Share

hardikan

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-07 08:09:21

Suamiku kembali ke rumah degan wajah sedih dan kecewa, dari kejauhan dia terlihat gontai sementara ada rasa iba sekaligus sedih juga melihat dia terpaksa bertengkar dengan sang ibu karena aku.

Kutunggu diambang pintu dan ketika netranya bersitatap denganku, dia tetap berpura-pura menyungginggakan senyum dan mengangguk, berusaha menenangkanku padahal aku sendiri tahu dia tengah berperang dengan batinnya sendiri.

Ingin kucoba mengajaknya pindah dari lingkungan ini tapi aku sendiri paham bahwa kami tidak memiliki uang atau simpanan. Rasanya akan memberatkan sekali kalau dalam kondisi sakit begini harus pindah, bingung memikirkan biaya, belum kebutuhan makan dan biaya lainnya. Kepalaku pusing, terhimpit oleh beban yang rasanya tak bisa kutanggung. Belum lagi rasa iba dan bersalah pada suamiku, rasanya aku telah menjadi istri yang begitu menyusahkannya.

Namun bukankah Tuhan tahu persis bahu mana yang harus Dia berikan beban, bukankah manusia diberi ujian sesuai kadar kemampuannya? Apakah aku sanggup, mengapa sebaliknya, rasanya, aku ingin pergi dan menyerah dengan kehidupan macam ini.

"Bagaimana Kak?" Aku berharap sekali ibu telah memberinya uang untuk membeli popok sekali pakai. Aku sungguh tak bisa membayangkan bayiku akan tidur tanpa pakaian.

"Ibu memberikan sedikit uang, tapi ya begitulah, karena beliau belum jual gabah jadi ada sedikit jatah uang untuk kita," balasnya.

"Kalau begitu, alhamdulillah Kak," ucapku dengan penuh rasa syukur.

"Sekarang kakak mau ambil motor ke tempat ibu, pergi ke toko untuk belikan Pampers sekalian mau lihat ember besar."

"Apa kakak memberi tahu ibu kalau mau beli ember?"

"Uhm, tidak, tidak usah, cukup kita yang tahu."

"Bagaimana kalau nantinya ibu memeriksa dan murka?"

"Itu tidak akan terjadi, Sayang. Aku akan memastikan ibu tidak menyentuhmu sampai sejauh itu," jawab suamiku sambil mengecup kening ini.

Tak lama setelah makan dengan mie instan yang dia rebus sendiri, suamiku lalu berpamitan untuk pergi ke toko di perbatasan desa. Ada toko besar yang menyediakan macam kebutuhan sehari hari, Kak Aidil akan ke sana sebentar.

Mungkin berselang lima belas menit setelah suamiku pergi, diri ini berusaha memejamkan mata, tapi tiba tiba pintu rumahku di ketuk, ada suara ibu mertua dan Kakak iparku di depan sana.

"Apa kiranya yang mereka inginkan?" gumamku sambil galau.

"Mau melihat bayi atau ingin marah-marah?" aku membatin dengan dada berdebar.

"Zahra, buka pintunya," ucap Ibu dengan lantang.

"I-iya, Bu."

Ketika pintu berdecit terbuka, iparku Kak Tina masuk sambil tersenyum, dia memberiku sekantong makanan, dan kebutuhan wanita nifas.

"Aku bawakan pembalut, makanan dan minyak kayu putih, aku sudah lama tak lihat bayi, jadi, aku datang untuk menjenguknya," ucapnya tersenyum.

"Makasih Kak, masuklah," jawabku pelan. Tanpa kuminta, Kakak iparku beringsut ke dalam, dia menjumpai anakku yang tengah tertidur pulas lalu menciuminya dengan penuh cinta.

Ibu mertua yang masih berdiri dengan tatapan tajam di pintu nampak diam saja, bergeming di posisinya sambil menatapku tajam.

"Masuk Bu," ucapku yang sedikit sungkan sekaligus berdebar di hadapannya, aku paham dari sorot matanya, wanita itu ingin marah padaku. Dia menyimpan dendam dan nampak ingin meluapkannya sekarang.

"Aku ingin bicara padamu!" ucapnya memberi isyarat agar aku keluar ke teras. Kuikuti dia sambil terus berdoa semoga ibu mertua dilembutkan hatinya oleh Allah, agar tak terus menyudutkan dan memarahiku.

"Apa rencanamu ... kenapa kau minta Aidil untuk memerasku dan memaksa ibunya sendiri untuk mengalah ditambah memaksaku mengeluarkan uang. Apa kau ingin memisahkan ibu dan anak dan membuat kami saling bermusuhan?!" desisnya menahan suara, khawatir Kak Tina akan mendengarnya.

"Astaghfirullah, saya tidak punya niat begitu, Bu. Hanya saja tadi, ketika Kak Aidil pulang dia melihat saya sakit dan lemah ...."

