Share

Bab 17

"Alhamdulillah, Mas, ternyata semua itu hanya mimpi," terangku, sambil memeluknya erat.

"Kamu mimpi apa? Kok nangisnya sampai begitu?" tanya Mas Arsya heran.

"Tadi aku bermimpi, Mas. Aku berada di tempat yang tidak aku kenal sama sekali, aku menangis karena takut tidak bertemu lagi dengan kalian. Aku kira itu beneran, eh ternyata itu hanya mimpi," terangku.

Aku pun menuturkan panjang lebar, tentang semua yang aku alami barusan. Mas Arsya pun mendengarkan ceritaku, dengan sungguh-sungguh.

"Oh, jadi seperti itu ya, Sayang. Pantesan kamu nangis kejer tadi," sahut Mas Arsya.

"Iya, Mas, habisnya aku sedih banget," ujarku.

"Ya pasti sedih dong, Sayang. Mas juga pasti merasa sedih, jika dalam keadaam seperti itu," timpal Mas Arsya.

"Mas, kemana Bapak?" tanyaku kemudian, setelah tidak melihat keberadaan Bapak.

Mas Arsya pun memberitahuku kemana Bapak, rupanya cinta pertamaku itu sedang shalat ashar. Karena ternyata saat ini telah menunjukan pukul empat lewat tiga puluh menit.

"Mas, aku juga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status