Share

Dicintai CEO Psikopat
Dicintai CEO Psikopat
Penulis: Rhanie Chans

1. Hari Sial

"Hey, Darling," sapa seorang wanita cantik dengan postur tubuh tinggi dan seksi.

Senyuman itu. Senyuman yang dulu menghangatkan, namun tidak saat ini. Senyuman itu terasa menjijikan, manakala aku ingat semua penghianatannya.

"Mau apa kau kemari?" ucapku bertanya dengan datar.

Ya, dia adalah Rosemary Winata Anderson. Seseorang yang pernah mengkhianatiku di saat aku benar-benar begitu mencintai dan telah menaruh hati begitu dalam padanya. Tapi dia meninggalkanku demi laki-laki lain, hanya karena aku tidak pernah menyentuhnya lebih dari sekedar berciuman.

"Oh My Bee ...  apa kau tidak merindukan aku? Maafkan aku Bee, aku mengaku salah ... Tak seharusnya aku bersikap berlebihan padamu dulu. Tak bisakah kita memulai semuanya dari awal kembali? Aku masih sangat mencintaimu, Bee," bual Rose dalam membujuk Devan.

"Setelah apa yang kau lakukan terhadapku dan kau berharap untuk memulai kembali semuanya? Kau pikir aku bodoh, haa? Dasar Jalang murahan tak tau malu!"

Aku menatapnya dengan penuh amarah hingga siapa saja yang melihatnya akan merasakan luapan emosi yang aku pendam sejak lama.

Flashback On

Pukul 06:00 pagi Devan sudah dibuat geram oleh Erik Stevano Jhonson. Asisten pribadi Devan sekaligus sahabatnya dari waktu kecil. Erik menelpon Devan terus menerus tiada henti sehingga membuat Devan begitu marah. Menurut Devan, itu masih sangat terlalu pagi. Entah apa yang membuat asistennya itu sangat mendesaknya lewat panggilan telepon tersebut?

Dengan suara berat khas orang baru bangun tidur, Devan menjawab panggilan tersebut.

"Aku pastikan kau tidak akan bekerja denganku lagi jika ini tidak penting untukku dengar Mr. Jhonson!" ucap Devan mengancam.

Lalu dengan kekehan kecil Erik menjawab bosnya. Erik yakin sekali kalau Devan sekarang dalam keadaan sangat kesal. Erik tahu betul bagaimana temperamen bosnya itu.

"Ohh, Devanku yang tampan ... Bisakah kau tidak selalu menggunakan ancamanmu untuk memecat ku? Aku sangat yakin jika kau mendengar berita ini, kau tidak akan bisa melanjutkan tidurmu," jawab Erik yang terkesan menggelikan, namun sekaligus membuat bosnya penasaran.

"Cepat katakan Erik! apa maksudmu? Aku sungguh tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan celotehanmu yang tak berguna. Aku masih ingin melanjutkan tidurku yang nyenyak ini," balas Devan yang terdengar sangat menyebalkan bagi Erik.

"Rose sudah kembali ke Indonesia, Dev. Aku melihatnya kemarin saat sebelum kau menugaskanku untuk menyelesaikan urusan bisnis di Bali. Aku melihatnya sedang berpelukan mesra dengan seseorang yang mungkin menurutku itu adalah kekasih nya," ucap Erik Panjang lebar.

Berita yang Erik berikan pagi ini membuat sukses bosnya Murka. Berita yang mengejutkan itu membuat Devan harus kembali mengingat akan penghianatan wanita yang pernah ia sangat cintai itu.

Setelah Rose pergi meninggalkan Devan dengan luka yang begitu dalam, Devan pun menutup hatinya rapat-rapat. Ia pun bersumpah tidak akan pernah mempercayai atau menjalin hubungan dengan wanita lagi. Karena bagi nya, semua wanita itu sama. Sama-sama penghianat!