Belumlah selesai ucapanku, beliau sudah menyela dengan segala kebengisannya.

"Jadi karena kau sakit, kau paksa anakku untuk memanjakanmu?

tenyata ... kau pintar sekali cari muka dan pandai memanfaatkan keadaan untuk memanipulasi Aidil, kau paksa dia untuk merampas dari ibunya sendiri, kau sungguh jahat!"

"Ya Allah Bu ..." Air mata ini berderai, aku

rasanya tak kuasa mendengar ucapan ibu yang menyakitkan, bahkan menerima tudingan demikian membuat kepalaku makin berdenyut pusing.

Tak kuasa diri ini membendung air mata.

"Saya demam dan kelelahan Bu, tubuh saya ngilu dan sempat pendarahan karena menimba air dari sumur yang dalam, saya sakit Bu. Jadi mungkin wajar suami ingin meringankan saya," ucapku yang tak mau menahan lagi.

"Oh, jadi gara gara air," ucapnya dengan dada naik turun menahan buncahan emosi yang nampak memuncak.

"Bahkan air poinnya, Bu, masalahnya saya baru saja melahirkan dan masih lemah, saya sakit Bu, tolong kasihani saya ..." Karena tidak berdaya dan menimbang posisi suamiku yang tak mau dikutuk dan dibenci ibunya aku mengalah dan turun untuk bersimpuh di kaki Ibu.

"Maafkan kalau saya salah Bu, tapi, tolong pengertiannya. Saya sedang sakit, butuh bantuan dan dukungan, tolong ampuni kalau salah, tolong maafkan kalau keliru Bu."

"Kalau tidak demi cucu, tak Sudi kugelontorkan yang sesenpun untukmu!" Dia mendesis lalu menyibak gamisnya dengan kasar bahkan bajunya mengenai wajahku, dia lalu menjauhiku. Tak tahu kenapa air mataku makin menderas, aku sedih dan terluka sekali di perlakukan demikian.

Belum usai kurangkum air mata, kakak Tina memanggil dari dalam rumah. Segera kuhapus sembab di wajah, lalu berusaha menyunggingkan senyum di hadapan kakak iparku yang mudah-mudahan tidak perlu tahu yang sebenarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   debat ibu

    "Baru sebentar Nek," Jawa Erlin."Dua jam Aku mau memanggil untuk meminta air minum, kenapa kau malah duduk santai di sini?" Dua jam apanya, Erlin bahkan belum duduk selama sepuluh menit. Aneh sekali wanita tua yang semakin hari semakin temperamen ini."Ibu Dia baru saja datang dan sekedar mengobrol denganku sebentar...""Aku juga sudah bilang padanya untuk tidak meninggalkan rumah jauh-jauh dan sulit kujangkau. Aku membutuhkan dia sepanjang waktu."Aduh penting untukku untuk menegaskan batasan tentang ibu yang semakin hari semakin seperti penjajah saja."Ibu dia juga manusia, dia butuh berinteraksi mendapatkan dukungan dari keluarganya dan sedikit pencerahan Apa salahnya jika dia mengobrol dengan salah satu anggota keluarga dan meninggalkan Ibu sebentar saja. Alih alih marah gara gara telat ambilkan air, Kenapa Ibu tidak ambil air sendiri saja lalu semuanya tuntas?'"Tuntas katamu?""Ya.""Ya ampun ...." Ibu mertua hanya menggeleng sambil membuang nafasnya kasar, dia tertawa sih ini

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   keluhan

    "udahlah jangan terlalu dipikirkan perkara ibu yang minta anak laki-laki darimu beliau tidak tahu seberapa keras kita berusaha hanya saja Tuhan belum mengizinkan, jadi jangan terlalu, dibawa santai saja," jawab Kak Aidil sambil tersenyum."Aku sedikit prihatin dan khawatir tentang keponakan baru kita.""Dia pasti bisa mengatasinya wanita itu punya daya dan keluarga yang mendukungnya jadi kamu tidak perlu khawatir. Ibu pasti juga akan berpikir dua kali untuk menyakiti anak itu.""Yang terjadi hari ini tidak akan kau percayai, Kak, Ibu melempar piring dan menghujat masakan Erlin.""Sungguhkah itu terjadi Apakah ibu melakukannya kepada menantu baru yang keluarganya sangat terpandang dan dihormati?""Aku sudah bilang bahwa Ibu tidak pandang bulu.""Astaghfirullah, biar aku yang bicara nanti.""Sejak kapan ibu akan mendengar kata-katamu, Kak?" Aku tergelap sambil menggelengkan kepala sementara Ia hanya menghela nafas sambil mendecak kecil. Aku tahu bahwa dia sangat dimanjakan ibu tapi jika

