dari Dirga, gadis itu langsung membukakan pintu mobil untuk Dirga. Kali ini tanpa disuruh Agatha langsung duduk di sampingnya namun sepanjang jalan perempuan itu hanya diam dan termenung. Kebetulan sekali, hal itu dimanfaatkan oleh Dirga. Dia terus saja memandangi wajah cantik Agatha. Matanya sama sekali tidak berkedip ktika gadis itu terus menatap lurus ke depan namun pikirannya kosong. Tidak berani menegur Agatha, pria bule itu hanya ikut berdiam diri karena dia tidak ingin membuat mood Agatha jadi tak karuan dengan masa lalunya karena sedikit banyaknya Dirgaa tahu masa lalu sang asistennya. Namun, satu hal yang paling membuat Dirga bangga adalah Agatha adalah seorang gadis yang bekerja begitu sportif, dia mengesampingkan masalah pribadinya. Hal itu membuut si pria bule bertambah kagum dengan cara kerja Agatha.*** Seiringnya waktu kebersamaan itu membuat Dirga mulai menaruh hati pada Agatha. Dirga selalu saja ingin berdekatan dengannya, kebetulan sekali saat itu Dirga begitu bingung karena malam nanti dia akan menghadari acara pesta rekan bisnisnya namun dia sangat malas sekali untuk pergi sendirian karena biasanya Boy yang selalu menemaninya namun karena pria itu tidak ada maka dia berniat ingin mengajak Agatha. Melihat gadis itu tengah menyusun berkas meetingnya hari itu, maka Dirga memberanikan diri untuk mendekati gadis itu, "Tha, bisakah kau menemaniku ke pesta rekan bisnisku malam ini?" tanya pria itu menatapnya. Agatha berpikir sejenak karena merasa aneh dengan sikap Dirga selama satu minggu ini atasannya itu bersikap begitu aneh. Tidak ingin mengecewakan Dirga karena telah membayar gajnya di muka maka gadis itu pun menyetujuinya seraya menganggukkan kepalanya."Kalau begitu ikut aku sekarang," ajak Dirga sambil menarik tangan Agatha dengan paksa. Agatha begitu terkejut dengan sikap Dirga yang spontan langsung menariknya saja, tanpa pikir panjang gadis itu langsung mempertanyakan tindakan pria bule itu,"Kita mau ke mana, Pak?" tanya Agatha sedikit merasa sakit di pergelangan tangannya karena Dirga begitu kuat memegang tangannya. Di tambah lagi, pria itu tidak meenjawab pertanyaan Agatha semakin membuatnya sangat penasaran. Dirga yang biasanya selalu membawa sopir untuk mengantar mereka kini dia membiarkan sopirnya beristirahat dan mengajak Agatha masuk ke dalam mobilnya. Entah ke mana pria itu membawa asisten pribadinya itu hingga sampai di sebuah Beauty Salon. Dirga memarkirkan mobilnya dan menyuruh Agatha turun."Ayo, masuklah," ajak Dirga sambil menarik tangan gadis itu. Agatha pun menuruti keinginan atasannya, Dirga menepuk kedua tangannya dan keluarlah seorang perempuan cantik, berpakaian begitu seksi dengan tubuh moleknya."Apa yang bisa saya bantu Tuan tampan?" tanya perempuan itu mendekatinya."Bantu aku untuk menjadikan gadis ini cinderella," jawabnya begitu formal."Baiklah, Tuan Dirga saya akan menyulapnya menjadi cinderella," balasnya sambil bercanda. Pemilik salon kecantikan itu langsung melaksanakan tugasnya dengan baik dan tak butuh waktu lama hanya cukup setengah jam saja perempuan seksi tadi langsung memanggil Dirga yang tengah duduk santai seraya membaca majalah."Tuan, apakah gadis anda sudah terlihat cantik?" tanyanya menatap ke arah Dirga. Pria beriris mata biru itu langsung bangkit dari kursi ruang VIP. Dirga membuka mulutnya takjub menatap kecantikan Agatha dengan penampilan barunya.Peluru itu hampir saja mengenai Agatha, beruntungnya Dirga menarik tangan istriinya dan mereka jatuh hingga tidak ada yang tertembak, "Anda berani sekali mengambil pistol pihak kepolisian, Anda akan dihukum berat," gumam pria berseragam seraya menggertak. Jujur apa yang didengar oleh Agatha tadi benar-benar berita yang sangat mengejutkan, dia tidak pernah menyangka jika Saras dan Selena membuat rencana yang membuat Agatha mempertaruhkan janinnya hingga membuat Dirga marah besar dan memenjarakan ibu dan adik tirinya. "Maafkan aku, Tha! Kau harus mengalami hal seperti ini karena aku," desah Dirga merasa bersalah. Sebagai putera dar Saras, Dirga merasa malu memiliki seorang ibu yang tega mencelakai menantunya sendiri, bahkan Saras tega membunuh calon cucunya sendiri karena tidak menyukai Agatha."Aku hanya tidak pernah berpikir bila Ibumu akan sejahat ini, Ga." Agatha meneteskan air matanya. Ia tidak berhenti menangis karena benar-benar sedih dengan apa yang terjadi pada dirinya
