Bagaimana jadinya jika masih sempoyongan tiba tiba jadi pengantin wanita?, ulah siapa kalau bukan Om duda bernama Dani Alves. Pernikahan tanpa persetujuan gadis muda Sun Shanne si pemabuk mengantarkan pada kehidupan yang tidak terduga baginya. Dari pernikahan terpaksa malah dicintai secara ugal ugalan. Dengan latar belakang keduanya yang berlawanan kira kira romansa seperti apa yang terjadi antara mereka?, akankah pernikahan paksa ini mengantarkan mereka pada kebahagiaan?
View MoreHangatnya mentari pagi belum menyentuh tubuh Shanne, gadis yang masih pengar di ranjangnya membalikkan tubuhnya dengan malas telah menyadari hari sudah pagi. Dia belum melihat sekeliling kamarnya belum menyadari ada sosok laki laki yang tengah duduk di sofa.
“Mpph.. jam berapa ini?.” Gumam Shanne, dia mencoba meraih jam di meja. Sosok laki laki itu mengamati dengan senyum tipis kemudian berdiri mendekat pada gadis tersebut, dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun seolah terpesona meski Sun Shanne tampak acak acakan. “Selamat pagi Nona…,” sapa laki laki tersebut, menyentuh hidung Shanne. “Kenapa ada suara yang menyapa di kepalaku?.” Pikir Shanne, belum menyadari. Shanne belum bangkit dia masih menyeimbangkan otaknya untuk melihat jam di tangannya dengan tepat. Dia minum lebih banyak semalam dari biasanya membuatnya sedikit kesulitan. “Hai Nona, sekarang adalah pukul tujuh pagi.” “Tujuh pagi, syukurlah aku tidak terlambat,” balas Shanne, “tunggu suara siapa barusan!” Shanne kemudian bangkit dia terkejut dengan kehadiran sosok laki laki asing di ranjang tempat tidurnya. “Siapa kamu?!” “Aku adalah Dani Alves, calon suamimu dan pagi ini adalah hari pernikahan kita.” Dengan enteng Dani Alves, Om duda kaya raya tersebut membawa paksa tubuh Shanne ke dalam mobil, tidak peduli seberapa kuat dia melawan tenaganya tidak mampu. “Lepaskan, dasar kamu pria mesum!” Berontak Shanne. Dani tidak memperdulikan ocehan Shanne, gadis 20 tahun itu dibawa melaju dengan mobil mewah menuju sebuah gedung dimana Dani benar benar akan menikahinya. Shanne digendong paksa dan di serahkan pada para pelayan dan penata rias yang sudah menunggunya di dalam. Gaun putih juga sudah terpanjang di sana untuk dikenakan olehnya. “Tunggu apa yang akan kalian lakukan, jangan mendekat!” Tegas Shanne. “Jangan khawatir Nona, kami tidak akan menyakiti anda.” Kata salah satu pelayan. Shanne tidak berdaya, Dani mengutus bawahan perempuan yang memiliki keahlian bela diri, menahannya sekuat tenaga untuk di sulap menjadi pengantin yang menakjubkan. “Aku mohon, kalian tidak mengerti….kalian pasti salah orang, lepaskan aku.” Shanne memelas, matanya berkaca kaca. “Tuan Dani tidak salah mengambil pengantin, Nona Sun Shanne,” sahut seorang pria tua,”saya akan mengantar anda ke pelaminan, Tuan Dani dan para tamu sudah menunggu di sana.” Shanne dibawa ke pelaminan dengan dekorasi elegan, Shanne tidak menyadari bahwa keluarga sambungnya hadir di tengah tengah tamu untuk menyaksikan pernikahannya berlangsung. Dani dia muncul meraih tangan Shanne sambil membisikkan sesuatu bernada ancaman membuatnya akhirnya terpaku dan menurut. Keluarganya adalah dalang dari pernikahan paksa yang terjadi demi rasa haus akan kekayaan dan kekuasaan. Mereka telah bersikap kejam dan tidak adil terhadap Sun Shanne serta mengambil keuntungan yang merugikan dirinya setelah ibunya meninggal dunia. Dewie ibu tiri Shanne tertawa puas dalam hatinya melihat Shanne di pelaminan, dia melirik suaminya yang sama puasnya. “Anak dari jalang Eve dia pantas mendapatnya.” Gumam