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   suamiku lesu

    "Ah, aku mendengar Ibu, aku paham setiap makna kalimat yang ibu lontarkan.""Bicarakan hal itu kepada Erlin dan lain kali jangan membuat dia membantahku karena kau Aku tidak tahan Aku tidak akan segan-segan untuk menamparnya. Juga aku tidak mau mendengar dia memprotes apapun.""Iya Bu."Ah, hidup di antara lingkungan rumah Nyai hatima seperti hidup dalam penjara, banyak aturan dan tidak bisa bebas sekehendak hati. Sebenarnya aku juga penasaran, kami ini dianggapnya pembantu atau menantu. Kenapa terkadang perlakuan ibu begitu kasar dan sulit diterima oleh akal sehat, sulit diterima oleh hati nurani yang sudah terbiasa mendapatkan perlakuan lembut, tiba-tiba mendapatkan kekasaran Itu menyakitkan sekali."Pergilah!" Ucapnya sambil mengibaskan tangan di udara."Baiklah, Bu, Erlin sedang memasak makanan lain, sudah kutitipkan pesan padanya jika sudah selesai dia harus segera mengantarnya pada ibu.""Cepat sedikit, aku lapar!""Baik Ibu sabarlah sedikit!""Dari dulu hanya kau saja yang se

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   malah aku korbannya

    Usai menyapu bekas pecahan piring, kutemui keponakanku Erlin di dapur, ia tengah memotong daging dengan air mata yang masih membasahi kelopak matanya. Gadis itu terisak dengan kesedihan yang tak mampu ia sembunyikan.Aku paham, dia belumlah kuat mental sepertiku, dia masih baru di lingkungan ini dan mungkin latar belakang keluarganya yang lemah lembut membuat dia merasa sangat kaget ketika diperlakukan dengan keras. Ah, ibu mertua memang sangat tidak bijaksana."Sabar ya, semua akan membaik.""Tapi, kok Nenek bisa segitunya ....""Ah, sayang, nanti Nenek dengar, sebaiknya kau lanjutkan memasak, lihat tutorialnya di YouTube dan kau pasti bisa. Sementara bibi akan kembali ke rumah untuk menyiapkan makan siang.""Bi ... Aku butuh kehadiranmu untuk tetap di sini karena belakangan ini aku merasakan ketegangannya belum pernah ku alami sebelumnya." Wanita muda itu menahan lenganku dengan tatapan membalas dan aku bisa melihat jelas bahwa dia ketakutan dengan ibu mertua."Dengar Nak, sebenarny

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   mulai tahu

    Akhir bulan Syawal pun tiba, ferdi yang sudah tak sabar lagi untuk segera meminang kekasihnya akhirnya diluluskan keinginannya oleh ibu mertua untuk menikah lebih cepat, menikah sebelum musim penghujan dan sebelum orang orang akan repot dengan urusan pekerjaan dan kebun mereka.Seminggu setelah pernikahan, Ferdi memboyong sang istri Erlin untuk pindah ke lingkungan kami. Ke rumah induk tentunya, bersama dengan ibu mertua. Sebenarnya aku sudah ngeri membayangkan apa yang akan terjadi namun, aku mencoba berpikir positif dengan segala logika dan harapan terbaik, semoga ibu mertua bersikap baik pada cucu menantu.Hari-hari bergulir, kebiasaan dan adat rumah ini mulai terlihat, mantu mulai kaget dan heran akan pembagian kaku air yang harus dijatah setiap harinya. Setiap pagi, setiap kali aku mengantarkan jatah makanan dari gudang gadis itu akan mengernyit dan tidak paham tentang apa yang terjadi. dia selalu memasang wajah tak nyaman dengan sekeranjang makanan yang kini jadi tugasku untuk

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   rumah induk

    Aku kembali dari rumah induk dengan perasaan hati yang sudah tidak menentu. Aku khawatir kejadian yang pernah kualami akan terulang pada gadis lain yang baru bergabung ke rumah ini.Namun Gadis itu adalah wanita kaya dan juga anak orang baik-baik, ibu mertua akan berpikir dua kali untuk menyakiti dan mengerjainya, jadi kurasa kekhawatiranku sama sekali tidak beralasan. "Tapi, bagaimana jika itu terjadi. Dia akan dijatah dengan makanan yang harus belajar ia cukupkan dan seember air setiap harinya? Apakah dia bisa?" Konon menjatah anak menantu dengan seember air adalah kebiasaan dari para tetua keluarga ibu mertua yang ingin membimbing menantu mereka untuk hidup disiplin dan pandai menjaga harta serta mengelola hidup.Aku tak mau mencampuri atau berkomentar miring tentang kebiasaan itu, semuanya adalah hak orang tua untuk melakukannya, tapi, pada posisi tertentu, misalnya, di saat melahirkan atau sakit rasanya seember air itu sangat tidak cukup. Sanggupkah nanti, calon istri Ferdi yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status