Share

2. Pria Aneh

Sepanjang jalan Angel merutuki nasibnya sendiri. Entah mengapa ia bisa bertemu dengan lelaki berhati iblis. Oh, sungguh Angel yang malang.

Sementara itu di lain tempat. Devan begitu emosi, ia mengumpat kesana kemari. Ia tidak terima jika ada seorang wanita yang berani menghinanya.

Namun di lain sisi, Devan justru mengagumi sosok gadis pengantar makanan tersebut. Devan terpana saat melihat rambutnya yang berwarna coklat, lurus dan lembut. Kulitnya yang putih dan halus bersih, membuat setiap kaum lelaki yang melihat ingin sekali menyentuhnya. Matanya yang hitam pekat membuat orang terpana saat menatap matanya. Bibir ranumnya yang berwarna pink terlihat begitu kenyal dan seksi. Lekuk tubuhnya yang aduhai, membuat setiap kaum adam bertekuk lutut di hadapannya.

"Aaaahhh! Bagaimana bisa aku terpikat oleh pesona gadis murahan itu? Dari gelagatnya saja aku bisa melihat kalau ia hanya seorang gadis murahan yang suka tebar pesona dan suka menggaet lelaki kaya raya. Dasar jalang sialan!" teriak Devan frustasi.

Cukup puas Angel berjalan sambil meratapi nasibnya yang malang. Sampailah ia di apartemen kecil miliknya. Selama ini Angel selalu menyimpan uang gajinya. Angel tidak begitu menikmati hasil jerih payahnya.

Baginya, ia dapat melunasi hutang ayahnya saja, ia  sudah sangat bahagia. Tapi kini ia telah kehilangan pekerjaannya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana? Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa diandalkan.

Merasa lelah, Angel pun mandi dan tidur untuk menenangkan pikirannya yang kusut.

Pagi pun tiba. Angel yang merasa tidak ada kegiatan pun masih tetap bermalas-malasan di tempat tidurnya. Ponselnya pun berbunyi dan memunculkan nomor asing. Angel mengernyitkan dahinya tanpa menjawab telepon tersebut.

Namun ponsel Angel terus saja berbunyi hingga Angel merasa kesal. Karena merasa penasaran, akhirnya ia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo ... ini siapa, ya?" Sapa Angel dengan tenang dan sopan.

"Hei gadis sialan! Apakah kau tidak merasa berhutang sesuatu kepada ku?" tanya seseorang pria di seberang telepon tersebut, tanpa menjawab pertanyaan dari Angel.

"Maaf, aku rasa kau salah sambung. Aku tidak merasa mempunyai hutang kepada siapa pun," jawab Angel.

"Setelah kau mengotori jas dan celanaku, kau menganggap dirimu tidak berhutang!?" Seru Devan.

Ya, pria yang menelpon Angel adalah Devan.

"Ooh, rupanya kau si Tuan berhati iblis! Setelah kau membuat aku kehilangan pekerjaan dan kau masih menuntut aku karena mengotori Jas dan celana mu? Dimana otakmu Tuan, iblis? Bukankah kemarin Pak Arif sudah menawarkan agar ia membersihkan jas dan celana mu? Tapi kau dengan berlagak sombongnya menolak dan meminta Pak Arif memecatku. Jika kau merasa sudah pikun, biar aku ingatkan kau kembali. Aku tidak pernah merasa berhutang pada mu. Kau merampas pekerjaanku dan aku anggap itu impas!"

Saat Angel hendak mematikan telfon itu, suara gelak tawa di seberang sana membuat Angel merasa lebih kesal.

"Hahahahaha ... kau pikir harga jas dan celanaku ini murah? Sekalipun kau menjual tubuhmu, kau tidak akan mampu untuk menggantinya. Apa kau tidak tahu siapa aku? Jangan membuatku marah atau kau akan menyesal!" Ancam Devan.

"Hahahaha ... kau pikir kau itu siapa, haa? seenaknya kau mengancamku. Kau dan aku sama-sama hanya manusia biasa. Mengenai siapa kau? Aku tidak tahu siapa kau dan sama sekali tidak ingin tahu siapa kau ... Paham?" Jawab Angel tak mau kalah dari Devan.

Angel mematikan sambungan telepon tersebut. Ia tidak habis pikir mengenai jalan pikir pria itu. Bagaimana bisa setelah ia membuat Angel dipecat, sekarang malah meminta ganti rugi.

"Entah bagaimana lelaki brengsek itu bisa menghubungiku. Darimana ia mendapatkan nomor ponselku?" Ucap Angel bermonolog sendiri.