Devan sudah menduga ini semua sejak ia berada di salah satu Mall terbesar di Jakarta. Ia melihat seseorang yang sangat ia benci dan sangat ia hindari.

Ternyata apa yang ia lihat beberapa waktu lalu benar adanya. Devan memang pernah tak sengaja melihat Rose di sebuah cafe yang ada di Mall tersebut sedang tertawa begitu bahagianya. Dan itu beberapa waktu yang lalu, saat sebelum Devan memerintahkan Erik ke Bali untuk urusan bisnis. Namun ia menganggap itu semua hanya sebuah ilusi saja.

"Untuk apa dia kembali Erik? Apakah dia belum cukup melihatku begitu hancur?" tanya Devan pada Erik. "Well Erik, aku ingin kau memastikan ke seluruh penjaga keamanan di mansion dan di kantor untuk melarang wanita iblis itu menemuiku. Aku yakin sekali Erik, jika dia kembali tentu dengan niat dan rencana yang tidak kita ketahui." imbuh Devan dengan memerintah Erik, yang masih tampak bingung di seberang telepon sana.

"Baiklah …  tapi kenapa kau bisa mempunyai pikiran seperti itu, Dev? Apa ada sesuatu yang tidak kuketahui darimu? Apa kau merahasiakan sesuatu dariku, Dev?" tanya Erik curiga.

Devan tidak menjawab pertanyaan Erik yang membuatnya semakin kesal. Karena sepagi itu, ia harus menerima kenyataan bahwa yg ia lihat saat itu benar adanya. Ia pun bertambah kesal saat harus menerima begitu banyak pertanyaan dari asisten pribadinya itu.

Devan mematikan sambungan telepon tersebut secara tiba-tiba. Membuat Erik yang sedang menunggu jawaban dari Devan, pun merasa kesal karena Devan tidak menjawab pertanyaannya. Tapi justru malah memutuskan panggilan tersebut secara tiba-tiba.

Erik terdiam sejenak sambil memikirkan perkataan dari Devan tadi. Perkataan dari Devan tadi sukses membuat pikirannya sedikit terganggu. Erik dibuat bingung dengan sikap Devan yang menurutnya aneh dan terkesan sedang menutupi sesuatu yang tidak ia ketahui.

Tidak pernah Devan menyembunyikan hal sekecil apapun darinya, namun tidak dengan pagi ini.

"Apa yang sedang kau sembunyikan dariku, Devan?" Gumam Erik bermonolog sendiri.

Flashback Off

Devan beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ia berharap setelah air dingin mengguyur kepalanya itu dapat menghilangkan sedikit beban yang ia rasakan pagi ini.

Setelah selesai dengan acara mandi, Devan bersiap untuk pergi kekantor. Namun sebelum itu, ia mampir ke rumah makan yang ada di dekat kantornya. Ia hampir saja melupakan kebiasaan paginya karena terbawa emosi pagi ini.

Setelah Devan sampai di tempat yang ia tuju. Entah mimpi apa ia semalam, sehingga pagi ini ia mengalami kesialan.

Saat Devan hendak membuka pintu. Ia ditabrak oleh seorang gadis pengantar makanan yang berlari terburu-buru. Sehingga makanan yang ia bawa tumpah mengenai jas dan celana Devan menjadi kotor.

"Oh shit! Apa kau buta sehingga aku yang sebesar dan setinggi ini kau tabrak? Perhatikan jalan dan pakai matamu saat kau berjalan bodoh!" Umpatan dan makian pun keluar dari mulut Devan.

"Maaf Tuan, Aku tidak sengaja. Aku terburu-buru sekali saat ini. Maafkan aku, Tuan," ucap Angel seraya menundukkan kepalanya.

Ia benar-benar takut jika suara orang yang ada di depannya ini terdengar oleh managernya. Pagi ini saja, ia sudah diomeli oleh managernya karena datang terlambat.

"Panggil manajermu kemari sekarang!" Perintah Devan dengan menatap gadis yang ada di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi dan jijik.

