Mata Sean dan Stela yang saling beradu langsung beralih pada mamanya. "Ma ... " panggil Sean dan Stela bersama-sama. Mereka pun saling pandang kembali saat ternyata suara mereka terdengar secara bersama-sama."Ma, jangan bicara seperti itu." Stela menggenggam tangan mertuanya. Dia benar-benar merasa sedih jika harus kehilangan mama mertuanya."Sudah-sudah, anakmu baru datang, tapi kamu sudah mencecarnya dengan pertanyaan anak." Akhirnya setelah sekian lama bungkam Papa Abian pun berbicara untuk mengakhiri pembicaraan istri dan menantunya."Iya," jawab Adel pada suaminya. Dia menatap pada anak dan menantunya. "Kalian pulang saja dulu. Pasti kalian lelah, nanti sore kalian bisa kemari lagi untuk temani mama.""Yang dibilang mama benar, kalian pulang saja dulu istirahat, nanti kalian bisa kemari." Papa Abian ikut menimpali.Sean mengangguk mendengar perintah mama dan papanya. "Ayo, Sayang, kita pulang untuk beristirahat," ajaknya.Mendapati kata 'sayang' membuat Stela terkesiap. Sudah sek
Meraih ponsel milik Stela, dia mengecek siapa yang mengirimi Stela pesan yang begitu banyak. Matanya memicing saat nama Finn yang terdapat di layar ponsel. Ada sekitar sepuluh pesan dari Finn dan satu pesan dari Ana yang masuk ke dalam ponsel Stela.Karena rasa penasarannya, Sean membuka ponsel milik Stela. "Apa sandinya," gumam Sean.Jari Sean pun menekan angka tanggal ulang tahun Stela, dan akhirnya ponsel pun terbuka. Buru-buru Sean melihat ke layar ponsel milik Stela untuk tahu pesan apa yang ditulis oleh Finn.Sean hanya membacanya dalam hati, setiap pesan Finn yang masuk. Auri, apa kamu sudah sampai? Isi pesan pertama dari Finn. Melanjutkan membaca pesan berikutnya, ternyata masih pertanyaan yang sama, hingga sekitar tujuh pesan yang masuk, ternyata dengan kata-kata yang sama.‘Apa dia kurang kerjaan mengirim pesan yang sama sebanyak itu,’ batin Sean mencibir apa yang dilakukan Finn.Sampai di pesan ke delapan, Finn menanyakan bagaimana keadaan mertuanya alias mamanya.‘Untuk ap
Stela menatap Sean, dan Sean pun menatap kembali pada Stela. Pandangan mata yang seolah mencari jawaban dari pertanyaan mamanya begitu membuat mereka bingung.Meraka berdua dalam pikiran masing-masing. Di mana Stela berpikir jika pernikahannya di ambang perceraian, dan mana mungkin mereka tidak akan pernah melangsungkan pesta pernikahan."Yang terpenting Mama sembuh dulu." Sean seraya memindahkan laptop yang dia lekatkan di pangkuannya. Dia berdiri dan menghampiri mamanya. "Sean dan Stela akan melangsungkan pesta setelah Mama sehat." Sean berdiri di samping ranjang dan tepat berdiri di depan Stela yang duduk di kursi. Matanya beralih pada Stela. "Iya, kan, Sayang?" tanyanya."Hah .... " Stela merasa bingung harus menjawab apa ucapan Sean."Kita akan melangsungkan pesta pernikahan setelah Mama sehat." Sean mengulang kembali ucapannya. Matanya menatap kedua bola mata Stela ini menanti jawaban dari istrinya itu.Stela berada dalam dilema. Jika dia menjawab iya, akan menjadi janji yang ha
Tangan Stela langsung mencubit lembut perut Sean. "Tutup mulutmu!" ancamnya."Kenapa aku harus tutup mulut, memang harusnya kita melakukan bulan madu bukan setelah menikah?""Itu jika kamu tidak menceraikan aku." Stela memutar bola matanya malas. Tatapannya menajam saat mengingat perceraiannya."Aku belum mengajukan surat perceraian ke pengadilan, jadi kita masih bisa kembali.""Berarti dulu kamu membohongi aku?" Stela ingat jika dulu waktu Sean mengantarkannya pulang ke kos setelah acara pesta papa Finn, dia mengatakan jika dia sudah mengajukan surat perceraiannya."Aku tidak benar-benar serius waktu itu. Aku hanya kesal saat kamu dekat dengan Finn." Sean akhirnya mengatakan pada Stela apa yang membuat dirinya mengatakan hal itu dulu."Bukannya aku sudah jelaskan jika aku tidak ada apa-apa dengan Finn?""Iya, tapi dia menyukaimu.""Kalau dia menyukaimu, apa kamu pikir aku semudah itu jatuh cinta." Suara Stela sudah semakin kesal."Aku tahu kamu tidak mudah jatuh cinta, tapi jika Finn