Dewi. Setelah pernikahan berlangsung Shanne kembali dibawa memasuki mobil. “Tolong lepaskan saya, pernikahan ini salah!” “Kamu adalah istriku sekarang, kamu tidak punya alasan kemanapun selain di sisiku.” Kata Dani. Brum.. brum.. brum.. Mereka tiba di kediaman Dani, sebuah hunian mewah dengan fasilitas lengkap di dalamnya, bahkan terdapat pelayan dan beberapa orang yang bekerja di rumah tersebut. “Selamat datang Tuan dan Nona.” Sapa para pelayan. “Antarkan dia ke kamarnya.” Perintah Dani. “Baik Tuan, silahkan Nona ikut dengan saya.” Kata pelayan ramah. Alih alih mengikuti panduan pelayan yang akan membawanya ke kamar, Shanne dia justru lari menuju gerbang dan ditangkap kembali oleh Dani. “Nona Sun Shanne, kenapa kamu buru buru sekali, kamarmu berada di dalam aku akan mengantarmu.” Ucap Dani, dia sudah menggendong tubuh Shanne. “Cih, aku tidak sudi tinggal di rumah pria brengsek sepertimu!” “Aku adalah suamimu sekarang, jadilah istri yang patuh.” Kata Dani lembut. Dibawanya tubuh Shanne ke ke sebuah kamar, di mana kamar tersebut memang sudah disiapkan untuk malam pengantin dengan dekorasi romansa, membuat Sun Shanne merinding, dia takut akan dilecehkan nanti malam. Malam harinya Dani masuk ke kamar, dia ingin menghabiskan malam pertama dengan istri barunya, tapi Shanne selalu melawan dia bertindak kasar dan mendorong tubuh Dani keluar kamar “Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku sejengkal pun!” Tegas Shanne. Dia kemudian menutup pintu mengganjalnya dengan beberapa barang, Sun Shanne yang kelelahan kemudian tertidur di ranjang. Pagi hari pun tiba, Shanne yang sedang membalikkan tubuhnya menyentuh sesuatu yang familiar kemudian seketika bangkit. “Hwaaa… bagaimana kamu bisa masuk!” Teriak Shannie terkejut. Laki laki telanjang dada tersebut membuka matanya, dia hanya melemparkan senyum geli mendengar Shannie bicara. “Ini rumahku, aku bisa masuk ruangan manapun yang aku mau.” Sahut Dani. Shanne merinding, pikirannya terbang penuh adegan cabul, sosok Dani yang mengaku duda padanya telah berada satu ranjang dengannya semalaman, padahal ia ingat betul setelah proses pernikahan selesai ia mencoba kabur tapi tidak berhasil, lalu berakhir mengunci diri di kamar tersebut. Bahkan Shanne menambahkan meja kecil dan sofa agar tidak ada seorangpun bisa menerobos masuk namun, berakhir sia sia. Dani berjalan ke arah Shanne yang mematung, dia banyak dihujani kejadian yang sulit untuk dirinya mengerti. “Sayang, jangan takut begitu… .” Kata Dani, mendekat. “Sayang?, hey, jangan sembarang mengganti nama orang!” Protes Shanne. “Baiklah, Shanne sayang, kita sudah melewatkan jam sarapan.” Ucap Dani kembali. “Astaga, jauhkan kalimat “sayang” itu, kita bukan siapa siapa!, aku orang waras dan kamu penjahat!” Imbuh Shanne frustasi, mengacungkan jari telunjuknya. “Pernikahan kita ini direstui, kamu adalah istriku sekarang.” Shanne dengan kapasitas otaknya hampir meledak terlalu lelah berpikir, dia mengambil lampu tidur di dekatnya mengacungkan pada Dani sebagai ancaman, tapi dengan santai Dani menanggapi. “Omong kosong macam apa ini!, kamu penguntit yang menculik paksa wanita di apartemennya!” Omel Shanne. “Kalau kamu tidak percaya, kenapa tidak bertanya saja pada keluargamu?.” Kata kata Dani merobek ingatannya, kata keluarga mengingatkan kapan terakhir kali dirinya bertemu, berbicara dengan keluarganya, tidak mungkin mereka tiba tiba memberi restu pada pernikahan yang tidak mereka ketahui, merasa bahwa ada hal yang tidak beres semakin ia ingin pergi dari kediaman Om duda. Dani