"Ahhh, jelas pak Arif yang telah memberinya nomor ponselku, sialan!" imbuh Angel geram karena nomor ponselnya diketahui oleh laki-laki yang dibencinya .

Angel mengganti pakaiannya dan keluar mencari udara segar. Kejadian di telepon tadi membuatnya seketika menjadi pusing. Angel melangkahkan kakinya ke sebuah taman yang agak jauh dari apartemennya. Begitu sampai, Joana duduk di bangku sebuah taman, lalu mengeluarkan buku novel dari dalam tasnya.

Baru saja ia ingin membuka novel dan membacanya. Tiba-tiba ia mendengar isakan tangis seorang anak kecil yang menangis. Angel berusaha mencari sumber suara tangisan anak kecil tersebut. Ia merasa suaranya tidak jauh dari tempat ia duduk. Menengok kekanan dan kiri, Angel tidak menemukan siapapun disana. Yang terlihat hanyalah orang yang lalu lalang berjalan di sekitar taman. Saat menengok kebelakang, ia menemukan seorang anak kecil yang tengah berjongkok sambil menangis.

"Rupanya kau anak manis yang menangis. Hai cantik, siapa namamu? Kenapa kau bisa ada disini? Dan kenapa kau menangis? Dimana orang tuamu?" Tanya Angel sambil berusaha mendekatkan diri pada gadis kecil di depannya. Namun anak itu hanya diam saja dan menatap Angel dengan tatapan waspada.

"Hei, anak manis! kau tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya bertanya padamu. Hmm.. baiklah, apa kau mau coklat? Aku punya coklat untukmu ... Apa kau mau? Aku yakin kau tidak akan menangis dan takut lagi setelah makan coklat ini. Kenalkan, namaku Angel." imbuh Angel lalu mengulurkan tangan sambil memberi coklat pada gadis kecil tersebut. Dan gadis kecil itu pun meraih tangan Angel dan menerima coklat tersebut.

"Namaku Febby, Tante. Aku tadi kesini sama Daddy. Tadi Daddy bilang ingin membeli minuman, tapi sampai sekarang Daddy tidak kembali lagi Tante, Febby takut," kata Febby sambil merengek.

"Kau tidak perlu takut sayang, ada aku yang akan menjagamu sampai daddy-mu datang. Mmmm ... apa kau menyukai coklat nya?" tanya Angel berusaha menghilangkan rasa takut anak kecil tersebut.

"Enak Tante, Febby suka," jawab Febby.

Setelah berbincang dan bergurau di taman tersebut selama 30 menit lamanya. Febby berlari dan berteriak memanggil seorang pria yang ia sebut dengan daddy. Angel sempat tertegun melihat sosok yang dipanggil daddy itu .

Pria itu sangat sangat tampan. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih bersih, rahang yang tegas dan tak lupa bibirnya yang seksi. Membuat Angel tidak berkedip barang sedetik pun. Lelaki itu pun merentangkan tangannya menerima pelukan dari gadis kecil itu.

"Maafkan daddy sayang, daddy tidak bermaksud untuk meninggalkanmu sendiri disini. Tadi ban mobil daddy bocor, apa kau terluka? apa ada yang mengganggumu?" tanya seorang lelaki yang dipanggil daddy oleh Febby, putri kesayangannya. Dan ia memeriksa tubuh putri nya, ada yang terluka atau tidak. Dan tak lupa kecupan manis di pipi gembul putrinya.

"Febby tidak takut daddy, ada Tante itu yang jagain Febby. Tante itu baik banget daddy, Febby tadi di kasih coklat sama tante itu, jadi Febby gak takut lagi daddy," kata Febby sambil menunjuk di mana tempat Angel sedang duduk, yang sedang memandangi mereka berdua dari kejauhan. Sungguh pemandangan yang menyejukkan mata sekaligus membuat Angel sedikit terharu.

Angel mengagumi laki-laki itu yang begitu menyayangi putrinya.

Febby dan sang daddy-nya pun berjalan mendekati Angel.

"Maaf telah merepotkanmu dengan menjaga putri kesayanganku. Aku berterima kasih karena kau bersedia menemani putriku dan tidak membuatnya takut saat aku tinggal di sini sendiri."

"Ahh, ya tidak apa-apa, Tuan. Saya senang bisa menemani putri, Tuan. Kebetulan saya memang sangat menyukai anak-anak. Apalagi Febby anaknya ceria, ia terlihat begitu menggemaskan saat di ajak berbincang dan bergurau."

"Aahh ... perkenalkan namaku Mario Aditama. Panggil saja aku Mario. Sekali lagi terima kasih telah bersedia menjaga putriku. " Ucap Mario seraya mengulurkan tangannya.

