"Jika kau sudah tahu jawabannya, kenapa kau masih bertanya?" ucap Dirga meliriknya tajam. Dirga meminta dua perempuan itu untuk meninggalkan ruangan di mana Agatha dirawat. Pria itu bahkan menutup pintu dengan kasar. Dirga langsung memutar tubuhnya dan menghampiri Agatha. "Kenapa kau terlihat takut Agatha? Apakah kau telah meragukan cintaku padamu?" tanya pria itu dengan tatapannya dingin."Bukan begitu, Ga. Aku hanya takut karena kondisiku yang seperti ini kau ingin meninggalkanku jadi ak--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya Dirga langsung memotong ucapan Agatha. "Apa kau pikir aku hanya bermain-main saja dengan hubungan kita ini? Tidak, Ga. Aku serius padamu meskipun kau tidak bisa hamil sekalipun aku akan tetap bersamamu. Bukankah itu janji yang aku ucapkan sewaktu kita menikah dulu." Di situ Agatha mengungkapkan bahwa dia merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal menjaga janinnya dengan baik sehingga dia harus mengalami hal yang begitu
Dirga segera naik ke atas dan melihat Agatha yang begitu serius melihat ponselnya, "Tidak, Ga.Ini tidak benar? Bik Siti bukan buronan dan dia bukanlah orang yang telah mendorongku." Agatha mendekati Dirga seraya mencengkeram tangannya dan meminta pria itu untuk mencabut tuntutan itu, "Ayo, Ga. Cabut saja tuntutanmu itu, Bik Siti tidak bersalah," pintanya dnegan mata yang berlinang."Apa kau yakin?" tanya dirga ingin tahu kejadian yang sebenarnya, sejujurnya Dirga ingin menanyakan hal itu padda Agatha namun mengingat dia masih berkabung maka sang suami sengaja untuk menunda pertanyaan itu, apa yang menyebabkan Agatha bisa keguguran karena selama ini Agatha selalu berhati-hati."Aku jatuh sendiri dan tidak ada oranga yang mendorongku hanya sa-ja saat itu aku seperti menginjak sesuatu yang licin." Agatha mengingat itu dengan jelas dan dia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Dirga. Dirga langsung berkomentar, "Mungkin saat itu Bik Siti habis mengepel dan kau meng
Boy tak bisa lagi berbohong apalagi menutupinya hingga akhirnya dia mulai mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi pada Dirga dan tak pernah dia menduga bila selama tinggal di rumahnya, Selena selalu saja bersikap seolah tuan rumah dan mengintimidasi Agatha lagi. Untuk memastikan hal itu benar atau tidak. Dirga menemui bik Siti dan memastikannya. Betapa hancurnya hati Dirga ketika mendengar kabar tersebut. Pria itu tak bisa lagi menahan emosinya hingga membuat Dirga marah."Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa menutupi kebenaran ini karena Mbka Agatha terus saja melarang saya," ucap bik Siti menunduk seraya duduk bersimpuh. Tak pernah terpikirkan oleh Dirga bila hal seperti ini terjadi, "Sejak kapan Agatha diperlakukan seperti itu, Bik?" tanya Dirga ingin tahu."Setelah Pak Dirga mengetahui kebenaran tentang kecelakaan itu, Nyonya dan Nona Selena berubah sikap kepada saya dan mbak Agatha.""Pantas saja bila Agatha terlihat kelelahan saat malam tiba, ternyata dua perempu
Peluru itu hampir saja mengenai Agatha, beruntungnya Dirga menarik tangan istriinya dan mereka jatuh hingga tidak ada yang tertembak, "Anda berani sekali mengambil pistol pihak kepolisian, Anda akan dihukum berat," gumam pria berseragam seraya menggertak. Jujur apa yang didengar oleh Agatha tadi benar-benar berita yang sangat mengejutkan, dia tidak pernah menyangka jika Saras dan Selena membuat rencana yang membuat Agatha mempertaruhkan janinnya hingga membuat Dirga marah besar dan memenjarakan ibu dan adik tirinya. "Maafkan aku, Tha! Kau harus mengalami hal seperti ini karena aku," desah Dirga merasa bersalah. Sebagai putera dar Saras, Dirga merasa malu memiliki seorang ibu yang tega mencelakai menantunya sendiri, bahkan Saras tega membunuh calon cucunya sendiri karena tidak menyukai Agatha."Aku hanya tidak pernah berpikir bila Ibumu akan sejahat ini, Ga." Agatha meneteskan air matanya. Ia tidak berhenti menangis karena benar-benar sedih dengan apa yang terjadi pada dirinya