mendekat dalam sekejap kemudian berhasil membawa tubuh Shanne tanpa aba aba. “Hey, jangan kurang ajar lepaskan aku!, lepaskan!” Ronta Shanne. Tubuh seksi Shanne meronta, tapi wajahnya juga tersipu ini pertama kalinya dia digendong seperti bayi oleh laki laki tampan, apalagi lekuk perutnya begitu keren bersentuhan dengan pipinya. Mereka sampai di meja makan, disana mereka disambut pelayan yang ramah, dengan hidangan yang sudah tersaji rapi. “Silahkan Tuan… Nona… .” Shanne menyipitkan pandangan, merasa heran dengan menu sarapan yang tersedia. “Nona Shanne, anda bisa menyerahkan lampu tersebut kepada saya.” Kata pelayan sambil mengulurkan tangannya. “Eh, ya… .” Sahut Shanne, merasa menyesal tidak menggunakan lampu tersebut untuk memukul Dani yang kurang ajar. Dani memberi kode mempersilahkan Shanne untuk duduk, tapi dia menolak untuk makan apapun. “Nona, apakah anda khawatir jika makanan ini mengandung racun?.” Tanya pelayan. “Umm.. bukan begitu maksudku.” Shanne menggelengkan kepala. Pelayan itu kemudian membungkuk meminta sang Nona untuk sarapan, membujuknya dengan beberapa kalimat. “Jangan berkata begitu, aku akan makan… .” Timpal Shanne. Dia akhirnya duduk di kursi yang telah dipersilahkan Dani untuknya. “Hey, apa orang kaya hanya makan roti dan salad?.” Ucap Shanne heran. “Tidak semua, bisa juga sereal.” “Apa kamu telanjang dada setiap pagi?.” Tanya Shanne kembali. “Tidak, tapi jika kamu mau aku bersedia telanjang setiap hari.” jawab Dani, melempar tatapan mesum. Shanne yang mendengar kalimat tersebut memasang wajah jijik, lalu membuang muka cantiknya, terasa jawaban tersebut di luar prediksi manusia. Masih belum menyentuh makanan di meja Dani kemudian menanyakan makanan yang ingin Shanne makan. Tapi dengan separuh tersenyum ia memiliki Sub Shanne memiliki ide. “Apapun, kamu hanya tinggal mengatakan pada pelayan di sana.” Ucap Dani. “Sungguh?, bagaimana jika aku ingin makan lobster, kimbab, ramen, steak atau bahkan daging rusa sekalipun?, ah iya kepiting alaska, apa itu bisa.” Kata Shanne, dia sengaja mengatakan itu semua, berharap Dani tidak bisa mengabulkannya. “Baiklah, apapun yang istriku minta.” Sahut Dani. Pelayan hanya tersenyum merasa lega, Nona rumah ini begitu cantik, lucu dan sopan, tidak seperti Nona sebelumnya. “Mohon tunggu sebentar saya akan segera menyajikan untuk anda.” Kata Pelayan tersebut. Shanne kemudian berdiri dia mengejar pelayan tersebut kemudian meminta maaf, dia hanya ingin mengerjai Dani bukan untuk merepotkan dirinya. “Maafkan aku, kamu tidak perlu melakukan apapun, aku bisa makan sarapan yang sudah kamu siapakah.” Ucap Shanne. “Nona, jika anda benar benar menginginkannya jangan khawatir akan merepotkan.” Jelas Pelayan. “Ah tidak, begini saja sajikan nasi goreng saja.” Kata Shanne kembali dengan memasang senyum kuda. “Baiklah Nona, saya akan segera kembali.” Shanne kemudian duduk kembali di meja makan, Dani terlihat menahan tawa dari sudut bibirnya, membuat Shanne melempar buah apel ke arahnya. “Astaga..” Ucap Dani kaget. Siang harinya Shanne terlihat mondar mandir di kamar, ia sudah tiga kali mencoba kabur tapi terus menerus tertangkap, sampai kemudian ia membanting dirinya di kasur, sepintas mengamati langit langit kamar yang kokoh, matanya mulai berkaca-kaca. “Huffh….” Shanne terbesit ucapan Dani yang memintanya menanyakan langsung soal pernikahan pada keluarganya, tapi dia tidak tahu dengan cara apa bisa menghubungi mereka, kecuali jika Shanne pulang dan meminta kejelasan, itupun jika mereka masih berada di alamat yang sama seperti