Memilih pulang ke rumah bersama dengan Endi, kedatangannya yang tiba-tiba membuat Leo harus pulang bersama. Langkah Leo terhenti saat melihat Putik bersama Risa berjalan bersama, melihat jam di tangan sepertinya Putik telah selesai jam kerjanya.
“Kita ketemuan di tempat kemarin.” Leo berkata dengan menepuk bahu Endi sebelum benar-benar meninggalkannya.
Mengambil mobilnya dan langsung mengikuti langkah Putik dan Risa, mereka pastinya berada di halte. Perkataan Leo benar adanya, melihat mereka berdua berada disana dengan kondisi Risa yang sudah mulai lelah, menepikan mobilnya depan Putik yang langsung menyadarinya, menekan klakson sekali agar segera naik dan tampaknya Putik tidak memiliki keinginan untuk melawan.
Leo memilih keluar dari mobilnya, menggendong Risa yang sudah terlalu lelah dan meletakkannya di kursi belakang, membuka pintu depan dan memberikan kode agar Putik segera masuk. Memastikan Putik masuk kedalam dengan nyaman, Leo memilih memasuk
Mata Leo tidak melepaskan tatapan pada keenam wanita yang berada diatas panggung, penampilan mereka tidak bisa dianggap remeh dengan memandang sebelah mata. Mereka group wanita yang mempunyai gerakan dan suara bagus, lantas kenapa kedua wanita diantara mereka berada dalam kondisi seperti kemarin mereka bertemu.“Kalau mereka sebagus ini, kenapa ada yang bersama pria itu kemarin?” bisik Leo pada Endi.“Dunia mereka seperti itu,” jawab Endi membuat Leo menatap kearah mereka “Tapi bukan berarti mereka juga melakukannya, Larissa itu anak salah satu pengusaha dan pernah menjabat di negeri ini.”Leo mengangkat alisnya “Dia menjadi penyanyi begitu?”Endi mengerutkan keningnya “Setiap orang mempunyai keinginan berbeda, bukan? Azka dan Zee mengambil jalan berbeda dengan kita.”Leo membenarkan perkataan Endi, memilih kembali melihat penampilan mereka. Ada sedikit keanehan dimana Fransiska tida
“KENCAN? FRANSISKA?”Leo menggosok telinganya mendengar teriakan Endi, mereka pulang tidak lama setelah sesi foto selesai. Leo sudah membuat janji dengan Fransiska untuk kencan, tidak tahu akan membawa kemana bisa jadi tempat yang sangat aman dari media. Media bukankah H&D Group juga mengendalikan media yang berarti juga wartawan yang bekerja didalam sana, jadi untuk apa takut dengan gangguan media.Leo memberitahukan Endi saat sudah berada di apartemennya, Endi beberapa kali menatap tidak percaya dengan apa yang Leo katakan. Dari tadi yang dilakukannya adalah menatap Leo dari atas ke bawah, tidak lama kemudian mondar-mandir dihadapannya membuat Leo menatap malas pada Endi.“Putik? Bagaimana dengan dia?” Endi menatap penuh selidik.“Kita hanya pergi berdua yang berarti kencan, bukan berarti memiliki hubungan.” Leo menjelaskan pada Endi.Endi menggelengkan kepalanya “Bagi kita para pria memang begi
Leo menatap bangunan yang menjadi tempat tinggal Putik dan Risa, menatapnya membuat perasaan Leo menjadi tidak tega. Hembusan nafas kasar dikeluarkannya, sebelum memutuskan untuk mengetuk pintu.Suara dari dalam terdengar berisik membuat Leo tersenyum kecil, pintu dibuka tidak lama kemudian dengan penampilan Putik yang masih berantakan dan menggunakan pakaian tidur transparan. Menatap itu membuat Leo menelan saliva kasar, berdeham kecil menghilangkan perasaan tidak nyaman.“Masuk dulu,” ucap Putik masih belum menyadari penampilannya “Duduk dulu, aku masih mengurus Risa.”“Putik,” panggil Leo yang menghentikan gerakannya “Aku tunggu di mobil saja.”Tanpa menunggu jawaban Leo menutup pintunya, berjalan kembali kearah dimana mobilnya berada. Menyalakan mesin dan pendingin untuk menghilangkan pemikiran-pemikiran gilanya, melihat bagaimana bentuk tubuh Putik membuat adiknya ingin dipuaskan. Rasanya Leo sudah cuku
“Ada apa sama wajahmu?” tanya Irwan menatap Leo penuh selidikLeo menggelengkan kepalanya kasar “Bukan hal penting, jadwal restoran apa kali ini?”Leo mengalihkan perhatian Irwan dengan membicarakan mengenai kondisi restoran dan kitchen. Pembicaraan dengan Putik bukan suatu hal yang harus menjadi perhatiannya, wanita diajak serius malah lebih memilih menjadi penghangat di ranjang. Leo ingin menaikkan derajat dia tapi nyatanya memilih jalan yang lain, menggelengkan kepala mengingat interaksi mereka sebelum Putik keluar dari mobilnya.“Lo lagi nggak baik-baik saja, ada masalah apa?” tanya Irwan kembali membuat Leo menatap kearahnya dan menggelengkan kepala “Putik?”“Bukan,” jawab Leo langsung.“Lo udah anggap gue saudara, kan? Kenapa nggak terbuka saja biar bisa menyelesaikan bersama.” Irwan menawarkan bantuan.Leo memandang dalam setelah mendengarkan perkataan Irwan
Keluar terlebih dahulu, melihat jam yang menunjukkan waktu Putik selesai bekerja. Leo meminta Agus memastikan Putik pulang, setelah memastikan semua pekerjaan selesai langsung keluar dari ruangannya menuju tempat parkir dan membawa mobilnya ke tempat biasa Putik naik kendaraan umum.Leo menatap sekitar, menunggu cukup lama kedatangan Putik yang tidak muncul. Hembusan nafas panjang dan kesal menjadi satu, menunggu adalah hal yang paling dibenci banyak orang. Leo sendiri selama ini tidak pernah melakukannya, kali ini melakukan untuk wanita yang sudah menolaknya berkali-kali dan hanya menginginkan hubungan ranjang.“Lama?” suara disampingnya membuat Leo menatap kearahnya “Risa rewel tadi dan ini langsung tidur.”Leo berdiri melangkah ke tempat dimana mobilnya berada, jarak yang tidak terlalu jauh membuat mereka cepat sampai. Membuka pintu belakang untuk meletakkan Risa dan barang-barang mereka, Leo membuka pintu untuk Putik yang masuk tidak
Leo sudah memutuskan untuk tetap bersama dengan Putik dan akan membuat dia percaya kalau dirinya serius, perbedaan mereka bukan suatu kendala sama sekali. Pelepasannya yang entah ke berapa membuat mereka berada dalam satu ranjang bersama dengan Putik berada diatasnya, hembusan nafas Putik terasa di dadanya.“Aku menahan semua ini dari lama.” Putik berdiri dengan melepaskan penyatuan mereka.Leo mengernyitkan dahinya, menatap tubuh tanpa busana Putik yang membuatnya selalu menelan saliva kasar. Tubuh Putik tidak bisa dianggap remeh, tidak jauh berbeda dengan tubuh para gadis, meskipun memiliki anak tapi tubuhnya sempurna kecuali bagian bawahnya yang sudah terlalu longgar.“Kamu pernah melakukan dengan siapa saja?” Leo memberanikan diri bertanya membuat Putik menatap kearahnya.“Apa tidak enak?” tanya Putik tanpa menjawab pertanyaan Leo “Aku membutuhkan uang untuk bertahan hidup sebelum kerja di tempat kamu.”
Menatap Fransiska yang baru saja masuk kedalam mobilnya, menggunakan jaket dan masker untuk menutupi jati dirinya. Leo tahu bahwa sekarang sudah terlalu malam, bisa dikatakan tengah malam menjelang pagi. Menghubungi Fransiska dan mengajaknya keluar bukan hal yang masuk kedalam rencananya sama sekali, ketidakpuasan pada Putik membuat Leo melakukan hal gila.“Belum tidur?” tanya Fransiska setelah melepaskan penyamarannya.Leo menelan saliva kasar, wajah Fransiska terlihat luar biasa bersinar. Tidak menggunakan make up atau bisa dikatakan polos, hal ini semakin membuat Leo tahu bagaimana wajah aslinya. Leo menggelengkan kepala bagaimana bisa media tidak pernah membahas mengenai kecantikan wanita dihadapannya ini, setidaknya saat ini beruntung bisa melihatnya secara langsung.“Hallo,” ucap Fransiska melambaikan tangannya dihadapan Leo.“Kamu cantik jadi aku nggak konsen,” ucap Leo memberikan alasan membuat Fransiska mencibi
Leo menatap keponakannya yang sedang bermain dihadapannya, setiap minggunya semua harus berkumpul di rumah orang tuanya. Bisa datang kalau ada acara yang memang tidak bisa ditinggalkan, tapi jangan harap bisa dengan tidak mudah datang karena maminya akan bertanya dari a sampai z, bukan hanya itu asisten juga akan ditanyai lengkap.“Jadi kamu dekat sama janda itu?” Lucas memilih duduk disamping Leo tanpa melepaskan tatapan dari putranya.“Ya dan tidak,” jawab Leo membuat Lucas menatap kearahnya, hembusan nafas panjang dikeluarkannya “Dia menolak berkali-kali.”Lucas tertawa mendengarnya membuat Leo memutar bola matanya malas “Kalau papi dengar bakal emosi, keturunan Hadinata bisa ditolak. Itu namanya kamu yang bego.”“Kaya situ nggak bego aja.” Leo menatap sinis pada Lucas “Awas aja ampe lo buat Anggi sedih.”“Tenang, nggak akan.” Lucas menepuk bahu Leo pelan. &ldquo