"Namaku Angelica, dan kau tidak perlu sungkan, Tuan. Aku sangat senang dan tulus menjaga putrimu," jawab Angel seraya menjabat tangan Mario.

"Baiklah ... oh ya, apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Aku ingin mentraktirmu minum kopi sebagai rasa terima kasihku padamu. Aku akan menelponmu dan mengajakmu, tentunya saat aku memiliki waktu yang senggang. Belakangan ini aku sangat sibuk. Tapi akan aku usahakan secepatnya menyelesaikan pekerjaanku dan mengajakku minum kopi. Bagaimana, apakah boleh?" Tanya Mario sambil memberikan ponselnya.

"Tentu saja boleh, Tuan." Lalu dengan sigap Angel mencatat nomor ponselnya di ponsel lelaki yang baru saja berkenalan dengannya. Tujuannya tidak lain hanyalah, ia berharap dapat bertemu kembali dengan putri kesayangan pria itu.

Ya meski baru bertemu, tapi Angel bisa begitu menyayangi gadis cantik itu. Maklumlah, Angel memang sosok yang penyayang apalagi terhadap anak kecil.

"Baiklah terima kasih, kalau begitu aku permisi ingin mengantar putriku pulang. Sampai ketemu lagi nanti," ucap Mario berpamitan.

Angel mengulas senyum mengantarkan gadis kecil yang hendak pulang bersama daddynya.

Mario dan putrinya pun akhirnya masuk kedalam mobil dan memutuskan untuk pergi mengantarkan putrinya pulang.

Di dalam mobil pun Febby bertanya kepada sang daddynya.

"Daddy, apa Febby nanti bisa bertemu dengan Tante Angel lagi? Febby suka dengan Tante Angel, daddy. Tante Angel orangnya baik banget. Febby jadi pengen punya mommy kaya Tante Angel," ucap Febby kepada daddynya.

Namun Mario malah terkejut dengan ungkapan dari putrinya itu. Selama ini, Febby tergolong anak yang sangat sulit didekati dan juga sangat pemilih. Tak jarang wanita yang di bawa ke rumah oleh Mario, justru malah di tolak mentah-mentah oleh putri kesayangannya itu. Tapi kali ini tidak dengan gadis yang baru dijumpainya tadi. Mario heran, bagaimana bisa putrinya itu menyukai seseorang yang baru saja ia temui?

"Iya sayang, nanti daddy usahakan supaya kamu bisa ketemu lagi nanti dengan Tante Angel. Oh iya, kenapa Febby panggilnya jadi Tante Angel?" tanya Mario pada putrinya.

"Febby lebih suka manggilnya Tante Angel, daddy. Apakah salah Daddy?" tanya putrinya lagi.

"Tidak sayang, justru malah terlihat lebih simpel manggilnya." jelas Mario lagi.

Ayah dan anak itu pun mengakhiri percakapan nya, dan melajukan kendaraannya ke tengah jalan.

Namun saat mobil yang ditumpangi Mario menghilang dari pandangan. Angel tidak sengaja melihat lelaki yang begitu ia benci sedang memperhatikannya dari seberang jalan. Entah apa yang ada di fikiran laki-laki itu?

karena Angel merasa risih di perhatikan sedemikian rupa, ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Sungguh ia sangat tidak ingin bertemu dengan lelaki yang membuatnya kehilangan pekerjaannya.

"Apa dia tidak ada pekerjaan? Apakah sekarang dia berubah menjadi tukang penguntit? Hiih, menjijikan! ternyata selain pandai menghina, dia juga pandai menguntit orang … memalukan!" ucap Angel menggerutu sendiri.

Devan yang memang kebetulan melintas di sekitar taman tersebut pun merasa aneh. Entah sebuah kebetulan atau apa? dia bertemu kembali dengan gadis yang menghinanya kemarin.

Devan diam di seberang jalan sambil memperhatikan Angel dengan senyum manisnya.

"Wanita sialan seperti dia bisa juga tersenyum manis. Ckkk ... apa yang kau pikirkan tentang gadis sialan itu, Dev? Menggelikan sekali." Gumam Devan sendiri.

Devan yang sadar kalau gadis itu melihat nya, akhirnya ia memutuskan untuk masuk kembali ke dalam mobilnya dan memutuskan untuk kembali pulang ke mansionnya.

"Dasar pria aneh! mau apa dia ada sekitaran sini? Apakah dia benar-benar suka menguntit? menjijikan sekali dia. Heran aku ... kenapa juga bisa sealu ada dia dimana-mana?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status