sepuluh tahun lalu. Ceklek.. Dani merasa heran, kenapa pintu kamar Shanne tidak terkunci, kemudian ia masuk mendapati Shannie berpikir keras sambil memejamkan mata, tidak menyadari kepala Dani mendekat mencium keningnya. “Astaga!, huekk!” Ucap Shanne ia mengelap bekas kecupan Dani, lalu berdiri dengan bibir yang siap mengomel. “Tega sekali, atau jangan jangan kamu suka di cium di bagian lain.” Goda Dani. “Aku memang pemabuk dan penjudi, tapi aku bukan pelacur.” Timpal Shanne. Tanpa ekspresi pinggang ramping Shanne diraih tanpa jarak bersentuhan dengan Dani. Jantungnya berdegup kencang. Telunjuk Dani menyentuh bibir Shanne, jatuh satu kecupan lembut di sana. “Shanne, aku mencintaimu.” Ucap Dani, ia mengelus rambut lurus Shanne. Shanne tidak bisa menjawab, ia tidak menginginkan pernikahan seperti ini, dengan pria yang tidak ia kenal sebelumnya. Kemarin memaksanya menikah, kemudian mendadak dia menyatakan cinta saat ini, sungguh situasi yang rumit membuat Shanne ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.Matahari mulai menyingsing sinarnya, begitu hangat menyapa tubuh Sun Shane yang berdiri di taman belakang rumah, sesekali ia meregangkan otot tubuhnya sembari menghirup udara segar. Pagi ini ia merasa jauh lebih baik setelah terserang demam yang membuatnya tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas. Tidak lama kepala pelayan menghampirinya, diutus suaminya agar Sun Shanne menemui diruang kerja. Sebagai istri ia segera patuh bergegas pergi. Saat Shanne masuk, terdengar suaminya sedang membicarakan sesuatu dengan nada serius tapi segera berakhir setelah tubuh suaminya berbalik menyadari kehadirannya. Sambil menyimpan ponselnya di saku, pria gagah itu mendekat melingkarkan tangannya yang kekar dan mencium sebelum menanyakan kabar keadaan wanita yang malu malu dalam dekapannya. "Apa kamu sudah minum vitamin mu?." Tanya Dani, ia masih dalam posisi mesra memeluk istrinya. "Su.sudah." Balas Shanne. "Baiklah.. untuk berolahraga mari mulai berpetualang!" Balas Dani dengan ekspresi
Hari sudah gelap, bintang juga menaungi sepinya malam, Sun Shanne terbaring istirahat di sofa markas The Rude, kemudian seseorang muncul mengecup keningnya dengan lembut. Sontak dirinya terkejut dan menyadari bahwa itu suaminya."Kamu pasti marah?." Dani menebak, dia tidak menepati janjinya hari ini."Dasar pria bodoh.. lain kali jangan umbar janji, lihat istrimu juga masih sakit masih kamu suruh menunggu dengan bosan." Sahut Renra, ia mendekat dan menyerahkan sup hangat pada tangan Dani, "suapi dia!"Shanne hanya menatap datar kedua orang didepannya, juga tidak tertarik dengan sup yang dimasak sahabatnya, "sudahlah.. lupakan.. aku tidak ingin memperpanjang masalah." Jawaban itu membuat Dani merasa bersalah, ia benar-benar mengabaikan istrinya sendiri, dia mendekat menatap dengan lembut wajah istrinya yang tentu saja tanpa bicara sudah jelas dia merasa kesal dan marah dari mimik wajahnya."Aku minta maaf..." Ucap Dani."Aku sudah bilang... tidak masalah!" Balas Shanne lugas.Sejurus
Shanne tersenyum menatap layar ponsel dengan kata-kata romantis yang disampaikan oleh Dani, Suaminya. Dia belum sepenuhnya membaik setelah terserang demam, tapi ia telah berjanji akan pergi ke panti asuhan, kunjungan kali ini Dani bersedia mengantar, suaminya mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang.Sambil menunggu ia mengisi perut dan memakan vitaminnya lebih dulu kemudian menunggu dengan tenang di paviliun. 1 jam berlalu, Shanne meraih ponselnya mulai menanyakan pria yang sedang membuatnya jatuh cinta belum kunjung pulang tapi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. "Huftt.. kemana dia, seharusnya 1 jam cukup untuk menempuh perjalanan." Gumam Shanne. Pelayan datang menawari sesuatu yang ingin dimakan sang Nona di sampingnya. "Bawakan aku secangkir minuman hangat, aku mulai agak pusing duduk terlalu lama." Pinta Shanne, yang dengan senang hati dibalas pelayan. Gadis The Rude itu kini mulai mencuri hati para pelayan dirumah sedikit demi sedikit, mereka sudah tidak memperma