Boy tak bisa lagi berbohong apalagi menutupinya hingga akhirnya dia mulai mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi pada Dirga dan tak pernah dia menduga bila selama tinggal di rumahnya, Selena selalu saja bersikap seolah tuan rumah dan mengintimidasi Agatha lagi. Untuk memastikan hal itu benar atau tidak. Dirga menemui bik Siti dan memastikannya. Betapa hancurnya hati Dirga ketika mendengar kabar tersebut. Pria itu tak bisa lagi menahan emosinya hingga membuat Dirga marah."Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa menutupi kebenaran ini karena Mbka Agatha terus saja melarang saya," ucap bik Siti menunduk seraya duduk bersimpuh. Tak pernah terpikirkan oleh Dirga bila hal seperti ini terjadi, "Sejak kapan Agatha diperlakukan seperti itu, Bik?" tanya Dirga ingin tahu."Setelah Pak Dirga mengetahui kebenaran tentang kecelakaan itu, Nyonya dan Nona Selena berubah sikap kepada saya dan mbak Agatha.""Pantas saja bila Agatha terlihat kelelahan saat malam tiba, ternyata dua perempu
Dirga segera naik ke atas dan melihat Agatha yang begitu serius melihat ponselnya, "Tidak, Ga.Ini tidak benar? Bik Siti bukan buronan dan dia bukanlah orang yang telah mendorongku." Agatha mendekati Dirga seraya mencengkeram tangannya dan meminta pria itu untuk mencabut tuntutan itu, "Ayo, Ga. Cabut saja tuntutanmu itu, Bik Siti tidak bersalah," pintanya dnegan mata yang berlinang."Apa kau yakin?" tanya dirga ingin tahu kejadian yang sebenarnya, sejujurnya Dirga ingin menanyakan hal itu padda Agatha namun mengingat dia masih berkabung maka sang suami sengaja untuk menunda pertanyaan itu, apa yang menyebabkan Agatha bisa keguguran karena selama ini Agatha selalu berhati-hati."Aku jatuh sendiri dan tidak ada oranga yang mendorongku hanya sa-ja saat itu aku seperti menginjak sesuatu yang licin." Agatha mengingat itu dengan jelas dan dia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Dirga. Dirga langsung berkomentar, "Mungkin saat itu Bik Siti habis mengepel dan kau meng
"Jika kau sudah tahu jawabannya, kenapa kau masih bertanya?" ucap Dirga meliriknya tajam. Dirga meminta dua perempuan itu untuk meninggalkan ruangan di mana Agatha dirawat. Pria itu bahkan menutup pintu dengan kasar. Dirga langsung memutar tubuhnya dan menghampiri Agatha. "Kenapa kau terlihat takut Agatha? Apakah kau telah meragukan cintaku padamu?" tanya pria itu dengan tatapannya dingin."Bukan begitu, Ga. Aku hanya takut karena kondisiku yang seperti ini kau ingin meninggalkanku jadi ak--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya Dirga langsung memotong ucapan Agatha. "Apa kau pikir aku hanya bermain-main saja dengan hubungan kita ini? Tidak, Ga. Aku serius padamu meskipun kau tidak bisa hamil sekalipun aku akan tetap bersamamu. Bukankah itu janji yang aku ucapkan sewaktu kita menikah dulu." Di situ Agatha mengungkapkan bahwa dia merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal menjaga janinnya dengan baik sehingga dia harus mengalami hal yang begitu
"Apa yang sedang kau pikirkan, Tha? Jangan terllau banyak berpikir, lebih baik kau istirahat saja," titah Dirga memberi perintah. Pria itu menyelimuti tubuh Agatha dan menyuruhnya untuk tidur karena hari masih gelap, ditambah lagi suasana yang begitu dingin membuat Dirga pun ikut tidur di samping Agatha. Alankah terkejutnya Agatha ketika mnggerjapkan matanya dan cahaya sinaran matahari hari sungguh sangat menyilaukan matanya. "Kau harus bangun, Agatha," ucap seorang perempuan yang sangat dikenalnya."Ibu," ucap Agatha membukanya dengan lebar."Iya, aku rasa kau sudah cukup istirahatnya dan bangunlah karena aku punya kabar untukmu," jawab perempuan paruh baya itu."Kabar apa, Bu?" tanya Agatha sangat penasaran. Saras tersenyum tipis dan menunjukkan sebuah amplopberwarrna putih kepada Agatha, "sebaiknya kau baca saja isi di dalam amplop ini." Perempuan itu memberi perintah. Agatha yang sangat penasaran pun langsung duduk dan membuka amplop tersebut. Membaca isi surat ter
Dirga diperkenankan masuk oleh dokter, tak lupa juga pria itu meminta dokter untuk memeriksa Agatha lagi. Mengikuti langkah dokter, Dirga menghentikan laju langkahnya ketika mendapati wajah sang istri nampak pucat sekali pasca keguguran itu. Dirga menyentuh jemari sang istri begitu kuat seraya memandangi wajah Agatha. Entah bagaimana perasaan Agatha bila dia thau bahwa bayinya kini sudah tidak ada lagi. "Kuharap kedepannya kau mau menerima kenyataan ini, Tha," ucap Dirga berurai air mata. Sehari semalam Agatha dirawat namun perempuan tiu belum juga sadar, dokter juga merasa heran deengan knidisi Agatha. Namun, melihat hasil dari pemeriksaan dokter semuanya nampak baik-baik saja."Mungkin ada sesuatu hal yang membuat pasien enggan untuk bangun!" seru dokter itu menatap Dirga."Apa itu, Dok? Tolong, bantu istri saya," ucapnya sambil menyentuh lengan pria berjas putih itu. Pria itu mengeaskan, jalann satu-satunya adalah Dirga sendiri. Kemampuann Dirga bisa membangunkan is