Kata orang, hubungan yang telah bertahan selama bertahun-tahun lamanya akan sulit untuk dipisahkan mengingat pasangan yang menjalaninya sudah memiliki ikatan yang cukup kuat antara satu sama lain. Sama halnya dengan seorang gadis cantik nan sederhana yang bernama Agatha, dia berpikir demikian namun realita tak sesuai ekspetasi hingga ia mendapatkan sebuah pesan singkat dari sang kekasih.[Aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku akan menikah dengan perempuan yang jauh lebih baik dari dirimu, Agatha.] Bak petir di siang bolong. Hati Agatha benar-benar hancur membacanya, perempuan itu memegang dadanya yang terasa sesak sambil menahan air mata yang hendak luruh dari pelupuk matanya. Meskipun begitu, Agatha masih berusaha untuk berpikir positif bahwa Zio hanya sedang ingin bercanda dengannya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menelepon Zio. Ketika panggilan pertama tak ada jawaban, kedua dan ketiga pun sama, bahkan sampai ke sepuluh kalinya tidak ada jawaban, seolah pria itu benar-bena
“Aku tidak akan segan untuk memanggil satpam dan mengusirmu dari sini,” jawab Zio dengan mata yang melotot tajam. Agatha mendengus lalu menyisir ke seluruh ruangan. Perempuan itu tersenyum getir saat ia melihat dekorasi pernikahan Zio dan Selena. Dekorasi pernikahan ini sama persis seperti konsep dekorasi yang pernah Agatha bahas dengan Zio. Seolah tak cukup dengan mengambil seluruh uang Agatha, Zio dengan teganya juga mengambil ide pernikahan impian Agatha dan meninggalkan perempuan itu tanpa menyisakan satu mimpi pun untuk Agatha.“Ah, dekorasi pernikahan ini sangat familiar. Apakah kau mendapatkan inspirasinya dari seseorang?” tanya Agatha. “Dari mantan kekasihmu, misalnya,” lanjut perempuan itu. Zio menggertakkan rahangnya. “Tentu saja aku bertanya tentang dekorasi pernikahan ini pada ahlinya. Lagian mana sudi aku bertanya padamu," jawabnya dengan angkuh."Oh, kau sudah keterlaluan Zio! Apakah aku tidak berartu di dalam hidupmu? Bukankah kau ingin menika--" Belum melanjutkan uc
Patah hati adalah hal yang menyakitkan dan butuh waktu untuk melupakannya. Apalagi ketika orang yang dicintai, menikah dengan orang lain. Tentu sangat sulit menerima kenyataan tersebut. Sejak saat itu, Agatha terus saja menggurung diri di kamarnya, seolah ia tak ingin hidup lagi. Hari itu matahari bersinar begitu terang hingga menyilaukan mata insan yang melakukan aktivitas di luar ruangan. Sinar mentari kini tak lagi bisa menghangatkan hati perempuan itu yang terasa sangat beku. Namun, tidak dengan perempuan yang tengah berjalan menyusuri jembatan besar itu justru tak merasakan apa-apa. Kini, dia merasa Tuhan tidak adil dalam memperlakukannya. Bertahun-tahun dia berkorban untuk hubungannya, namun semua pengorbanan Agatha harus berakhir sia-sia. Hati Agatha terasa sangat perih setiap kali ia melihat pemberitaan atau mendengar orang-orang membicarakan pernikahan Zio dan Selena yang menggemparkan seluruh kota."Pria brengsek! Kenapa hidupku harus sekejam ini!" ucapnya beberapa kali. M
Pria itu membulatkan matanya dengan sempurna ketika dia sudah yakin seratus persen jika ia mengenali perempuan yang berniat bunuh diri itu. ‘Bukankah dia perempuan yang kemarin diusir dari pernikahan itu?’ pikir Dirga dalam hati. Pantas saja perempuan itu tampak tak asing, nyatanya mereka memang pernah bertemu. ‘Apakah kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi seperti ini?’ pikirnya lagi. Tanpa berpikir panjang, Dirga langsung berlari menembus kerumunan dan berniat untuk menghentikan aksi nekat Agatha. Pria itu perlahan berjalan mendekat meskipun Agatha terus menatap tajam ke arahnya. Menurut Dirga, jika tidak ada yang berbuat nekat untuk menolong, bisa-bisa kemacetan ini tidak akan bisa berakhir. Apalagi orang-orang tampak tak bisa membujuk perempuan tersebut.“Nona, ayo turunlah,” ujar Dirga dengan kesal. “Kau tidak melihat jika apa yang kau lakukan membuat banyak orang panik?” tanya pria itu. Agatha mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Kalau kalian tidak ingin dibuat