"Aku mau jangan berikan kesempatan pria mana pun masuk ke dalam kehidupanmu, selama aku masih berstatus suamimu." Sebuah rasa ketakutan yang Sean rasakan adalah Stela berpaling dari dirinya. Finn yang menjadi ancaman terbesarnya begitu membuatnya gelisah.Stela menarik senyum di wajahnya. Dia tahu persis jika Sean begitu takut pada Finn. Namun, tanpa Sean larang pun dirinya tidak akan melakukan itu."Baiklah." Satu kata yang Stela ucapkan.Ada kelegaan di hati Sean mendengar ucapan Stela yang akan menjadi janjinya. Semua janji yang akan selalu dia pegang teguh bahwa istrinya itu tidak akan memberi kesempatan pria mana pun. "Satu lagi yang ingin aku tanyakan?""Apa?""Apa kamu masih mencintai aku?"Stela terkesiap mendapat pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab, jika Sean bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Stela."Aku mengantuk, selamat tidur." Stela menarik selimut dan memejamkan matanya. Dia enggan menanggapi pertanyaan Sean.‘Sebenarnya tanpa kamu jawab aku sudah tahu,
"Apa? Olivia di sini?" tanya Stela memastikan. "Iya.""Lalu bagaimana jika nanti dia melihatku?" Stela panik."Memangnya kenapa, jika dia melihatmu." Sean memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Stela.Stela mendengus kesal melihat Sean yang terlihat begitu santai. "Kamu ini bagaimana dia tidak tahu bukan, jika aku ini istrimu.""Akhirnya kamu mengakui jika kamu istriku." Sean tersenyum mendengar ucapan Stela. Perasaannya senang karena setelah sekian lama Stela menyebut sebagai istrinya.Stela merutuki kesalahannya yang mengucapkan hal itu. "Iya, hanya saja aku adalah istri yang dibuang," sindirnya."Stel, aku mohon jangan berkata seperti itu. Aku tahu aku salah." Sean menarik lembut tangan Stela. Ada penyesalan besar di hatinya karena sudah dengan bodohnya mengucapkan kata sakral itu.Merasakan sentuhan lembut tangan Sean membuat sejenak Stela lupa apa yang menjadi kekesalannya. Namun, dia buru-buru untuk menyadarkan diri."Pikirkan dulu cara menghindari Olivia." Stela mena
"Kamu ini bagaimana, jika mama tanya kita ke mana, lalu kamu mau jawab apa?" Sean berpikir untuk membodohi Stela."Jawab saja kita ke sini."Sean sadar jika lawannya adalah Stela. Tidak akan semudah membuat wanita yang sebenarnya masih istrinya itu untuk mendengarkan segala ucapannya."Iya, tapi pasti mama bertanya, apa yang kita lakukan, jika kamu bilang kita sedang berfoto-foto, pasti mama ingin melihat, dan jika mama melihat foto kita berdua tidak ada, apa yang akan diucapkan mama?"Stela menimbang-nimbang ucapan Sean. "Ya sudah, ayo!" Dia pun mengajak Sean untuk berfoto berdua."Berikan ponselnya padaku! Biarkan aku yang mengambil fotonya," pinta Sean." Sean mengulurkan tangannya dan meminta Stela memberikan ponselnya. Saat ponsel Stela sudah di tangannya, Sean mengarahkan kameranya pada dirinya dan Stela. "Senyum!" ucap Sean seraya membidik foto.Saat foto sudah selesai. Sean melihat hasilnya. Namun, hanya dirinya yang terlihat tersenyum, sedang Stela hanya datar saja. "Senyum, S
Stela yang begitu puas jalan-jalan akhirnya meminta untuk kembali ke rumah sakit. Dia berharap jika Olivia sudah pulang menjenguk mertuanya. Karena jika tidak, Olivia akan tahu jika dia adalah istri Sean.Beruntungnya sampai di rumah sakit, ternyata Olivia sudah pulang. Paling tidak Stela lega. Andai mungkin hubungannya dengan Sean baik-baik saja, dia tidak akan main kucing-kucingan seperti ini."Maaf, Ma, kami tadi pergi jalan-jalan." Stela merasa tidak enak dengan mama mertuanya."Tidak apa-apa, hanya saja akhirnya kalian tidak bertemu Olivia."Stela bingung harus menjawab apa pertanyaan mama mertuanya, dia pun menatap Sean seolah meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut Olivia."Kami masih bisa bertemu saat nanti di Jakarta, Ma." Sean menimpali ucapan mamanya, dan itu membuat Stela lega."Benar juga, kalian masih bisa bertemu di sana nanti," jawab Adel. Saat berbincang dengan anak-anaknya. Adel mengingat satu hal yang ingin kalian tanyakan. "Kalian sekarang tinggal