Share

belum

Jadi pindahlah kami keesokan harinya, dengan sebuah mobil bak terbuka kubawa beberapa perlengkapan rumah, pakaian dan bahan makanan. Setelah berpamitan dengan ibu kunaiki mobil dan duduk di dekat supir sambil menggendong Rima sementara dari kejauhan pria yang kepalanya masih ada perban menatapku dengan sejuta makna.

Mungkin dia puas bisa mengusirku dari rumah, atau mungkin juga makin gencar ingin melancarkan gangguan dan permusuhannya.

"Bismillah, kepindahan ini mudah-mudahan adalah awal yang baru," gumamku di dalam hati.

"Sudah semua Mbak?" tanya supir.

"Sudah Kak."

"Bang Aidilnya mana?"

"Sudah jalan duluan pake motor," jawabku.

"Oh, baiklah."

Perlahan mobil itu bergerak meninggalkan halaman rumah Pak haji dan Nyai Hatima. Kupandangi teras rumah dengan perasaan sedih karena memilih mengalah dan tersisih dengan cara terpaksa seperti ini. Memang tempat iju bagus, rumahnya sudah permanen meski berukuran kecil tapi tidak ada kenyamanan untuk tinggal dan mencari keamanan, segalanya se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status