Angel seketika membeku. Wajahnya terlihat pucat dan sangat ketakutan. Ia tidak tahu akan menjadi apa nasibnya kedepan jika managernya itu tahu.

"Apa kau tidak mendengar ucapan ku? Selain buta, ternyata kau juga tuli, haa! Dasar gadis pembawa sial!" sambung Devan dengan memaki Angel.

Makian terus Devan ucapkan. Hingga gadis yang ada di hadapannya saat ini terpaksa kembali masuk ke dalam untuk memanggil managernya. Angel tidak tahan mendengar orang yang ada di hadapannya saat ini yang terus-menerus memakinya. Tak lama kemudian keluarlah Arif. Ya, ia adalah manager di rumah makan tersebut, dan disusul oleh Angel di belakangnya.

"Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?"  Ucap Arif bertanya dengan sopan.

Ia tahu jika ia sedang berhadapan dengan seorang penguasa. sedikit saja ia melakukan kesalahan atau menyinggung orang di hadapannya saat ini, maka ia tidak dapat membayangkan apa akibat yang akan ia dapat.

"Apakah ini caramu mendidik seorang karyawan? lihat apa yang dilakukan oleh karyawanmu yang bodoh ini kepadaku?" Ucap Devan kepada manager rumah makan tersebut sambil menunjukkan celana dan jasnya yang sudah kotor.

Arif mmbelalakkan matanya lalu menatap sinis ke arah Angel.

"Maafkan saya Tuan, Saya akan memberikan hukuman kepadanya sebagai sanksi, nanti. Mengenai jas dan celana Tuan yang kotor, nanti karyawan saya yang lain yang akan membersihkan nya," ucap Arif mencoba bernegosiasi dengan orang di hadapannya ini. Namun Devan sama sekali tidak menghiraukan ucapan dari Arif.

"Tidak perlu, cukup kau pecat gadis bodoh ini. Karyawan tidak konsisten seperti dia tidak layak untuk bekerja," ucap Devan tanpa ingin di bantah.

Permintaan Devan sungguh terdengar begitu kejam dan tidak punya hati. Angel yang mendengar itu pun seketika lemas dan ingin sekali menangis.

"Tapi Tuan, bukankah itu terlalu berlebihan untuk kesalahan kecil yang saya lakukan? Bukankah saya sudah meminta maaf kepada Tuan tadi? Kenapa sesam--" ucapan Angel langsung dipotong oleh Arif.

"Cukup Angel! mulai sekarang kamu saya pecat! Kamu tidak perlu bekerja di sini lagi. Sekarang kamu kemasi barang-barang kamu dan pergi dari sini!" Ucapan Arif membuat Angel begitu sakit mendengarnya. Kenapa setiap orang-orang yang berkuasa begitu semena-mena terhadap orang yang tidak berdaya?

Angel pun pergi dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa begitu sedih. Kenapa karena kesalahan kecil yang ia lakukan harus berujung seperti ini?

 Sementara itu, Devan yang merasa menang dan puas pun menyunggingkan senyum licik. Ia merasa bahwa wanita seperti Angel layak mendapatkan perlakuan seperti itu.

Jika di ingat-ingat, Devan dan Angel tidaklah saling mengenal dan tidak pernah terlibat masalah apapun. Tapi entah mengapa Devan begitu membenci wanita yang baru ia jumpai itu? Seakan-akan Devan begitu menaruh dendam yang sudah lama. Devan dengan tega membuat wanita itu hilang pekerjaannya. Sebegitu bencikah Devan terhadap wanita?

Setelah pergi cukup jauh dari tempat di mana ia barusan di pecat, Angel melihat sebuah pohon besar yang rindang. Ia mencoba mengistirahatkan kakinya sejenak di sana. Ya, Angel pergi dengan berjalan kaki. Seorang gadis sebatang kara dan miskin seperti ia, mempunyai kendaraan hanyalah sebuah mimpi belaka.

Sambil menengadahkan wajahnya ke atas, Angel mencoba menghalau air matanya yang hendak jatuh. Menurut nya, menangis hanya membuat dirinya semakin lemah. Ia sambil berpikir, dari mana ia dapat mencari uang untuk melunasi sisa hutang ayahnya sebanyak 100 juta rupiah?

Joan Efendi adalah ayah dariAngel. Menjalani kehidupan dengan serba kekurangan, wajar saja bila ayahnya Angel mempunyai hutang yang banyak. Hingga sampai sekarang setelah ia tiada pun, hutang itu masih ada.

"Oh Tuhan, kemana aku harus mencari uang untuk melunasi hutang ayah? Sekarang aku sudah tidak punya pekerjaan lagi," ucap Angel bermonolog sendiri sambil menengadahkan kepalanya menatap langit.

Menyusuri sepanjang jalan, Angel mencoba kesana kemari mencari lowongan pekerjaan. Hingga tak terasa petang pun tiba. Angel bahkan belum sama sekali menemukan pekerjaan untuknya.

Duduk di pinggir trotoar, Angel mencoba menghilangkan penatnya setelah seharian kesana kemari tak juga mendapatkan pekerjaan.

Tiba-tiba sosok laki-laki tampan bak anime seperti di dunia nyata, sedang melintas di depan Angel dengan menggunakan mobil sportnya. Ya, Devanlah orangnya. Devan pun mendekati Angel yang tengah duduk. Entah apa yang akan Devan lakukan kali ini?

"Hei! apakah kau sekarang sudah beralih profesi menjadi pengemis? pengemis yang meminta-minta uang kepada orang-orang yang lewat." Ejek Devan, namun Angel tidak menanggapinya.

Seketika Angel berdiri langsung dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan Devan yang menatapnya dengan tatapan menghina.

Tidak ingin memberikan kesempatan, seketika itu pula Devan menarik tangan Angel dengan kasar. Ia marah saat Angel langsung hendak pergi tanpa menghiraukan ucapan Devan.

"Beraninya kau mengabaikan ku!" berang Devan yang sudah menggenggam dengan erat tangan Angel. Dengan kuat Angel menghempaskan tangan Devan hingga terlepas dari tangannya.

"Apakah kau tidak mempunyai pekerjaan lain Tuan? Apa kau seorang pengangguran yang tidak punya pekerjaan, sehingga dari tadi kau begitu asyik mengusik hidup ku? Apakah kehidupanku begitu menarik perhatian mu, hingga kau tak berhentinya mengganggu hidupku? Apa Tuan merasa kurang cukup membuatku harus kehilangan pekerjaan?" pertanyaan terus Angel lontarkan secara bertubi-tubi.

"Bukankah kita tidak saling mengenal? Lalu mengapa Tuan seakan begitu marah dan menaruh dendam kepada ku?" Imbuh Angel dengan datar. Ia mencoba untuk tidak terpancing emosi oleh perkataan dari Devan.

"Beraninya kau!" Devan hendak melayangkan tamparan, Namun tangannya mengambang di udara saat ia mendapati Angel malah mendekatkan pipinya. Angel dengan beraninya mendekatkan pipinya seakan siap untuk menerima tamparan dari Devan.

"Apa, haa! kau ingin menamparkan? ya, tamparlah sesuka hatimu. Mungkin dengan kau menamparku, itu bisa mengurangi beban hidupmu yang begitu menyedihkan. Kau bahkan dengan senangnya membuat seorang gadis yatim piatu, yang hidup sebatang kara ini kehilangan pekerjaan nya!" Seakan mendapatkan keberanian, Angel menatap tajam mata Devan, lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

"Akanku buat kau menyesal telah berani menghina kehidupanku! Tidak ada seorang wanita manapun yang boleh menghinaku! Dasar brengsek!" teriak Devan dengan mengepalkan tangannya membentuk kepalan tinju.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status