Dani menggandeng tangan istrinya dengan erat sambil menikmati senja di bibir pantai. Ombak dibuat lebih ribut dengan riuh dari gejolak sepasang kekasih yang mabuk asmara. Setelah puas mereka memutuskan kembali ke Villa dimana Dani sudah mengatur dekor kamar mandi yang dihias harumnya mawar dan lilin aromaterapi yang semerbak. Shanne tentu saja ia malu, dia bukan gadis yang sering memanjakan dirinya seperti gadis lain. "Nikmati waktu mandi mu, setelah ini mari makan hidangan laut yang lezat." Kata Dani. Pikiran Shane sudah melayang dia pikir mereka akan mandi bersama seperti dalam film namun hanya mengangguk setuju ketika Dani berbalik. Baru beberapa langkah sebelum meraih pintu keluar tidak di sangka Dani berubah pikiran ia langsung mengunci menutup kamar mandi untuk membuatnya nyaman berdua bersama sang istri, meski ia tak perlu khawatir tidak akan ada yang mengusik mereka. Terlihat Shanne begitu canggung, dengan tindakan Dani setelahnya. Tapi Dani lebih berpengalaman denga
Sun Shanne terbang dari tidurnya, ia mendapati Dani sudah lebih dulu bangun ketimbang dirinya. Ia pelan mengatur posisi agar duduk sebelum ia berniat pergi ke kamar mandi. Wajahnya tersipu menyadari bahwa cincin berlian tersebut melingkar di jari manisnya, ia menyadari bahwa cinta mungkin telah merebut logikanya, dimana ia telah menikah dengan pria asing yang mengaku duda, menjalani kehidupan yang awalnya penuh kebencian berangsur-angsur menjadi kehangatan yang tidak ia sadari sebelumnya, angannya tentang asmara semakin membuatnya tersipu. Dengan wajah gembira yang tidak bisa ia sembunyikan, dirinya melangkah pergi ke kamar mandi, sambil membayangkan sentuhan Dani ia tidak bisa lepas dari panah asmara, ia kagum, jatuh cinta dan bergairah secara bersamaan. Setelah menyelesaikan mandinya ia sengaja melihat beberapa deret baju yang ia miliki di lemari, sedikit memilih warna cerah tidak seperti biasanya. Selanjutnya berakhir di meja rias dengan polesan lipstik menambah kesan bibirnya b
Shanne duduk kembali di kursinya, dan Nyonya Stevia mengangkat gelasnya meminta semuanya bersulang. Tapi Shanne dan Renra mereka canggung satu sama lain meski suasana begitu hangat. "Bagaimana Suamiku bisa mengundang kalian?." Tanya Nyonya Stevia. "Dia mengatakan lewat Detektif Louis." Sahut Ganu. "Semakin kenal semakin dingin dan tidak bisa di tebak." Imbuh Nyonya Stevia. Dani dan Dimenic saling menatap, dua gadis belum juga berbaikan satu sama lain, mereka sibuk makan dan tidak menyahut obrolan seperti biasanya. Setelah lebih dari dua jam menghabiskan makan malam bersama Nyonya Stevia lebih dulu izin untuk pamit, kepalanya mulai terasa berat. "Anda benar-benar orang yang menyenangkan.." Domenic berdiri menyerahkan tangannya, berniat mengantar sampai pintu. "Atur waktu untuk kita berdua.." Kata Nyonya Stevia. "Tidak terlalu buruk." Ujar Domenic. Di meja makan hanya tersisa mereka yang kemudian mulai menggoda dua gadis agar berbaikan, tapi Renra langsung melemparkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments