Share

Bab 7

Pada saat berikutnya, Zayden sudah menekan Audrey ke dinding. Zayden mencengkeram dagu Audrey dengan kuat untuk memaksanya mendongak, lalu berkata padanya, “Awalnya, aku masih penasaran tentang latar belakang wanita yang dicari ayahku. Tak disangka, ternyata kamu itu cuma seorang wanita mata duitan.”

Nada Zayden terdengar penuh ejekan, kekuatannya juga lumayan kuat. Audrey bahkan merasa dagunya seperti akan dihancurkan oleh Zayden. Rasa sakit itu membuat Audrey tanpa sadar berlinang air mata, tetapi dia berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir. Kemudian, dia menjawab, “Benar, aku ini memang wanita mata duitan. Jadi, apa Tuan Zayden sudah bisa kasih aku uangnya supaya wanita menjijikkan seperti aku segera pergi?”

Setelah mendengar jawaban ini, Zayden merasa agak heran. Lebih tepatnya, dia tidak pernah bertemu dengan wanita mana pun yang begitu terang-terangan menunjukkan seberapa materialistik diri mereka. Bahkan jika benar-benar menginginkan uang, mereka biasanya juga akan bersandiwara terlebih dahulu. Dia merasa wanita ini agak istimewa karena sudah terlalu materialistik dan dangkal.

Setelah memikirkannya, Zayden tiba-tiba tersenyum dan berkata, “Benarkah? Kalau kamu begitu menginginkan uang, bagaimana kalau kamu buktikan dulu kata-katamu tadi dengan tindakan?”

Setelah mendengar ucapan Zayden, Audrey pun merasa kebingungan untuk sesaat. Namun, pada saat berikutnya, Zayden sudah langsung mencengkeram kedua tangannya dan melemparnya ke tempat tidur.

“A ... apa yang mau kamu lakukan?” tanya Audrey dengan terkejut. Dia ingin bergerak mundur, tetapi Zayden sudah menahan pergelangan tangannya.

“Bukannya tadi kamu bilang dengan semangat kalau dengan menikahiku, kamu yang masih suci sudah jadi janda? Kalau kamu mau minta kompensasi dariku, mana mungkin aku nggak turuti permintaanmu?”

Selesai berbicara, Zayden langsung menekan Audrey dan perlahan-lahan mendekat ....

Zayden mendekatkan wajahnya yang penuh dengan ejekan ke arah leher Audrey yang indah dan putih. Namun, dia tidak merasa jijik seperti yang dibayangkannya. Sebaliknya, dia malah merasa tidak asing. Kesan yang polos dan tenang ini sangat mirip dengan kesan yang diberikan gadis malam itu kepadanya ....

Untuk sesaat, Zayden pun tanpa sadar bertambah dekat dan melupakan bahwa dirinya hanya ingin menakut-nakuti wanita tak tahu malu di hadapannya ini.

Audrey sama sekali tidak bisa bergerak karena ditindih Zayden. Dia hanya bisa memejamkan matanya dan tubuhnya juga menjadi semakin tegang. Pada akhirnya, dia pun berteriak, “Aku nggak mau uangnya lagi. Lepaskanlah aku!”

Audrey masih tetap tidak bisa melewati rintangan di hatinya itu.

Setelah mendengar suara Audrey, Zayden pun tersadar akan apa yang sudah terjadi. Saat memikirkan dirinya yang bisa merasakan gairah terhadap seorang wanita mata duitan dan bahkan menghubungkannya dengan gadis polos itu, Zayden langsung merasa sangat jengkel.

Dia segera bangkit dengan kesal dan berkata, “Kamu kira aku ingin menyentuhmu? Wanita sepertimu ....”

Zayden belum sempat menyelesaikan ucapannya, tetapi kata-kata itu tetap menyakiti Audrey. Dia mencengkeram baju bagian depannya, lalu duduk dan berkata, “Maaf, aku yang terlalu lancang. Berhubung Tuan Zayden begitu membenciku, aku pergi dulu. Aku rasa kamu bisa menyelesaikan masalah perceraian sendiri. Nanti, aku akan datang mengambil surat perceraiannya.”

Selesai berbicara, Audrey langsung berjalan ke luar tanpa menoleh lagi. Hanya saja, begitu dia sampai di depan pintu, terdengar suara berat dan rendah Zayden di samping telinganya, “Apa aku sudah mengizinkan kamu pergi?”

Tubuh Audrey langsung menegang. Dia menggigit bibirnya dan menahan amarah dalam hatinya. Pria ini sudah menghancurkan harga dirinya. Cara apa lagi yang ingin Zayden gunakan untuk mempermainkan dirinya agar dia bisa puas?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status