***
Kang Di dan kedua anak buahnya memasuki sebuah kamar. Dengan langkah mengendap-endap, aku mengikuti mereka di balik cahaya rumah yang temaram. Hal ini menguntungkan bagiku, sebab mereka tidak akan bisa mengetahui keberadaanku.
"Ferdinan memintaku untuk membawa tawanan ke rumahnya." Suara Kang Di aku dengar lebih dulu. Pintu ruangan yang tidak tertutup rapat, membuatku bisa leluasa mendengar apa yang mereka bicarakan."Kenapa bisa begitu? Bukankah Bos menyuruh kami untuk menahan wanita itu di rumah ini. Jangan mencoba mengakali kami, Di! Aku tahu, kamu ingin menikmati wanita itu sendirian!" ujar lelaki bertubuh tambun dengan sengit. Kang Di mendesah, kulihat dia merogoh gawainya dan memperdengarkan suara yang kuyakini itu adalah Pak Ferdinan."Biarkan wanita itu pergi bersama Diharyo, aku ingin mengeksekusi dia lebih dulu di rumahku!" Diharyo, adalah nama lengkap Kang Di. Aku selalu memanggilnya Kang, sebab kami sud***PoV Author."Kris, tolong aku kali ini saja. Aku tidak ada sangkut pautnya dengan penculikan kakak kamu." Reina memelas dengan kedua tangan yang sudah diborgol.Tatapan matanya mengisyaratkan kesedihan yang teramat dalam. Hidupnya sudah hancur sejak dia memutuskan untuk melanjutkan hubungannya dengan Ferdinan. Reina pikir, menikah dengan pria yang sudah menanam benih dalam rahimnya, akan membuat Reina begitu dicintai. Nyatanya, Ferdinan selalu melampiaskan kemarahannya pada Reina dengan kekerasan fisik. Tentu saja hal tersebut membuat Reina frustasi, dalam keadaan hamil, dia mendapat perlakuan buruk oleh lelaki yang sudah menghamilinya.
DIKIRA MISKIN KARENA TIDAK MEMAKAI PERHIASAN (39)***PoV Author."Lihat Bu, perhiasanku banyak sekali, kan? Mas Edi memang suami yang baik, dia belikan aku perhiasan sebanyak ini," ujar Andini pada ibunya, ketika kedua orang tuanya berkunjung ke rumah sakit jiwa.Jamilah--ibu Andini dan Husni-- ayah Andini, setiap seminggu sekali mereka berkunjung ke rumah sakit, memantau keadaan Andini yang kian hari kian mengenaskan."Sembuhlah, Nak. Sepulang dari sini nanti ibu akan membelikanmu perhiasan yang kamu mau, a
PoV Author***'Tapi kalau melalang buana, aku dapat uang gede darimana buat ngelunasin semua ganti rugi ke Endan Group. Bisa-bisa aku jadi DPO nanti' batin Adi berperang melawan akal pikirannya."Tunggu apalagi, pergi dari sini!" usir Hantoro, dengan melempar kedua koper Adi keluar rumah.Para tetangga yang melihat tidak bisa ikut campur. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, jika Adi yang terkenal kaya di perantauan, seolah lupa dengan kedua orang tuanya yang mulai sakit-sakitan."Pak, Bu. Biarkan aku tinggal di sini. Rumahku sudah dijual oleh Anggi. Bapak dan Ibu tahu kan, bagaimana cara hidup Anggi selama ini. Rumahku dia jual untuk melunasi hutang-hutangnya." Adi mendekat ke arah Bapak dan Ibunya. Dia memasang wajah sendu agar kedua orang tuanya percaya dengan apa yang dia ucapkan.
***"Sesuai dengan pasal 333 ayat 1, yang menegaskan tentang barangsiapa dengan sengaja merampas kemerdekaan seseorang dalam hal ini yang berarti melakukan penyekapan, diancam dengan pidana paling lama delapan tahun.Karena ada dua laporan yang menyeret nama Ferdinan, yaitu kasus yang menimpa Endang Sarasvati dan juga Aminah Basro, yang mana kasus mereka sama yakni sudah dilakukan penyekapan oleh Ferdinan dan sekawanannya, maka hukuman akan menjadi dua kali lipatnya.Tersangka akan mendekam di penjara selama enam belas tahun, termasuk seluruh anak buah yang ikut melancarkan aksinya dalam melakukan tindak kejahatan tersebut."Putusan hakim membuat dadaku terasa longgar sekali. Semoga kurungan penjara selama enam belas tahun bisa membuat Pak Ferdinan menyesal telah melakukan semua perbuatannya."Kris, tolong aku. Aku hamil, Kris. Sekalipun ini bukan anakmu, tapi setidaknya kita pernah menjalin hubungan yang spesial!" rengek Reina dengan menghambur ke tubuh Krisna. Aku mencebik, bosan se
PoV Author.***"Maaf, Bu. Saya menemukan kejanggalan pada gangguan yang Bu Andin alami," ujar seorang psikiater pada kedua orang tua Andin.Jamilah dan Husni saling berpandangan. Masih mencoba mencerna apa maksut dari ucapan dokter cantik di depannya."Maksut saya, Bu Andin tidak mengalami gangguan jiwa seperti yang Ibu dan bapak keluhkan.Saya bisa menilai dari cara dia menjawab semua pertanyaan saya dengan detail. Tatapan matanya bukan tatapan mata kosong seperti orang dengan gangguan jiwa pada umumnya. Juga, dia tidak sibuk dengan dunianya seperti pasien ODGJ lainnya. Saya rasa, Bu Andin hanya sedang menyembunyikan sesuatu dari kalian selaku orang tuanya.Saran saya, Bapak dan Ibu bicarakan ini baik-baik dengan Bu Andin. Karena ketika laporan saya nanti ma
PoV Author***Jdor!Jdor!Jdor!"Halimah, keluar kamu!" teriak seorang wanita dengan menggedor pintu rumah Halimah."Dasar pelakor, keluar kamu dari rumah ini. Ini rumah suamiku!" Mendengar keributan, para tetangga bergegas keluar dan mencoba menenangkan seseibu yang sedang marah-marah di depan rumah Halimah. Pak RT dan istrinya mendekati wanita tersebut dan meminta untuk tenang."Bagaimana saya bisa sabar, Halimah itu pelakor! Dia sudah merebut suami saya!" ujar wanita itu lantang.Halimah tidak kunjung keluar, dia bersembunyi di dalam kamar karena takut kedoknya selama ini terbongkar."Tapi Bu Halimah sudah memiliki suami, mana mungkin dia merebut suami ibu," sela tetangga baik Halimah.Wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama Hartini itu melotot ke arah tetangga baik Halimah."Suami yang mana maksut kamu, hah?!"Hartini berkacak pinggang di hadapan para tetangga Halimah. Pasalnya, semua tetangga memang tidak tahu, jika suami Halimah yang tak lain adalah Suryono adalah suam
PoV Author***"Kamu dan Hana pergi saja, Kris. Cari seserahan sekalian cincin untuk pertunangan besok lusa." Endang melirik ke arah Krisna yang nampak malu-malu tapi mau. Sementara Hana hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi usulan dari Endang."Betul itu! Jangan apa-apa kamu serahin ke Mbak-mu! Bisa cepet tua dia nanti!" seloroh Mas Danu, Endang mendelik ke arah suaminya yang malah cekikikan.Hana ikut tertawa melihat Danu yang menggoda Endang, begitupun Tini dan Bastian, mereka merasa bahagia sebentar lagi anak bungsunya akan bertunangan."Ibu sudah membicarakan semuanya dengan Ibu Hana, Kris. Jadi persiapan sudah kami siapkan dengan matang. Tinggal kamu dan Hana aja, buruan cari cincin nikah. Atau kalau mau cari seserahan yang Hana mau, belikan! Jangan pelit sama calon mantu ibu!" hardik Tini pada Krisna, pipi Hana bersemu merah mendapat kasih sayang yang tulus dari keluarga Krisna. Apalagi Hana adalah anak dari lelaki yang sudah mengorbankan nyawanya demi keluarga Bastian.Kri
PoV Author***"Katakan, Ma. Apa kamu selama ini tidak mengirimkan uang pendidikan untuk anak-anakku?!" bentak Suryono sengit. Halimah meneguk ludahnya kasar, belum pernah Suryono berkata dengan nada tinggi sebelumnya.Halimah melirik ke arah para tetangganya yang sudah berkerumun di depan rumahnya. Sudah kepalang malu, sekalian saja dia tunjukkan dirinya yang sebenarnya."Memang kenapa? Anak kamu udah ada ibunya, jangan manjain mereka dengan mengirimkan uang. Bukannya dibuat biaya pendidikan, malah dibuat foya-foya sama Emaknya!" sindir Halimah, membuat Hartini semakin meradang. Pasalnya, sejak Suryono meninggalkan dirinya dan juga anak-anaknya, Hartini banting tulang untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, karena memang biaya pendidikan ketiga anaknya sudah ditopang oleh Suryono selaku Ayah mereka."Gi-la nggak sih, udah merebut seorang Ayah dari anaknya, eh, uang untuk biaya pendidikan pun ikut diembat juga!" seloroh tetangga Halimah."Nggak nyangka banget deh, ternyata Bu Halimah